Bola.com, Makassar - Pada era Perserikatan, kompetisi internal PSM Makassar rutin berlangsung di Lapangan Karebosi. Dari ajang inilah lahir legenda PSM danĀ TimnasĀ Indonesia seperti Ramang, Maulwi Saelan, dan Ronny Pattisarani. Tapi, sejak awal 2000-an, kompetisi ini mati suri. Generasi terakhir yang sempat merasakan ketatnya kompetisi internal PSM adalah Hamka Hamzah, Isnan Ali, Zulkifli Syukur, dan Sunar Sulaiman yang pernah memperkuat skuat Merah Putih.
Sejumlah klub yang dulunya merupakan bagian dari PSM seperti kehilangan induk. Apalagi setelah PSM sudah menjadi klub profesional yang berbentuk perseroan terbatas setelah diambil alih oleh konsorsium PT LPI pada 2011. Belakangan, Bosowa Grup menjadi pemilik saham mayoritas PSM sejak 2013 sampai sekarang.
Baca Juga
Advertisement
Askot PSSI Makassar yang sejatinya mejadi motor pembinaan sepak bola di Kota Daeng juga tak aktif. Malah yang mencuat aadalah konflik internal menyusul belum adanya legitimasi buat Junaldi Monoarfa yang terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Askot PSSI Makassar pada 20 Juli 2019 silam.
Meski kompetisi di Makassar mati suri, semangat para pembina sepak bola di Kota Daeng tidak surut. Hal itu terbukti dengan terbentuknya beberapa sekolah sepak bola (SSB), termasuk Bank Sulselbar FC yang berdiri pada 2016.
"Makassar menyimpan banyak pemain potensial kalau dibina dengan baik. Tentunya harus ada wadah SSB atau klub yang mengembangkan kemampuan mereka. Inilah yang menjadi alasan manajemen Bank Sulselbar mendirikan sekolah sepak bola," ujar Ari Hidayat, manajer pengelola SSB Bank Sulselbar kepada Bola.com, Senin (6/7/2020).
Menurut Ari, Bank Sulselbar FC memakai dua tempat untuk berlatih, yakni Lapangan Telkom dan Lapangan Sunu Unhas.
"Kami berlatih empat hari dalam sepekan. Khusus pada hari Minggu, latihannya pagi dan sore. Bank Sulselbar membina berbagai kategori usia. Dari U-9 sampai jenjang Liga 3. Saat pandemi COVID-19, latihan sempat diliburkan. Baru pada awal Juli dimulai lagi, itu pun hanya dua hari dalam sepekan," kata Ari.
Dukungan total dari Direksi Bank Sulselbar membuat SSB yang dikelola Ari leluasa mengikuti berbagai turnamen level lokal maupun nasional, di antaranya Danone Cup, Piala Menpora, Piala Soeratin, dan Liga 3.
"Kami juga rutin mengikuti turnamen reguler di Makassar seperti Liga Ramadan dan Piala Walikota," ujar manajer SSB Bank Sulselbar itu.
Ari merujuk sukses Bank Sulselbar dengan menjadi satu-satunya SSB di Indonesia yang empat kali beruntun lolos ke putaran nasional Piala Menpora U-16. Prestasi terbaik Bank Sulselbar di ajang ini adalah menembus semifinal pada 2017 di Yogyakarta.
Saat itu, dua pemainnya, Alif Jaelani dan Ahmad Latando Paturusi terpilih masuk skuat Timnas Pelajar U-16 yang meraih trofi juara pada turnamen Tier 3 AFC di Malaysia pada 2017. Berkat prestasi itu, keduanya dipinjam oleh Barito Putera mengikuti EPA U-16. Belakangan, Alif yang memperkuat Garuda Select pada 2019 masuk daftar panggil Timnas Indonesia U-19 persiapan Piala Dunia U-20 2021.
Setelah Alif dan Latando, Bank Sulselbar secara rutin menyuplai pemain buat skuat timnas pelajar Indonesia, di antaranya Ari Adzan, Randi Afsyawal, dan Andriansyah. Berbeda dengan mayoritas SSB lain, setiap mengikuti turnamen level nasional, Bank Sulselbar FC menanggung semua biaya tiket, penginapan, dan uang saku pemain.
"Ini sebagai bentuk penghargaan dari manajemen kepada pemain yang berprestasi," papar Ari.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Pelatih Berlisensi
Sebagai SSB yang fokus membina dan melahirkan pemain, Bank Sulselbar juga memakai jasa pelatih berlisensi resmi. Mulai dari D Nasional sampai C-AFC. Saat ini,
Bank Sulselbar memiliki tujuh pelatih, yakni Faisal Maricar, Dadang Talani, Amir Majid, Ahmad Rajendra, Syafar Saad, Tamsil Ciling, dan Rasul Zaenuddin. Secara berkala, Bank Sulselbar menghadirkan pelatih senior di Makassar untuk memberikan coaching clinic, seperti Tony Ho, Syamsudin Umar, dan Herman Kadiaman.
"Kami menekankan kepada setiap pemain agar fokus dan sabar dalam mengembangkan kemampuan. Apalagi kami memberikan wadah buat mereka dengan mengikuti turnamen sesuai usia pemain. Itulah mengapa kami mengharamkan pencurian umur. Kalau ada pemain yang diketahui memalsukan usianya pasti kami keluarkan," tegas Ari yang pernah memperkuat PSM Junior sebelum fokus menjadi karyawan Bank Sulselbar ini.
Menurut Ari, pihaknya juga rutin menjalin komunikasi dengan sejumlah klub Liga 1 dan Liga 2.
"Kami membina dan mematangkan kemampuan pemain sampai usia 22 tahun sesuai batas usia maksimal Liga 3. Setelah itu, kami salurkan ke sejumlah klub. Ada juga yang direkrut menjadi karyawan Bank Sulselbar yang setiap tahun mengikuti Liga Pekerja," ujarnya.
Ari menambahkan, Bank Sulselbar FC juga memaksimalkan peran media sosial seperti youtube dan instagram untuk mempromosikan kegiatan mereka.
"Dukungan dari orang tua siswa juga berperan besar dalam mengembangkan Bank Sulselbar FC. Intinya, kami membina pemain dengan niat baik, yakni mengembalikan status Makassar sebagai lumbung pemain berbakat di Indonesia," pungkas Ari.
Advertisement