Sukses


Cerita Achmad Jufriyanto Saat Persib Juara Tahun 2014: Kekaguman Totalitas Bobotoh sampai Jadi Algojo Penalti di Final

Bola.com, Jakarta - Pencapaian Achmad Jufriyanto sebagai bek tengah dan gelandang bertahan di pentas Liga Indonesia terbilang lumayan. Bersama Sriwijaya FC meraih trofi juara musim 2011-2012. Dua tahun kemudian, Ia membawa Persib Bandung menaklukkan Persipura Jayapura pada final Liga Indonesia musim 2014.

Pada channel YouTube Hamka Hamzah Story, Jupe, panggilan akrabnya menceritakan momen juara bersama dua klub itu. Menurut Jupe, bersama Sriwijaya, langkah menuju tangga juara terbilang mulus. Materi pemain pun merata di semua lini.

Sejumlah langganan tim nasional seperti, Ferry Rotinsulu, Firman Utina, Supardi, M. Ridwan, Firman Utina, Nova Arianto, Arif Suyono dan Mahyadi Panggabean. Di sektor pemain asing ada Thierry Gauthessi, Lim Jun Sik dan Kayamba Gumbs.

Alhasil, Sriwijaya tampil dominan musim itu. Di mana mereka menyapu bersih 17 laga kandang dengan kemenangan. Di akhir musim, Sriwijaya unggul sembilan poin dari peringkat dua, Persipura Jayapura yang mengoleksi 68 poin.

Situasi hampir mirip ketika Jupe bersama Persib meraih trofi juara pada musim 2014. Hanya, proses menuju ke tangga juara lebih dramatis dan berliku.

"Terus terang, saya merasa musim itu bebannya lebih berat. Apalagi, bobotoh Persib sangat berharap kami bisa mengulang sukses musim 1994-1995," kenang Jupe.

Saksikan Video Pilihan Kami:

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 4 halaman

Cerita Persib di Final

Tekad dan kebersamaan yang kuat meraih trofi juara antara pemain, suporter dan manajemen membuat langkah Persib mengarungi musim 2014 terbilang mulus. Maung Bandung lolos ke 8 Besar dengan status peringkat dua Wilayah Barat.

Di babak 8 Besar, Persib melenggang mudah ke semifinal dengan status juara Grup B. Arema Cronus yang coba mengadang pada semifinal ditaklukkan dengan skor 3-1. Persib lolos ke partai puncak menghadapi Persipura Jayapura yang menyingkirkan Pelita Bandung Raya 2-0.

Pada laga final yang berlangsung di Stadion Gelora Sriwijaya, Palembang, 7 November 2014, drama pun terjadi. Diawali dengan sanksi buat Bobotoh yang dilarang menggunakan atribut saat mendukung tim kesayangannya. Mereka pun kompak bertelanjang dada sepanjang pertandingan. Termasuk Walikota Bandung saat itu, Ridwan Kamil.

"Saya dan rekan-rekan terharu sekaligus deg-degan juga dengan totalitas yang diperlihatkan Bobotoh yang rela menempuh perjalanan jauh dari Bandung ke Palembang. Sebagai pemain, kami tentu tak ingin membuat mereka kecewa," ungkap Jupe.

Persib bermain alot menghadapi Persipura yang juga mengandalkan kekompakan tim. Sampai babak tambahan waktu usai kedua tim bermain imbang 2-2. Adu penalti pun diberlakukan untuk mencari pemenang.

3 dari 4 halaman

Algojo Penalti

Jupe pun mengungkap proses penentuan eksekutor penalti. Sejatinya, nama Jupe tak masuk dalam daftar lima penembak utama. Tapi, namanya tiba-tiba disebut oleh pelatih Djajang Nurjaman sebagai penendang kelima. Itu karena dua pemain yang disiapkan, Firman Utina dan M. Ridwan menolak.

Apalagi penendang lainnya, Vladimir Jugovic sudah mendapat kartu merah. "Sempat kaget juga ketika nama saya disebut coach Djajang. Tapi, saya spontan bilang siap."

Drama adu penalti pun dimulai. Empat penendang Persib, Makan Konate, Ferdinand Sinaga, Tony Sucipto dan Supardi Nasir sukses menjalankan tugasnya. Sementara Nelson Alsom sebagai penendang keempat Persipura gagal mengikuti sukses tiga rekannya, Boaz Solossa, Ferinando Pahabol dan Robertino Pugliara.

Alhasil, Jupe pun jadi penentu hasil pertandingan. Kalau tendangannya masuk, Persib jadi juara. "Saat berjalan ke arah bola, saya berusaha fokus pada satu titik yakni mengarahkan bola ke sudut kanan kiper," Jupe menceritakan.

"Saya pun meredakan ketegangan dengan berbicara pada diri sendiri, toh kalau gagal, adu penalti masih berlanjut," tambahnya. Seperti diketahui Jupe akhirnya sukses jadi eksekutor. Persib pun akhirnya mengulang sukses juara pada musim 1994-1995.

4 dari 4 halaman

Alasan Pindah ke Bhayangkara

Pada kesempatan itu, Jupe juga menjelaskan alasannya meninggalkan Persib dan berkostum Bhayangkara pada Liga 1 2020. Ia menepis anggapan yang beredar selama ini, di mana dirinya pindah karena ada Victor Igbonefo di Maung Bandung.

Sama seperti ketika ia meneriwa tawaran Kuala Lumpur FA pada musim 2018, kebetulan ada igbonefo juga di Persib saat itu.

"Saya tegaskan, saya ke Bhayangkara karena ingin dekat dengan anak dan istri. Sudah lama saya berkeinginan sepulang latihan bersama tim bisa langsung pulang ke rumah berkumpul dengan mereka. Sekarang malah kebangetan dekatnya karena COVID-19," kata Jupe.

Dilain pihak, Jupe mengungkapkan keinginannya yang selama ini terpendam yakni ingin berduet dengan Hamka di lini belakang. Baik di klub atau di timnas. "Sebenarnya peluang itu ada ketika timnas bermain di Piala AFF 2014. Tapi, Hamka absen karena cedera lutut," pungkas Jupe.

 

Lebih Dekat

Video Populer

Foto Populer