Bola.com, Makassar - PSM Makassar termasuk klub yang royal memakai jasa pemain asing di Liga Indonesia. Juku Eja mulai membuka keran pemain asing pada musim 1995-1996 dengan merekrut trio Brasil, Jacksen Tiago, Marcio Novo dan Luciano Leandro.
Sampai Liga 1 2020, total pemain asing yang direkrut PSM Makassar adalah 60 orang. Dengan perincian Asia 14 pemain, Eropa (15), Afrika (14) dan Amerika (17). Di antara mereka ada dua pemain yang sudah menyandang status naturalisasi yakni Ilija Spasojevic (Montenegro) dan Christian Gonzales (Uruguay).
Advertisement
Sesuai dengan status mereka, kontribusi pemain asing di PSM terbilang lumayan. Kalau acuannya trofi juara, maka nama Carlos de Mello dan Joseph Lewono pantas dikedepankan setelah menjadi pilar PSM saat berjaya di Liga Indonesia 1999-2000.
Begitu pun dengan Aaron Evans (Australia), Wiljan Pluim, Marc Klok (Belanda) dan Eero Markkanen (Finlandia) yang membawa PSM meraih trofi Piala Indonesia 2018-2019.
Selain mereka ada juga pemain asing yang menjadi idola suporter meski tanpa gelar juara bersama PSM. Di antaranya Luciano Leandro (Brasil), Cristian Gonzales, Ronald Fagundez (Uruguay) Oscar Aravena (Chile), Ali Khaddafi (Togo) dan Aldo Baretto (Paraguay).
Tapi, ada juga sederet nama yang gagal bersinar bersama PSM. Padahal, mereka datang ke Makassar dengan prestasi terbilang mentereng di klub sebelumnya atau pernah memperkuat tim nasional negara masing-masing.
Rata-rata mereka terkendala oleh adaptasi dengan tim dan cedera. Alhasil, mereka tak lama memperkuat PSM Makassar karena dinilai gagal memenuhi ekspektasi manajemen. Siapa saja mereka? Berikut analisa Bola.com.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
1. Saibou Badarou
PSM sempat berharap banyak pada Saibou Badarou yang datang ke Makassar pada putaran kedua Liga Indonesia musim 2007-2008.
Statusnya sebagai bagian tim nasional Togo yang lolos ke Piala Dunia 2006 jadi acuannya. Apalagi di tim PSM saat itu juga bercokol tiga pemain Timnas Togo lainnya yakni Nomo Teh Marco, Ouadja Sakibou dan Ali Khaddafi.
Namun, kendala cedera dan berat badan yang tak ideal memmbuat Badarou gagal tampil optimal bersama PSM. Ia hanya mencetak satu gol selama berkostum PSM.
Hasil minor yang membuatnya terdepak dari Juku Eja pada akhir musim ini. Ironisnya setelah dilepas PSM, karier Badarou justru menjulang.
Ia menjadi top scorer Piala Afrika Barat 2013 bersama timnas Togo. Di level klub, bersama AS Douanes, ia menjadi pencetak gol terbanyak Liga 1 Togo musim 2012-2013 dengan 13 gol.
Advertisement
2. Daryoush Ayyoubi
Ia datang ke Makassar tanpa proses seleksi. Status sebagai eks striker klub Esteghlal (Iran) yang bermain di Liga Champions Asia musim 2003 jadi acuan.
Manejemen PSM yang saat itu dikendalikan Kadir Halid pun mengontraknya untuk menghadapi musim 2009-2010. Ia diduetkan dengan Christian Carrascao (Cile) sebagai tukang gedor PSM di lini depan.
Namun, situasi internal di manajemen Juku Eja yang tak kondusif saat itu berdampak pada penampilan tim. Ditandai dengan mundurnya Kadir Halid sebagai manajer tim, penampilan tim cenderung labil dan nyaris degradasi.
Aksi Ayyoubi terbilang minor. Suporter PSM pun menilainya lebih pantas jadi pemain bola basket karena tingginya yang mencapai 193 cm.
Alhasil, Ayyoubi pun didepak pada pengujung putaran pertama. Perannya sebagai striker digantikan oleh Park Jung-hwan (Korsel). Selepas dari PSM, Ayyoubi sempat bermain bersama Arema Malang dan Persiram Raja Ampat.
3. Daniel Baroni
Baroni datang bersamaan dengan Ayyoubi. Ia juga direkrut PSM tanpa seleksi. Manajemen PSM percaya kemampuannya hanya dengan melihat penampilan Baroni lewat rekaman video dari agennya.
Di video itu, aksi Baroni bersama sejumlah klub di Brasil terbilang impresif sebagai gelandang pengatur serangan. Terutama saat memperkuat Nacional di Seri A Brasil pada 2002.
Tapi, seperti Ayyoubi, penampilan Baroni tidak optimal. Ia gagal beradaptasi dengan karakter tim PSM yang mengandalkan permainan keras dan cepat.
Baroni didepak pada pengujung putaran pertama dan digantikan oleh Luis Pena (Cile). Selepas dari PSM, Baroni ditampung Cruizero sebelum kembali berkiprah di Asia bersama klub Malaysia, Kedah FA.
Advertisement
4. Robertino Pugliara
Sebelum ke PSM pada awal musim 2014, Robertino Pugliara sudah pernah bermain untuk Persija Jakarta dan Persib Balikpapan. Artinya, gelandang asal Argentina sudah terbiasa dengan atmosfer kompetisi Indonesia.
Namun, Pugliara datang ke PSM bukan pada waktu yang tepat. Saat itu, Juku Eja sedang masa transisi setelah dibeli oleh Bosowa Grup dan lolos dari play-off Liga Primer Indonesia musim sebelumnya.
Kondisi itu diperparah oleh keputusan PT Liga Indonesia yang tak mengizinkan PSM memakai Stadion Andi Mattalatta Mattoangin yang dinilai tak layak. Alhasil, Juku Eja pun terpaksa bermarkas di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya.
Status sebagai tim musafir berdampak besar pada keuangan dan penampilan tim. Dukungan suporter PSM pun tidak optimal. Pugliara juga tampil tak optimal dari PSM sehingga didepak pada pengujung putaran pertama.
Persipura yang tahu kemampuan Pugliara langsung menampungnya. Bersama Pugliara, Persipura menembus laga final sebelum dikalahkan Persib Bandung via adu penalti.
5. Bruce Djite
Pelatih PSM saat itu, Robert Alberts merekomendasi Bruce Djite sebagai tombak utama skuatnya menghadapi persaingan Liga 1 2018. Rekam jejak Djite sebelum PSM terbilang mentereng.
Ia pernah memperkuat timnas Australia pada kualifikasi Piala Dunia 2010 dan kualifikasi Piala Asia AFC 2011. Djite juga pernah meraih penghargaan sebagai pemain muda terbaik tahun 2008 ketika mencetak 10 gol dalam 22 pertandingan.
Ketika membela Gold Coast United ia menjadi top skor sepanjang masa tertinggi kedua. Dan di Adelaide United menjadi top skor tertinggi sepanjang masa.
Apalagi, semusim sebelumnya, Djite tampil baik bersama Suwon City di Liga Itama Korsel. Jadi, wajar kalau Robert sangat berharap banyak padanya.
Awalnya, kiprah Djite terbilang baik dengan menjadi bagian PSM menjuarai turnamen Super Cup Asia 2018. Namun, cedera kaki kambuhan membuat Djite gagal tampil optimal bersama PSM di Liga 1 2018.
Robert mengusulkan ke manajemen agar Djite diganti pada pengujung putaran pertama. Peran Djite dilakoni Alessandro Ferreira, striker timnas Hong Kong.
Advertisement