Bola.com, Jakarta - Greg Nwokolo termasuk striker papan atas dengan nilai kontrak tinggi yang beredar di pentas Liga Indonesia. Sebuah pencapaian yang sejatinya tak pernah dibayangkan oleh dirinya sendiri.
Hal ini terkuak ketika Greg Nwokolo bercerita proses awal dirinya menjadi pesepak bola profesional melalui channel YouTube Hanif dan Rendy Show. Usut punya usut, ternyata awalnya sama sekali tidak terpikirkan ia bisa pesepak bola profesional.
Baca Juga
Stadion Nasional Dipakai Konser, Timnas Singapura Terpaksa Geser ke Jalan Besar di Semifinal Piala AFF 2024: Kapasitas Hanya 6 Ribu Penonton
Gelandang Newcastle United Bantah Punya Darah Negeri Jiran, Minta Jangan Dihubungkan Lagi dengan Timnas Malaysia
Sydney Menyala! 3.250 Suporter Akan Dukung Timnas Indonesia Vs Australia di Kualifikasi Piala Dunia 2026 pada 20 Maret 2025
Advertisement
Pada 2003, orangtua Greg yang berlatarbelakang pebisnis mengirimnya ke Singapura untuk melanjutan pendidikan. Di Singapura, disela waktu luangnya, Greg ikut bermain pada sebuah komunitas sepak bola di sekitar area kampusnya.
"Hanya kumpulan orang-orang yang hobi bermain sepak bola. Bukan juga klub amatir. Hanya pada satu ketika ada staf pelatih dari Tampines Rovers yang melihat kami bermain. Ia pun menawarkan saya ikut seleksi di klubnya," kenang Greg.
Di Tampines Rovers, Greg diberi waktu tiga hari untuk unjuk kemampuan. "Tapi, hanya sehari latihan bersama tim, saya diajak menemui manajemen klub untuk negosiasi. Kami langsung deal. Gaji saya saat itu 500 dolar Singapura per bulan," kata Greg.
Saksikan Video Pilihan Kami:
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Berawal Uji Coba Kontra Timnas Indonesia
Bersama Tampines, Greg Nwokolo meraih trofi juara Liga Singapura 2004 dan Piala Singapura pada tahun yang sama. Peruntungan Greg kian terbuka ketika Tampines berujicoba dengan tim nasional Indonesia.
Pada laga itu, ia mencetak dua gol. "Usai pertandingan, Pak M. Zein yang juga Ketua Persijatim mengajak saya bermain di klubnya," ceritanya.
Greg tidak menolak tawaran itu. Proses perpindahannya ke Persijatim terbilang lancar melalui proses transfer. "Ketika di Indonesia, bapak saya menelpon untuk menanyakan kabar kuliah saya. Dia kaget ketika saya menjawab sudah di Indonesia dan menjadi pemain sepak bola," ungkap Greg.
Seperti diketahui, kepemilikan saham Persijatim diambil oleh Pemprov Sumatera Selatan dan berubah nama menjadi Sriwijaya FC. Greg pun semusim memperkuat klub yang bermarkas di Stadion Gelra Jakabaring itu.
Selepas dari Sriwijaya, ia memperkuat dua klub Singapura Young Lions (2005) dan Warriors (2006)), PSIS Semarang(2006), PSMS Medan (2006-2007) Persis Solo (2007-2008) dan Persija Jakarta (2008-2009).
Advertisement
Bersaing dengan Paulo Sergio di Portugal
Usai musim 2008-09, Greg sempat mengecap ketatnya kompetisi Eropa bersama Olhanense di Liga Portugal pada musim 2009-2010. Ketika itu, agennya menawarinya untuk mengikuti trial di klub itu.
Menurut Greg, prosesnya terbilang lancar meski pada awalnya ia sempat diremehkan. "Pelatih klub itu bertanya saya sebelumnya bermain di mana," Greg mengawali cerita.
"Dia kaget dan heran, ketika saya menjawab bermain di berbagai klub di Indonesia. Mungkin karena tak ingin mengecewakan saya, dia memberi saya waktu tiga hari untuk seleksi," ungkap Greg.
Kualitas dan skill di atas rata-rata membuat penampilan Greg dalam latihan langsung menarik perhatian tim pelatih Olhanense.
"Mereka langsung meminta manajemen menggelar emergency game atau uji coba dengan klub lain pada hari kedua. Pada laga itu, saya mencetak gol dan kemudian ditawari kontrak dengan durasi tiga tahun," Greg menuturkan.
Greg mengungkap pengalaman menariknya di Olhanense. Di klub itu, ada Paulo Sergio yang kini membela Bali United di Liga 1 2020. "Saya dan Sergio bersaing ketat mendapatkan menit bermain karena berposisi sama. Jadinya, selama di Olhanense, saya dengan Paulo ibarat kucing dan tikus," ungkap Greg.
Meski tampil baik bersama Olhanense, Greg mengaku tak betah. Apalagi, ia tak tahan dengan udara dingin. "Saat musim dingin, saya terlihat aneh karena memakai baju tebal berlapis dan jadi bahan candaan pemain lain," kata Greg.
Lawan Terkuat
Pada saat yang sama, manajer Persija saat itu, Haryanto Badjuri terus mengontaknya dan mengajaknya kembali ke Macan Kemayoran.
"Eddy Syah (agen pemain) juga memberikan gambaran yang masuk akal bila saya kembali ke Persija. Saya pun menghadap manajemen Olhanense untuk mengutarakan keinginan saya untuk mundur karena sulit dengan beraptasi dengan cuaca," jelas Greg.
Ia pun akhirnya kembali berkompetisi di Liga Indonesia dengan membela Persija dan pada 2011, ia resmi berstatus sebagai warga negara Indonesia. Pada kesempatan sama, Greg mengungkap lawan terberatnya selama bermain di Liga Indonesia.
Bila bermain sebagai striker utama, Greg menunjuk Victor Igbonefo dan Hamka Hamzah sebagai stoper yang kerap membuatnya kesulitan. "Kalau Victor, ia sudah tahu cara dan pergerakan saya. Jadi harus kreatif menghadapinya. Sementara Hamka, dia stoper yang pintar," ujarnya.
Greg juga menunjuk Putu Gede dan Asnawi Mangkualam sebagai bek sayap yang kerap membuatnya kewalahan. "Kedua pemain ini kuat, cepat dan tanpa kompromi. Apalagi keduanya masih muda," papar Greg.
Permainan tanpa kompromi lawan tampaknya jadi 'hantu' tersendiri buat Greg. Buktinya, ia menyebut nama Hariono, Kim Kurniawan dan Hendro Siswanto sebagai pemain yang menyulitkannya bila berperan sebagai second striker.
Dilain pihak, Greg mengungkap pemain favoritnya saat ini yakni Abimanyu, gelandang muda Madura United. Menurutnya Abimanyu punya visi dan kemampuan mengatur irama permainan.
"Umpannya pun terukur. Ia seperti Firman Utina dan Ahmad Bustomi. Menurut saya, ia sudah pantas bermain di tim senior," pungkas Greg.
Advertisement