Sukses


Irfan Bachdim dalam Angka: Pernah Dua Kali Ditolak Klub Besar di Tahun yang Sama

Bola.com, Jakarta - Irfan Bachdim pernah dikenal sebagai pemain yang berhasil mengundang perhatian kaum hawa. Saat dirinya tampil di atas lapangan, para perempuan, mulai dari penggemar sepak bola hingga masyarakat biasa pun bisa histeris melihat penampilannya.

Narasi itu adalah sepenggal kisah kenangan Irfan Bachdim waktu muda. Momennya terjadi di Piala AFF 2010 saat ia berseragam Timnas Indonesia. Usianya masih 22 tahun saat itu. Lahir di Amsterdam, Belanda, tapi ia memilih kewarganegaraan Indonesia mengikuti jejak ayahnya, Noval Bachdim.

Sepuluh tahun berselang, pesona Bachdim sebagai pesepak bola mulai pudar. Ia tidak lagi digiliai oleh banyak perempuan. Kariernya bisa dibilang mandek, jika tak mau dianggap menurun. Ia bukan lagi penyerang papan atas di Indonesia.

Jika melihat ke belakang, Karier Bachdim di Indonesia bermula ketika ia bergabung dengan Persema Malang pada pertengahan 2010. Bachdim memperkuat Persema selama tiga tahun.

Dia mulai muak dengan klub kebanggaan Ngalamania itu ketika dihalang-halangi untuk bergabung dengan klub Thailand, Chonburi FC, pada 2013. Irfan mengatakan seharusnya Persema mendukung kariernya. Padahal, ia telah berkorban banyak dengan tidak digaji selama delapan bulan.

Selanjutnya Irfan Bachdim melanjutkan kariernya di Utrecht FC. Ia sempat lolos tim utama, walau tak lama di sana sebelum akhirnya pada 2010 kembali ke Indonesia untuk ikutan sebuah laga amal di Surabaya untuk membantu pelatih legenda Persebaya, Ruddy Bahalwan. Dari sana kemudian akhirnya pemain kelahiran 11 Agustus 1988 mentas bersama Timnas Indonesia di Piala AFF 2010.

Video

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 8 halaman

Bertualang ke Asia

Karier Irfan Bachdim di Thailand di luar harapannya. Baru juga bermain setengah musim bersama Chonburi, ia sudah dipinjamkan ke klub kasta kedua, Sriracha FC.

Dalam setengah musim itu, Bachdim tampil dalam sembilan laga dan mencetak dua gol. Namun, manajemen Chonburi tetap tidak puas dengan performanya. Setahun di Thailand, Bachdim mengintip peluang untuk berkiprah di Liga Jepang.

Bachdim mengikuti seleksi bersama dua pemain Indonesia lain, Andik Vermansah dan Syakir Sulaiman di klub J1 League alias kasta teratas Liga Jepang, Ventforet Kofu. Ia berhasil menyingkirkan dua rekan senegaranya itu untuk memulai petualangannya di Negeri Sakura.

Lagi-lagi, Bachdim gagal saat membangun pamornya di Asia. Ia tidak pernah dimainkan sekalipun sepanjang 2014. Alhasil, Bachdim memilih hengkang ke Consadole Sapporo, kontestan J2 League atau kasta kedua Liga Jepang pada 2015.

Dua musim di Consadole Sapporo, Bachdim hanya mengemas tujuh penampilan. Ia kerap dimainkan di luar posisi aslinya sebagai penyerang. Terkadang, Bachdim malah diplot sebagai bek sayap.

Akhir 2016, Consadole Sapporo menendang Bachdim. Posisinya diganti oleh superstar Timnas Thailand, Chanathip Songkrasin. Karier Bachdim di luar Indonesia tamat. Dia kembali ke Indonesia dengan menerima pinangan Bali United

3 dari 8 halaman

Kembali ke Indonesia

Irfan Bachdim bak hidup kembali di Bali United. Ia tak lagi jadi cadangan mati. Bachdim jadi pemain andalan. Total 30 penampilan dan torehan sembilan gol dibukukannya pada 2017.

Kedatangan berbagai pemain asing di Bali United pada 2018 mulai membuat Bachdim terpinggirkan. Ia hanya mampu mengemas 18 laga dalam setahun kompetisi.

Begitu pula yang terjadi setahun berselang. Bachdim bukan lagi pilihan utama. Bahkan, ia cuma bermain delapan kali sebagai starter dengan mencetak tiga gol. Pada tahun ini, Bachdim dilepas ke PSS Sleman.

Selama berkarier di Indonesia, potensi Bachdim tidak pernah benar-benar keluar. Bisa dibilang bahwa ia hidup di bawah bayang-bayang harapan tinggi mengingat statusnya sebagai pemain kelahiran Belanda.

Bagaimana menggambarkan perjalanan karier Irfan Bachdim dalam angka? Berikut rangkumannya:

4 dari 8 halaman

2005

Bakat Irfan Bachdim ditemukan secara tak sengaja ketika kemampuannya dilihat pelatih Persikad Depok, Isman Jasulmei, di Stadion Merpati, Depok, pada 2005.

Saat itu Bachdim yang tengah liburan mengunjungi pamannya, iseng latihan mandiri. Isman terkesima melihat bakatnya dan mencari tahu siapa sebenarnya Bachdim.

"Saya bertemu dengan pamannya, Ferry Bachdim, bertanya tentang Bachdim. Saya berniat mengontraknya sebagai pemain. Dari Ferry saya tahu ternyata Bachdim pemain junior klub Belanda, Utrecht FC. Ia datang ke Indonesia hanya untuk liburan bersama keluarganya yang bermukim di Depok," tutur Isman saat itu.

Pada tahun 2006, Bachdim sempat dapat kesempatan bergabung pelatnas Timnas Indonesia U-23 Asian Games di Belanda. Hanya ia tak lolos seleksi. Permainanya masih dianggap terlalu polos, belum siap bersaing di level U-23.

"Bachdim punya bakat, namun usianya masih terlalu muda buat bergabung Timnas Indonesia U-23. Suatu saat nanti jika telah siap ia bisa membela Timnas Indonesia. Ini hanya masalah waktu saja," kata Bambang Nurdiansyah, asisten pelatih Timnas Indonesia U-23 saat itu.

Selanjutnya Bachdim melanjutkan kariernya di Utrecht FC. Ia sempat lolos tim utama, walau tak lama di sana sebelum akhirnya pada 2010 kembali ke Indonesia untuk ikutan sebuah laga amal di Surabaya untuk membantu pelatih legenda Persebaya, Ruddy Bahalwan.

5 dari 8 halaman

2010

Irfan Bachdim pernah ditolak dua klub besar sekaligus, Persija dan Persib. Pertama, ia mengikuti seleksi di tim ibu kota, namun tidak jadi direkrut.

Setelah dari Persija, Bachdim merapat ke Persib. Di tim berjulukan Pangeran Biru itu, ia kembali apes. Ia ditolak dan bergabung ke Persema.

6 dari 8 halaman

22

Saat masih berusia 22 tahun atau pada 2010 lalu, Irfan Bachdim mendapatkan panggilan dari Timnas Indonesia untuk Piala AFF. Ia menjelma sebagai bintang pada turnamen tersebut.

7 dari 8 halaman

15

Selama tiga tahun berkarier di Thailand dan Jepang, Bachdim hanya mampu mengemas 15 pertandingan. Delapan laga di antaranya dibukukan bersama Chonburi pada 2013.

8 dari 8 halaman

0

Selama tujuh tahun terakhir, jumlah gol Bachdim dalam semusim tidak pernah menyentuh dua digit. Statistik menunjukkan bahwa ia bukan penyerang berbahaya.

Paling banyak, Bachdim mencetak sembilan gol selama semusim untuk Bali United pada 2017. Setahun berselang, ia hanya mencatatkan satu gol dan tiga gol pada musim lalu.

Sepak Bola Indonesia

Video Populer

Foto Populer