Bola.com, Jakarta - Penampilan tanpa kompromi dan militan saat mengawal striker lawan ala Joao Bosco Cabral pernah mewarnai perjalanan Persija Jakarta di pentas Liga Indonesia.
Kala itu, Bosco yang sebelumnya memperkuat Arseto Solo, Persikota Tangerang dan PSPS Pekanbaru bergabung di Macan Kemayoran jelang musim 2006-2007.
Baca Juga
Head to Head Timnas Indonesia Vs Arab Saudi: Pemain Abroad Merah Putih Menang Banyak, Tetapi Rekor Pertandingan Tekor
Bursa Transfer Paruh Musim BRI Liga 1 2024 / 2025 Bakal Panas: Siapa Lagi yang Merapat Selain Eks Bek Lazio?
Jay Idzes Berikan Jersey Venezia untuk 2 Pemain Timnas Indonesia: Bagus Mana Witan atau Marselino?
Advertisement
Pencapaian terbaik Bosco bersama Persija adalah menembus semifinal Liga Indonesia 2007-2008. Di babak itu, Macan Kemayoran kalah 0-1 dari Sriwijaya FC di Stadion Gelora Bung Karno, 6 Februari 2008.
Seperti diketahui, Sriwijaya akhirnya meraih trofi juara setelah menekuk PSMS Medan 3-1 di laga final, 10 Februari 2008. Pada channel YouTube Persija, Bosco mengaku duel kontra Sriwijaya adalah momen paling berkesan buatnya.
"Materi Sriwijaya memang lebih baik. Tapi, kami membuat mereka kesulitan dengan permainan kompak dan solid. Mereka beruntung mendapatkan gol lewat Keith Kayamba Gumbs pada menit ke-19," kenang Bosco.
Menurut Bosco, pada musim itu, kebersamaan tim di Persija sangat kondusif. Begitu pun dengan dukungan suporter yang setia mendukung tim kebangaannya.
Secara khusus Bosco merujuk kekompakan para pemain di posisinya. Saat itu, ada tiga lagi pemain yang berposisi stoper yakni Hamka Hamzah, Leonard Tupamahu, dan Abanda Herman.
"Kami bergantian tampil. Dilapangan, kami saling memberi semangat meski ada yang berbuat salah. Baru setelah pertandingan, baru kami saling ledek dan mengevaluasi diri," terang Bosco.
Selama di Persija, Bosco selalu sekamar dengan Francis Wawengkang, gelandang asal Manado yang pernah memperkuat tim nasional Indonesia.
"Enal (panggilan Francis) orangnya tak banyak bicara. Tapi, sesekali dia menasehati saya dan memberikan masukan buat peningkatan kemampuan saya," kata Bosco.
Selain Enal, Bosco juga dekat dengan Agus Indra Kurniawan, gelandang Persija yang juga berstatus pemain timnas Indonesia. Bersama Agus, Bosco punya pengalaman berkesan.
Suatu saat, ia iseng mengajak Agus untuk menemaninya membeli sepatu bola. Bukan di Jakarta tapi di Singapura karena sepatu yang diinginkan sangat sulit didapatkan di Jakarta.
"Eh Agus setuju. Jadi, sehabis latihan pada akhir pekan, kami langsung menuju ke bandara. Setelah mendapatkan sepatu yang diinginkan kami pulang ke Jakarta sehari kemudian untuk kembali berlatih," ujar Bosco yang kini menjadi pemandu wisata di Bali.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Pemain Tim Sekolah
Pada kesempatan itu, Bosco menceritakan awal dirinya menjadi pemain sepak bola. Menurut Bosco di Timor Timur (sebelum jadi negara Timor Leste), kerap digelar kejuaraan antar sekolah. Kebetulan ada sosok yang kemudian jadi bapak angkat Bosco rutin memantau penampilannya.
"Beliau adalah Zulfikar Utama yang kebetulan ada proyek di Timor Timur saat itu. Beliau yang membawa saya dan Miro Baldo Bento ke Jakarta bergabung dengan Gumarang yang juga klub internal Persija," papar Bosco.
Saat itu, Bosco masih duduk dibangku kelas dua SMA.
"Bisa dibayangkan anak kampung seperti saya datang ke Jakarta untuk kali pertama. Beruntung ada Pak Zulfikar yang terus membimbing kami," kata Bosco.
Tak lama bergabung di Gumarang, Bosco terpilih masuk tim Persija U-21 dan kemudian terpantau tim senior jelang Liga Indonesia musim 1994-1995.
"Ada kebanggaan tersendiri bisa satu tim dengan pemain senior seperti Rahmad Darmawan, Patar Tambunan dan Maman Suryama."
Semusim bersama Persija, Bosco berlabuh ke Arseto Solo yang ditangani pelatih Harry Tjong. Di Arseto, kemampuan Bosco kian berkembang sejalan dengan banyaknya menit bermain yang ia dapatkan.
"Saya berduet dengan Sudirman di posisi stoper. Di bek kanan, ada Agung Setyabudi dan Lapris AS sebagai bek kiri. Saat itu, Arseto banyak dihuni pemain muda. Saya masih 19 tahun," tutur Bosco yang memakai jersey bernomor punggung 22 kala membela Arseto.
Advertisement
Tak Mau Jadi Pelatih
Setelah pensiun sebagai pemain dan kini berstatus pemandu wisata, Bosco menegaskan, dirinya tak berminat jadi pelatih.
"Saya ingin fokus menjadi pemandu wisata. Saya menikmati pekerjaan ini, sama seperti ketika masih berstatus pemain," terang Bosco.
Meski begitu, Bosco mengaku tetap mengikuti perkembangan sepakbola, khususnya Persija.
"Kalau ada waktu, saya pasti menyempatkan diri untuk meonton. Hanya, memang kerja saya sebagai pemandu wisata yang tak kenal waktu kerap jadi kendala," pungkas Bosco.