Bola.com, Bandung - Persib Bandung merupakan klub yang berkiprah di dunia sepak bola Indonesia sejak era Perserikatan. Dalam perjalanan mengarungi dunia sepak bola, Maung Bandung yang menjadi julukannya, pernah memiliki begitu banyak pemain-pemain hebat. Kali ini, Bola.com mengulas striker-striker lokal berkelas yang pernah berseragam Persib Bandung.
Persib Bandung tercatat lima kali menjadi juara pada era Perserikatan dan 8 kali menjadi runner-up. Ketika sepak bola Indonesia memasuki era profesional, Persib dua kali menjadi juara, yaitu di Liga Indonesia 1994-1995 dan Indonesia Super League 2014.
Baca Juga
Legenda Timnas Indonesia Ungkap Dua Kunci Lumpuhkan Jepang di Kualifikasi Piala Dunia 2026: Maarten Paes Bisa Jadi Penentu!
Gencar Naturalisasi Atlet, Menpora Tegaskan Tak Lupa Rencana Jangka Panjang
PSSI: Kalau Mau Jadi Singa Asia dan Lolos ke Piala Dunia, Timnas Indonesia Harus Menaturalisasi Pemain Keturunan
Advertisement
Dalam era sepak bola modern itu, Persib Bandung tetap mampu menjaga konsistensinya sebagai klub papan atas meski terbilang kesulitan untuk bisa menjadi juara.
Namun, sebagai klub besar, Persib tak pernah kehabisan pemain-pemain berkualitas pada setiap musimnya. Maung Bandung selalu saja diperkuat pemain bagus dari lini pertahanan hingga lini serang.
Sejumlah pemain, baik lokal maupun asing, kerap menjadi andalan Persib di lini depan. Namun, dalam perjalanannya, Persib kerap mengandalkan pemain lokal sebagai ujung tombak.
Siapa saja pemain lokal berkelas yang pernah mengisi slot lini depan Persib Bandung?
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Sutiono Lamso
Gelar juara Persib Bandung di Perserikatan 1993-1994 dan Liga Indonesia 1994-1995 barangkali tidak akan diraih bila tidak ada Sutiono Lamso. Pada laga final itu Sutiono mencetak gol kemenangan Persib.
Pada musim 1993-1994, satu golnya dan satu lagi dari Yudi Guntara membawa Persib juara mengalahkan PSM Makassar di final kompetisi Divisi Utama Perserikatan. Kemudian di Liga Indonesia 1994-1995, gol tunggal Sutiono membungkam Petrokimia Gresik.
"Momen yang tak terlupakan. Saya sama sekali tidak pernah membayangkan bisa mencetak gol di final. Sampai kapanpun saya tidak akan pernah lupa," kenang Sutiono.
Pada era 1990-an, nama Sutiono Lamso memang fenomenal. Saat arak-arakan juara Persib ketika itu, Sutiono disambut ribuan bobotoh. Hal ini terbilang langka karena sejatinya Sutiono bukan pemain asli Bandung. Dia adalah pemain yang lahir dan besar di Purwokerto.
Maka tidak heran bila Sutiono digolongkan sebagai pemain asing di Persib. Nandar Iskandar merupakan pelatih yang jeli melihat kelincahan dan kepiawaiannya dalam melakukan penyelesaian akhir. Selain jadi pahlawan Persib di era Perserikatan dan Liga Indonesia, Sutiono juga dinobatkan sebagai pemain terbaik kompetisi.
Seperti mantan pemain lainnya, setelah pensiun dari lapangan hijau, Sutiono perlahan menekuni profesi pelatih. Meski sampai sekarang hampir tidak pernah menangani klub profesional, setidaknya Sutiono yang menetap di Bandung pernah membawa Persib U-15 juara kompetisi nasional pada 2005.
Jadi tidak salah bila Sutiono Lamso mendirikan sekolah sepak bola (SSB). Nama yang dipilih adalah SSB Sutiono Lamso, sederhana tetapi kaya makna karena nama SSB itu akan selalu mengingatkan para pemain muda siapa pahlawan Persib Bandung di musim 1993-1994 dan 1994-1995.
Â
Advertisement
Adjat Sudrajat
Selama memperkuat Persib Bandung, kariernya terbilang bersinar sebagai striker. Pemain yang identik dengan nomor punggung 10 ini berhasil mengantarkan Maung Bandung sebagai juara Perserikatan 1986, juara Pesta Sukan atau Sultan Hasanal Bolkiah di Brunei Darusalam pada 1986, dan Perserikatan 1989-1990.
Ajat adalah sosok terkenal di seantreo Jawa Barat, bahkan sampai sekarang. Itu semua berkat keganasannya sebagai striker hingga diidolai bobotoh sampai saat ini.
Catatan gol yang pernah dicapai terbilang fantastis. Saat membela Persib di Perserikatan 1983, Ajat menjadi pencetak gol terbanyak.
Prestasi itu diulangi pada musim 1985 dengan torehan 16 gol. Saat jadi pemain, Ajat memperkuat Persib selama tujuh musim dari 1983 hingga 1990.
Namun, Ajat juga dikenal pemain kontroversial di antara pemain Persib lain. Penyebabnya, ia hengkang dari Persib karena urusan bonus. Saat itu para pemain Persib dijanjikan mendapat bonus taksi.
Namun, taksi itu diberikan dengan catatan tetap harus memberi setoran kepada pengusaha yang memberikan taksi. Sontak Ajat marah dan meninggalkan Persib. Bahkan sebagai pembalasan ia bergabung dengan Bandung Raya, rival sekota Persib, pada 1991-1997.
Walau sukses bersama Bandung Raya, Ajat tetap identik dengan Tim maung Bandung. Ia amat dicintai publik Bandung. Patung Ajat Sudrajat pun kokoh berdiri di Jalan Tamblong, Bandung. Suksesnya sebagai pemain di level klub juga membuat kerap dipanggil timnas Indonesia dari 1981 hingga 1987.
Fenomena lain yang cukup unik adalah pada 1981 hingga 1987 itu kostum Persib dengan nama Ajat Sudrajat laris bak kacang goreng. Mulai anak-anak hingga orang dewasa pasti punya kebanggaan tersendiri saat memakai jersey Ajat Sudrajat dengan nomor punggung 10.
Zaenal Arif
Pemain kelahiran Cikajang, Garut, Jawa Barat, 3 Januari 1981, ini merupakan bintangnya Persib Bandung pada musim 1998-2000 dan 2006-2009.
Abo, sapaan akrabnya, memulai karier bersama Timnas Indonesia sejak masih usia 19 tahun. Pada 2001-2003, ia membela Timnas Indonesia U-23. Kemudian pada 2002-2007, pemain bernomor punggung 15 di Persib ini selalu menjadi langganan Timnas Indonesia.
Abo merupakan andalan Timnas Indonesia di Piala AFF 2002. Ia menyumbang empt gol di Piala AFF. Sejak saat itu, Abo pun selalu menjadi lirikan pelatih yang dipercaya menjadi pelatih skuat Garuda.
Pada 2007, ia masuk skuat Indonesia di Piala Asia 2007. Namun, ia tidak diturunkan sama sekali karena melakukan tindakan indisipliner dengan meninggalkan tempat latihan dan pergi melewati batas waktu yang ditentukan.
Padahal, saat itu Indonesia sedang mempersiapkan diri melawan Korea Selatan. Akibatnya, Abo dicoret dan mendapat hukuman skorsing dari pertandingan-pertandingan Liga Indonesia selama satu musim. Namun, ia akhirnya mendapat grasi dari Ketua PSSI dan bisa bermain kembali seperti biasa.
Advertisement
Budi Sudarsono
Pemain kelahiran Kediri, Jawa Timur, 19 September 1979 ini merupakan andalan Timnas Indonesia. Gocekan mautnya jadi momok lawan-lawannya.
Ketika memperkuat Indonesia di Piala Asia pada 2004, Budi mencetak gol kemenangan dalam duel kontra Qatar.
Pada pertandingan Piala Asia 2007, Budi mencetak gol pertama Indonesia ke gawang Bahrain (menang 2-1). Pada pertadingan kualifikasi Piala Asia 2011, Budi juga mencetak gol untuk Indonesia ke gawang Kuwait, dengan hasil 1-1.
Budi juga menjadi pencetak gol terbanyak pada Piala AFF 2008, bersama Teerasil Dangda (Thailand) dan Agu Casmir (Singapura).
Persib Bandung mendatangkan pemain berjulukan Ular Piton ini pada 2009-2010. Namun, Budi hanya satu musim memperkuat Persib.
Kiprahnya bersama tim Maung Bandung tak sehebat saat membela Timnas Indonesia. Sepanjang musim tersebut, Budi tampil dalam 21 pertandingan dengan menyumbangkan 2 gol untuk Persib.
Cristian Gonzales
Cristian Gonzales menjadi kekuatan Persib Bandung pada 30 Januari 2009 dengan status sebagai pemain pinjaman dari Persik Kediri. Ia memulai debut di Bandung ketika Persib menjamu Persipura yang berakhir 1-1. Satu gol Persib dicetak oleh El Loco.
Pada 3 November 2010, ia secara resmi memegang paspor Indonesia sebagai pemain naturalisasi. Gonzales pun masuk skuat Indonesia di Piala AFF 2010. Namanya langsung melejit kala itu.
Sayangnya, penampilan apik Gonzales tak mampu mengantarkan Indonesia meraih gelar. Indonesia lagi-lagi harus puas menjadi runner-up setelah kalah dari Malaysia di final.
Advertisement