Bola.com, Semarang - Dalam permainan sepak bola, pemain yang berposisi di lini tengah sangat besar peranannya. Lewat pemain tengah, permainan sebuah tim bakal hidup baik ketika menyerang maupun bertahan.
Lini tengah juga punya peran besar untuk menopang lini depan ataupun membantu pertahanan.
Baca Juga
Advertisement
Untuk menghentikan serangan lawan, dapat mengandalan pemain tengah. Begitu juga ketika barisan penyerang mengalami kebuntuan mencetak gol. Para gelandang pun menjadi alternatif memecah kebuntuan.
PSIS Semarang, tidak pernah kehabisan talenta-talenta lini tengah. Dalam mengarungi kompetisi sejak era Perserikatan hingga sekarang, banyak pemain lokal penuh potensi singgah di tim kota Lunpia ini.
Banyak para gelandang ataupun sayap yang meraih banyak kesuksesan saat berkiprah di tim Mahesa Jenar.
Bola.com menyajikan ulasan menarik tentang lima pemain tengah yang pernah tampil apik bersama PSIS.
Dalam daftar ini merupakan pemain yang sempat berseragam PSIS, yang sebagian sudah pensiun dan sebagian lagi bermain untuk tim lain.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
1. Ribut Waidi
Ribut Waidi menjadi kunci sukses PSIS meraih juara kompetisi untuk pertama kalinya pada tahun 1987. Pria kelahiran Pati, 5 Desember 1962 ini menorehkan tinta emas bersama Mahesa Jenar dan Timnas Indonesia.
Tahun 1987 adalah menjadi waktu yang paling bersejarah baginya. Ribut menyentuh langit pada tahun tersebut. Ia mengawinkan gelar juara bersama klubnya PSIS Semarang dan Timnas Indonesia.
Ia menempati posisi sebagai gelandang sayap mematikan di PSIS. Meski dari lini kedua, permainan PSIS hidup dari aksi Ribut Waidi. Kecepatan dan kelincahannya menjadikan Ribut sebagai kunci di lini tengah PSIS.
Ribut turut mengantarkan Mahesa Jenar keluar sebagai juara Perserikatan tahun 1987. Pada tahun yang sama Ribut Waidi mengantarkan Indonesia meraih medali emas SEA Games Jakarta 1987.
Ribut Waidi tutup usia pada 3 Juni 2002. Untuk mengenang pengabdian dan jasa besarnya terhadap dunia sepak bola, Pemkot Semarang mendirikan patung Ribut Waidi sedang menggiring bola di Jalan Karangrejo, atau jalur utama menuju Stadion Jatidiri, markas PSIS Semarang.
Advertisement
2. Ahmad Muhariah
Ahmad Muhariah merupakan sosok gelandang andalan di PSIS ketika menjuarai Liga Indonesia 1987. Ahmad Muhariah berposisi sebagai gelandang serang atau sebagai playmaker.
Jika Ribut Waidi menjadi kekuatan di sektor sayap, Ahmad Muhariah punya peran gelandang di belakang striker. Ia mempunyai peran mengatur tempo permainan dan menyuplai bola bagi para penyerang.
Ia menilai, kiprah hebat PSIS pada tahun 1987 tak lepas dari kematangan skuat. Skuad PSIS tidak banyak mengalami pergantian materi setidaknya dalam lima musim beruntun, sehingga chemistry antar pemain begitu kuat dibandingkan para pesaingnya.
"Budiawan sebagai bek tengah, saya di tengah, Ribut Waidi di sayap, dan Soerajab di depan, dan beberapa pemain lain dalam satu unit dan itu dari tahun ke tahun tidak berubah," tutur Ahmad Muhariah kepada Bola.com belum lama ini.
3. Muhammad Ridwan
Muhammad Ridwan menjadi satu di antara produk asli PSIS yang mampu membuktikan diri sebagai pesepak bola sukses.
Awalnya Ridwan adalah pemain belakang, namun Fandi Ahmad di Pelita Jaya berhasil membuatnya bertransformasi menjadi gelandang kanan mematikan. Ridwan dibekali kemampuan dribel dan kecepatan berlari.
Tidak hanya bertahan sebagai bek kanan, Ridwan juga piawai dalam menyerang melalui sisi kanan. Pada musim 2005 hingga 2008 merupakan masa emasnya berkarier di PSIS.
Ridwan yang beroperasi sebagai pemain sayap kanan, mengoleksi 20 gol dari 72 penampilan selama tiga musim beruntun. Ia mengaku begitu menikmati profesi sebagai seorang pemain sepak bola.
"Bicara tentang awal karier di PSIS, saya merasa jalur hingga menjadi pemain PSIS dipermudah dan dilancarkan oleh Allah SWT. Bisa ikut di PSIS sebuah cita-cita saya sejak kecil," ungkap Ridwan.
Advertisement
4. Ali Sunan
Ali Sunan adalah kapten PSIS Semarang ketika menjuarai Liga Indonesia 1998-1999. Pria asal Lamongan ini sukses menjadi leader bagi Tugiyo dkk. Ali Sunan senasib dengan Agung Setyabudi sebagai bintang Arseto yang memutuskan hijrah ke PSIS.
Ia dipercaya sebagai kapten tim PSIS ketika itu. Perannya sebagai sosok sentral di lini tengah membuat keseimbangan permainan PSIS begitu terjaga. Meski tidak segarang Ebanda Timothy, tapi visi bermain membuatnya menjadi nyawa tersendiri.
Gelar juara Liga Indonesia 1999, membuat Ali Sunan berkesempatan tampil bersama Timnas Indonesia. Melawan Kamboja pada 31 Juli 1999, menjadi debutnya di Timnas Indonesia.
5. M. Yunus
Namanya memang kalah tenar dibanding deretan para gelandang hebat yang pernah membela PSIS. Namun jangan anggap remeh peran satu pemain ini. Yunus sangat vital bagi Mahesa Jenar terutama saat lama berjibaku di kasta kedua.
PSIS merekrutnya dari Persitema Temanggung pada tahun 2013. Ia langsung nyetel dan memiliki peran krusial di lini tengah. Termasuk dengan duetnya di pos gelandang yakni Ronald Fagundez.
Pada musim pertamanya Yunus mampu mengoleksi enam gol dari 24 laga. Ia mampu membawa Mahesa Jenar lolos ke babak delapan besar.
Pada musim-musim berikutnya, Yunus semakin bersinar dan posisinya sulit tergantikan. Berperan sebagai playmaker, Yunus kerap menjadi penentu keberhasilan PSIS, selain itu ia kerap menjadi pelayan setia untuk gol Hari Nur Yulianto.
Satu di antara puncak keberhasilannya di PSIS adalah ikut menjadi bagian kesuksesan promosi ke Liga 1 musim 2017. Kemudian berlanjut di kasta Liga 1 dalam dua tahun terakhir.
Sayangnya cedera parah menimpanya pada musim 2019. Yunus mengalami robek pada Posterior Cruciate Ligament 75 persen di lutut kanan. Kebersamaannya dengan PSIS punberakhir.
Advertisement