Bola.com, Makassar - Sosok Amiruddin Bagas Kaffa Arrizqi dan Amiruddin Bagus Kahfi Al-Fikri menuai sorotan usai membawa Timnas Indonesia U-16 meraih trofi juara Piala AFF U-16 2018. Kala itu, Indonesia mengalahkan Thailand 4-3 (1-1) melalui adu penalti di Stadion Gelora Delta Sidoarjo, 11 Agustus 2018.
Sukses itu menjadi pembuka jalan buat keduanya menjejaki karier profesional. Setelah itu, Bagus Kahfi dan Bagas Kaffa direkrut oleh Barito Putera. Bagas sudah melakukan debutnya di level senior dengan menjadi starter Barito Putera ketika menjamu Bali United pada Liga 1 2020, 6 Maret 2020.
Baca Juga
Hasil Lengkap dan Klasemen Liga Inggris Malam Ini: Chelsea Dipecundangi Fulham, Man City Bermain Remis pada Boxing Day
Hasil Leg 1 Semifinal Piala AFF 2024: Vietnam Ngamuk di Singapura, Drama Gol Injury Time Menang Telak
BRI Liga 1: Ong Kim Swee Ungkap Posisi Krusial di Persis Solo yang Perlu Tambahan Pemain Baru di Bursa Transfer
Advertisement
Pada pertandingan itu, Barito kalah 1-2 dari sang juara bertahan. Tapi, penampilan Bagas dinilai lumayan meski tiga hari sebelumnya, ia mendapat kabar buruk yang menimpa saudara kembarnya. Bagus harus istirahat total usai mengalami cedera patah kaki saat memperkuat tim Garuda Select melawaan Reading U-18 di Inggris.
Pada channel yuotube Garuda Nusantara, Bagas mengungkap perasaannya saat itu. Menurut, Bagas, ia menyaksikan partai itu lewat live streaming.
"Saya kaget dan syok melihat kejadian itu. Saat itu, saya ingin langsung menghubunginya. Tapi, tidak jadi karena berpikir Bagus sedang menjalani perawatan awal. Tak berapa lama kemudian, Bagus yang menelpon dan menangis. Sebagai kakak, saya berusaha menenangkan dan menguatkannya," papar Bagas.
Sebagai saudara kembar dan sama-sama mengeluti sepak bola membuat Bagas dan Bagus tentu memiliki ikatan emosional kuat. Termasuk saat mulai mengenal sepak bola pada usia dini.
"Kami selalu kompak. Sejak bermain sepak bola ala kadarnya sampai sekarang. Apalagi, awalnya orang tua tidak mendukung kami menjadi pemain sepak bola," kenang Bagas.
Ayah Bagus dan Bagas, Yuni Puji Istiono lebih suka anak kembarnya itu jadi crosser.
"Sampai kami pertama kali masuk SSB pada usia 7 tahun, sebenarnya bapak belum mendukung. Namun, setelah SSB kami juara di sebuah turnamen di Magelang, bapak mulai mendukung," kata Bagas.
Dukungan sang ayah membuat Bagas dan Bagus lebih leluasa mengembangkan kemampuannya dengan menimba ilmu pada berbagai SSB. Dari SSB Naga Paksa, Bagas dan Bagus berlatih di SSB Gelora Putra Deltras, SSB Blue Eagle, SB Putra Kalimantan Tengah, SSB Undip, Frenz United Malaysia dan Chelsea FC Singapura.
"Berlatih di berbagai SSB membuat kami belajar banyak. Terutama pemahaman teknik, karakter pelatih dan tim," ungkap Bagas Kaffa.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Menjadi Bek Sayap
Saat berlatih dan bertanding bersama SSB di atas, Bagas Kaffa dan Bagus Kahfi selalu berduet di lini depan. Termasuk di Tim Pelajar U-13 pada 2015 silam. Bersama tim ini, Bagas menyimpan kenangan tersendiri. Pada awalnya ia tidak lolos seleksi, sedang Bagus terpilih.
"Sedih juga saat itu. Tapi, saya tetap berlatih. Beberapa hari kemudian, saya mendapat panggilan. Alasannya, pelatih butuh tandem yang pas untuk Bagus di lini depan," ungkap Bagas.
Pada kesempatan itu, Bagas menceritakan awal dirinya bermain sebagai bek sayap. Ketika itu, ia dan Bagus menjalani seleksi Timnas Indonesia U-16 di Subang. Pelatih Timnas U-16, Fakhri Husaini, memisahkan mereka.
"Bagus awalnya dipasang bek kanan, saya tetap sebagai striker. Tapi, pada satu momen, coach Fakhri yang mungkin belum kenal kami secara mendalam menunjuk saya bermain di bek kanan dan Bagus sebagai penyerang. Kami terima saja. Ini namanya kebetulan yang membawa berkah. Terutama buat saya yang kini nyaman sebagai bek sayap, meski awalnya sulit beradaptasi," kisah Bagas.
Bagi Bagas, keputusan tak sengaja Fakhri justru membuatnya lebih berkembang. "Apalagi sebaiknya setiap pemain bisa bermain minimal pada dua posisi," pungkas Bagas.
Advertisement