Bola.com, Jakarta - Indonesia pernah memiliki sebuah program pelatihan dan kompetisi dengan mengirimkan pemain-pemain berkualitas ke Uruguay. Program yang dikenal dengan sebutan SAD Uruguay itu memang melahirkan banyak pemain-pemain yang kini berkarier di level profesional. Tak sedikit dari mereka bersinar di kemudian hari, baik bersama klub maupun bersama Timnas Indonesia.
SAD merupakan singkatan dari Sociedad Anonima Deportiva, yang secara harafiah memiliki arti korporasi olahraga. Program ini pertama kali berjalan pada 2008 dan berlangsung setiap tahun hingga 2012, di mana ada pemain yang bertahan, ada pula pemain yang tergantikan.
Baca Juga
Cerita Para Raksasa yang Tenggelam di Pegadaian Liga 2 2024/2025: Berjuang Lolos dari Ancaman Degradasi
5 Master Hattrick Dunia: Cristiano Ronaldo Enggak Ada Obat!
Tangan Kanan Shin Tae-yong Ungkap Timnas Indonesia Akan Evaluasi, Minta Pemain Rasakan Kekurangan di Piala AFF 2024: Harus Bisa Memperbaiki
Advertisement
Pada musim pertama SAD Uruguay, program ini membawa sejumlah pemain yang hingga kini tidak asing namanya, seperti Dimas Galih Pratama, Alfin Tuasalamony, Zainal Haq, Novri Setiawan, Alan Martha, Yandi Sofyan, hingga Syamsir Alam.
Setelah itu setiap musimnya hadir pemain-pemain baru, seperti Vava Mario Yagalo, Rizky Pellu, Antoni Putro Nugroho, Manahati Lestusen, Rudolof Yanto Basna, Ryuji Utomo, Teja Paku Alam, Wawan Febrianto, Awan Setho Raharjo, Bagas Adi Nugroho, Dinan Javier, Hansamu Yama Pranata, Maldini Pali, Terens Puhiri, Yogi Rahardian, dan Zalnando.
Itulah nama-nama pemain dari program SAD Uruguay yang kini masih kerap muncul dalam pertandingan-pertandingan di Liga 1. Beberapa di antaranya bahkan terbilang cukup sukses ketika masuk ke level profesional. Siapa saja mereka?
Â
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Novri Setiawan
Novri Setiawan merupakan andalan Persija Jakarta di Liga 1. Ia merupakan jebolan SAD Uruguay yang mampu bertahan selama lima musim program berjalan, dari 2008 hingga 2012.
Setelah pulang dari Uruguay, Novri bergabung bersama Sriwijaya FC dan meraih juara ISL U-21 2013 bersama tim Sriwijaya FC U-21. Ia pun memulai karier profesional bersama Sriwijaya FC.
Kemudian ia sempat bergabung bersama Persikubar dan akhirnya berlabuh bersama Persija Jakarta sejak 2014.
Novri Setiawan merupakan sosok pekerja keras di lapangan hijau. Bersama Persija, berbagai posisi pernah diperankannya, mulai dari bek kiri, bek kanan, gelandang bertahan, hingga penyerang sayap.
Kemampuannya bermain di berbagai posisi menjadi keuntungan Novri untuk mendapatkan tempat di skuat Macan Kemayoran. Bahkan Novri merupakan pemain penting dalam perjalanan Persija Jakarta menjadi juara Piala Presiden 2018 dan Liga 1 2018.
Advertisement
Alfin Tuasalamony
Alfin Tuasalamony juga merupakan pemain yang sudah bergabung dalam program SAD Uruguay sejak tahun pertama. Namun, berbeda dengan Novri, Alfin kemudian mendapatkan kesempatan untuk berkarier di Belgia bersama CS Vise pada 2011. Ia kemudian kembali ke Indonesia dan bergabung bersama Persebaya Surabaya dan Persija Jakarta.
Alfin sempat memperkuat Timnas Indonesia U-23 yang tampil di SEA Games 2013 Myanmar dan Asian Games 2014 di Korea Selatan. Namun, Alfin juga sempat mengalami masa-masa kelamnya sebagai pesepak bola.
Ia mengalami kecelakaan setelah ditabrak sebuah mobil yang hendak parkir di Jakarta. Ia mengalami patah kaki dan harus pusing mencari biaya perawatan cederanya karena klubnya saat itu, Persija Jakarta, seperti tidak peduli terhadap kondisinya.
Namun, Alfin bangkit. Ia sempat bermain bersama Sriwijaya FC dan kemudian hijrah ke Arema FC pada 2018. Bersama Arema FC, Alfin memperlihatkan performa yang apik. Namun, pada musim 2020 ini, Alfin menjadi satu di antara beberapa pemain yang dipinjamkan Singo Edan ke klub lain.
Â
Rizky Pellu
Rizky Pellu juga merpakan jebolan SAD Uruguay. Ia bergabung pada 2009. Tak lama setelah itu, Rizky bergabung bersama Timnas Indonesia U-19 dan kemudian memulai kariernya bersama Persis Solo pada 2012.
Ketika Pelita Jaya dan Bandung Raya merger, Rizky Pellu menjadi satu di antara banyak pemain muda yang direkrut oleh klub yang bermarkas di Lembang itu. Saat itu, Rizky Pellu menjadi andalan PBR di lini tengah dengan ciri khas rambut kribonya.
Ia kemudian hengkang ke Mitra Kukar dan sejak 2016 hingga saat ini berseragam PSM Makassar. Rizky Pellu merupakan andalan lini tengah PSM Makassar. Agresivitasnya memotong serangan di lini tengah menjadi penyeimbang bagi Wiljan Pluim yang menjadi otak permainan Juku Eja.
Â
Advertisement
Manahati Lestusen
Manahati Lestusen menjadi pemain jebolan SAD Uruguay yang mendapatkan kesempatan untuk berkarier di luar negeri. Seperti halnya Alfin, Manahati juga mendapatkan kesempatan bersama CS Vise di Belgia.
Ketika masih berada di Uruguay, Manahati juga pernah memperkuat tim Penarol. Setelah kembali dari Uruguay, Manahati sempat bergabung bersama Persebaya hingga akhirnya berseragam PS TNI dan menjadi andalan di tim tersebut hingga berganti nama, mulai dari PS Tira, Tira Persikabo, hingga kini Persikabo.
Setelah kembali dari Uruguay, Manahati juga mendapatkan panggilan untuk memperkuat Timnas Indonesia U-23. Ia membantu timnya meraih medali perak di Islamic Solidarity Games 2013 dan medali yang sama di SEA Games 2013.
Ia mendapatkan debutnya bersama Timnas Indonesia pada laga kontra Andorra 2014 silam. Ia kemudian juga menjadi bagian dari skuat Garuda yang tampil di Piala AFF 2016.
Manahati yang mampu tampil sebagai gelandang bertahan maupun bek tengah mendapatkan kepercayaan besar dari Alfred Riedl yang menjadi arsitek tim saat itu. Bahkan Manahati berhasil mencetak gol penentu lolosnya Timnas Indonesia ke final Piala AFF 2016 lewat titik putih ke gawang Vietnam pada leg kedua semifinal di My Dinh National Stadium, Hanoi.
Â
Yanto Basna
Yanto Basna adalah jebolan SAD Uruguay yang ketika kembali ke Indonesia langsung mendapatkan kesempatan masuk dalam Timnas Indonesia U-19 di Piala AFC U-19 2014. Saat itu, Yanto Basna menggantikan Ryuji Utomo yang mengalami cedera.
Setelah kembali dari Uruguay, Yanto Basna mencoba peruntungan dengan bergabung bersama Sriwijaya FC dan kemudian pindah ke Mitra Kukar. Ia sempat berseragam Persib Bandung pada 2016.
Yanto Basna merupakan seorang pemain yang juga menjadi andalan ketika Timnas Indonesia menjadi runner-up di Piala AFF 2016. Penampilan yang diperlihatkannya pada saat itu ternyata menarik minat klub Thailand untuk merekrutnya.
Yanto Basna pun menyambut tawaran itu dan bermain bersama Khon Kaen pada 2018 dan pindah ke Sukhothai pada tahun berikutnya. Kini Yanto masih berkarier di Thailand bersama PT Prachuap dan baru saja menyelesaikan pendidikan sarjananya di Universitas Negeri Yogyakarta untuk jurusan Keolahragaan.
Â
Advertisement
Ryuji Utomo
Ryuji Utomo merupakan jebolan SAD Uruguay pada 2012. Ia sempat bergabung bersama Timnas Indonesia U-19 asuhan Indra Sjafri setelah tim tersebut menjuarai Piala AFF U-19 2013.
Namun, cedera yang dialaminya membuat Indra Sjafri tidak memasukkannya dalam skuat Garuda Nusantara yang tampil di Piala AFC U-19 2014. Ryuji memulai karier profesional bersama Mitra Kukar meski sempat merapat ke Persib Bandung.
Setelah itu, Ryuji menjajal peruntungan dengan bermain di Bahrain bersama Al Najma ketika Indonesia mendapatkan sanksi pembekuan dari FIFA. Setelah itu, Ryuji pulang ke Indonesia dan sempat berseragam Arema FC.
Pada 2017 Ryuji bergabung bersama Persija Jakarta, tapi kesulitan untuk bersaing di lini belakang Macan Kemayoran. Tapi, bukan itu satu-satunya penyebab Ryuji kurang menit bermain bersama Persija, melainkan panggilan memperkuat Timnas Indonesia U-22 dalam persiapan SEA Games 2017.
Bersama Timnas Indonesia U-22, Ryuji Utomo meraih medali perunggu SEA Games 2017 yang digelar di Kuala Lumpur, Malaysia. Sekembalinya dari SEA Games, Ryuji meminta izin untuk berkarier di Thailand.
Ryuji kemudian meminta izin untuk berkarier bersama PTT Rayong, dan dikabulkan oleh CEO Persija saat itu, Gede Widiade, di mana Ryuji pergi sebagai pemain pinjaman. Bersama klub Thailand itu, Ryuji berkontribusi membantu timnya menjadi juara Thai League 2 dan promosi ke kasta tertinggi.
Ia kemudian kembali ke Persija Jakarta pada awal 2019. Hingga saat ini, Ryuji masih menjadi satu di antara beberapa andalan Macan Kemayoran di lini belakang.
Â
Awan Setho Raharjo
Awan Setho merupakan kiper yang sudah merasakan pengalaman ke luar negeri sejak masih usia dini. Ia tergabung dalam tim U-11 yang mewakili Indonesia di ajang Danone Nations Cup 2010 di Sao Paulo, Brasil.
Ia kemudian bergabung dalam SAD Uruguay pada 2012. Bali United menjadi klub profesional pertama Awan Setho pada 2015. Ia bergabung bersama Bali United berbarengan dengan sejumlah pemain Timnas Indonesia U-19 yang tampil di Piala AFC U-19 2014, seperti Yabes Roni, Martinus Novianto, dan Ricky Fajrin Saputra.
Indra Sjafri adalah pelatih yang membawa Awan Setho bergabung dengan Bali United. Ia kemudian hengkang ke Persip Pekalongan yang tampil di Indonesia Soccer Championship B 2016. Setelah Liga 1 dimulai pada 2017, Awan Setho bergabung bersama Bhayangkara FC dan sempat dipinjamkan ke PSIS Semarang yang tampil di Liga 2.
Hanya empat pekan bersama PSIS, Awan Setho ditarik kembali oleh Bhayangkara FC. Ia selalu menjadi kiper utama tim berjulukan The Guardians itu yang pada akhir musim mampu keluar sebagai juara Liga 1 2017.
Keberhasilan Awan Setho mengantar timnya menjadi juara mendapatkan apresiasi dari pelatih Timnas Indonesia saat itu, Luis Milla, yang memanggilnya untuk ajang Aceh World Solidarity 2017.
Awan Setho kemudian dipanggil memperkuat Timnas Indonesia di Piala AFF 2018. Sayang, saat kesempatan untuknya datang, Tim Garuda justru kalah dari Thailand di Bangkok.
Namun, Awan Setho tak berkecil hati. Ia bekerja keras hingga akhirnya Indra Sjafri yang pernah bersamanya di Timnas Indonesia U-19 memanggilnya bergabung bersama Timnas Indonesia U-22. Awan Setho pun berhasil mempersembahkan gelar juara Piala AFF U-22 2019 di Kamboja.
Â
Advertisement
Hansamu Yama Pranata
Hansamu Yama Pranata merupakan jebolan SAD Uruguay 2012. Sekembalinya dari Uruguay, Hansamu langsung mendapatkan panggilan dari Indra Sjafri untuk memperkuat Timnas Indonesia U-19 di Piala AFF U-19 2013.
Hansamu menjadi palang pintu yang sangat kuat ketika itu. Berduet bersama Sahrul Kurniawan, pertahanan Tim Garuda Nusantara begitu kukuh hingga akhirnya mampu menjadi juara di ajang tersebut.
Setelah itu Hansamu Yama terus menjadi andalan di tim asuhan Indra Sjafri, termasuk ketika tampil di Piala AFC U-19 2014. Saat itu, Hansamu Yama pun mendapatkan kontrak kerjasama dengan klub profesional pertamanya, Barito Putera.
Ketika Indonesia baru bebas dari sanksi FIFA pada 2016, Hansamu Yama langsung mendapatkan kepercayaan dari Alfred Riedl masuk Timnas Indonesia yang berlaga di Piala AFF 2016. Hansamu tampil luar biasa dalam ajang tersebut.
Hansamu Yama mengemas dua gol ke gawang dua tim kuat Asia Tenggara, yaitu Vietnam di semifinal dan Thailand di pertandingan final. Sayang Hansamu belum berhasil mengulang suksesnya bersama Timnas Indonesia U-19 pada 2013 ketika memperkuat Timnas Indonesia di Piala AFF 2016.
Setelah itu Hansamu Yama menjadi andalan di Timnas Indonesia U-22 asuhan Luis Milla yang akan tampil di SEA Games 2017. Hansamu bahkan diplot sebagai kapten tim oleh pelatih asal Spanyol itu dan membantu Garuda Muda meraih medali perunggu di Kuala Lumpur. Hansamu juga menjadi andalan ketika Timnas Indonesia U-23 tampil di Asian Games 2018 dan melangkah hingga 16 besar.
Setelah itu, Hansamu Yama yang merupakan kelahiran Mojokerto, Jawa Timur, meminta izin kepada Barito Putera untuk bergabung bersama Persebaya Surabaya, klub yang diidolakannya sejak kecil. Ia membantu Persebaya menjadi runner-up Piala Presiden 2019 dan Liga 1 2019.
Septian David Maulana
Septian David Maulana adalah jebolan SAD Uruguay 2012. Seperti halnya Yanto Basna, Septian David Maulana merupakan pemain Timnas Indonesia U-19 yang bergabung bersama tim asuhan Indra Sjafri setelah menjuarai Piala AFF U-19 2013. Septian membantu tim tersebut lolos ke Piala AFC U-19 2014.
Setelah itu, Septian David bergabung bersama Mitra Kukar. Tak sendirian, Septian bergabung ke klub asal Tenggarong it ubersama Ryuji Utomo, Ravi Murdianto, dan Gavin Kwan Adsit. Bersama Mitra Kukar, ia kerap diplot sebagai pemain sayap karena kecepatan dan umpan silang akurat yang dimilikinya.
Septian David kemudian mendapatkan kesempatan bergabung bersama Timnas Indonesia U-22 yang berlaga di SEA Games 2017. Dalam kesempatan itu, Septian tampil bagus di bawah asuhan Luis Milla. Ketika itu, pemain kelahiran Semarang itu tak bermain sebagai sayap, melainkan sebagai gelandang serang.
Keputusan Luis Milla memaksimalkan peran Septian David di belakang striker berbuah manis. Ia mampu menjalankan tugasnya dengan sangat baik dan bahkan mencetak gol untuk Tim Garuda Muda. Ia tetap menjadi pilihan Luis Milla hingga Asian Games 2018.
Setelah cukup lama berkarier bersama Mitra Kukar, Septian David kemudian bergabung bersama PSIS Semarang pada 2019 dan kabarnya menjadi pemain muda paling mahal yang ada di skuat Mahesa Jenar.
Advertisement