Bola.com, Jakarta - Pesepak bola Tanah Air aktif di media sosial jadi fenomena menarik belakangan. Apalagi saat kompetisi terhenti seperti saat ini. Satu di antaranya adalah Dendi Santoso, penyerang sayap Arema FC yang memiliki channel youtube memakai namanya sendiri.
Di channel ini, Dendi sudah menayangkan sejumlah konten yang mayoritas berupa wawancara. Termasuk saat ia mendatangi rumah Kuncoro, legenda hidup Arema yang kini berstatus asisten pelatih di klub kebanggaan Kota Malang itu.
Baca Juga
Mengulas Sosok Pemain yang Paling Layak Jadi Kapten Timnas Indonesia: Jay Idzes Ada Tandingan?
Lini Depan Timnas Indonesia Angin-anginan: Maksimalkan Eliano Reijnders dan Marselino Ferdinan atau Butuh Goal-getter Alami?
Justin Hubner Jadi Biang Kerok Timnas Indonesia Vs Arab Saudi: The Real Preman, Langganan Kartu!
Advertisement
Kuncoro yang dikenal sebagai Raja Guyon baik sebagai pemain dan pelatih mengungkapkan kebersaman dan kekeluargaan di Arema memang kental sejak dulu. "Candaan dan saling ledek antarpemain adalah hal yang lumrah. Begitupun ketika candaannya kerap kelewat batas. Tak ada dendam dan marah," kenang Kuncoro.
Kuncoro sudah bergabung di Arema sejak berusia 18 tahun pada 1991. "Meski saya berstatus pemain muda, karakter saya yang keras langsung melebur sama tim," ungkap Kuncoro.
Apalagi saat itu di Arema, ada M. Kusnan dan Lulut Kistono yang berkarakter. Alhasil, sejak musim pertamanya bersama Arema, Kuncoro sudah lekat dengan julukan tukang jagal. Setelah semusim bersama Arema, Kuncoro sudah merasakan trofi juara Liga Sepakbola Utama (Galatama) musim 1992-1993.
"Sebagai pemain asli Malang, saya bangganya minta ampun saat itu. Apalagi nama Arema sudah identik dengan masyarakat Malang," kata Kuncoro.
Kuncoro menyimpan kenangan lucu bersama rekan sesama pemain di luar lapangan. Mengingat mayoritas pemain Arema berasal dari desa, gaya mereka kerap terkesan norak, termasuk cara berpakaian. Ia merujuk pengalaman saat hendak menonton film di bioskop. Saat hendak berangkat, tiba-tiba Singgih Pitono datang dengan stelan jas seperti layaknya orang mau kondangan.
"Saat ditegur sama Aji (Santoso),dengan enteng Singgih menjawab, gayanya itu model baru."
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Pemain yang Menyulitkan
Meski dikenal sebagai tukang jagal yang tanpa kompromi, Kuncoro mengaku ada satu pemain yang menyulitkan saat berduel yakni I Made Pasek Wijaya, penyerang sayap Pelita Jaya kala itu. Kuncoro yang awalnya bermain sebagai bek kanan kerap keteter mengawal Made Pasek.
"Pergerakan Pasek sangat lincah dan cepat. Saya tentu tak ingin dipermalukan di kandang sendiri. Saya pun memakai tangan untuk mengadangnya. Alhasil, Pasek pindah dan menyerang lewat posisi Aji," tutur Kuncoro.
Saking kerasnya permainan Kuncoro, striker Pelita Jaya dan timnas Indonesia, Bambang Nurdiansyah yang asli Malang bertanya ke Lulut. "Mas Banur menanyakan pemain dari mana itu, dijawab sama Lulut, preman pasar," ujar Kuncoro.
Saat bermain di Arema, Kuncoro mengungkap kerap mendapat nasehat dari Aji. "Saya juga pernah satu tim dengan Aji diluar Arema seperti saat berkostum PSM. Kami juga pernah bermain bersama di tim nasional," terang Kuncoro yang pernah membawa Jatim meraih medali emas cabang sepakbola pada PON 1996 ini.
Advertisement
Kedekatan dengan Suporter
Meski bertatus pemain asli Malang dan sangat mecintai Arema, Kuncoro sempat bermain pada sejumlah klub luar Malang, di antaranya Assyabaab AGS, Mitra Surabaya, PSM Makassar, Persebaya Surabaya, Gelora Putra Delta, Persija Jakarta dan Persik Kediri.
Bersama Persik, Kuncoro pernah mengecap trofi Liga Indonesia pada 2003. Ironisnya pada musim itu, Arema terdegradasi ke Divisi 1 (Liga 2)
"Bermain di klub lain tak mengurangi kecintaan saya ke Arema. Itulah mengapa saya menangis ketika mendengar kabar Arema degradasi," kata Kuncoro.
Pada kesempatan itu, Kuncoro mengungkap kedekatan pemain dengan Aremania. Pernah pada satu pertandingan di Gresik, pemain Arema serentak keluar lapangan untuk mengamankan suporter yang berhadapan dengan aparat keamanan.
"Padahal pertandingan belum berakhir. Bagi kami, siapa pun pemain yang pernah membela Arema pasti menganggap Aremania adalah bagian tak terpisahkan dalam tim," tegas Kuncoro.
Pada kesempatan itu, Kuncoro juga berpesan kepada kepada pemain muda Malang agar terus mengembangkan kemampuan. "Malang Raya punya banyak pemain berpotensi," ungkap Kuncoro yang memunculkan pemain seperti Jayus Hariono dan Dedik Setiawan ini.