Bola.com, Semarang - Para penggawa PSIS Semarang antusias menyambut kembali bergulirnya Shopee Liga 1 2020 yang dimulai pada 1 Oktober mendatang. Manajemen klub juga menyiapkan Stadion Citarum sebagai kandangnya.
Tentu menjadi kabar yang menggembirakan bagi skuat PSIS Semarang yang bisa kembali bermain di rumah sendiri. Lantaran sudah lebih dari dua tahun PSIS berkandang di luar Semarang, dan menjadikan Stadion Moch Soebroto, Magelang, sebagai kandang di Liga 1.
Baca Juga
Kocaknya Suporter Timnas Jepang saat Ditanya First Time ke Indonesia: Eh Ternyata dari Cikarang
Pundit Malaysia Berikan Pesan Bijak untuk Suporter Timnas Indonesia: Nikmati dan Hargai Perjalanan di Kualifikasi Piala Dunia 2026
Bek tapi Jago Nyerang, Kevin Diks Berpotensi Jadi Pembeda dalam Duel Timnas Indonesia Vs Jepang
Advertisement
Namun, para pemain perlu adaptasi untuk lapangan Stadion Citarum. Alasannya, karena lapangan ini menggunakan rumput sintetis atau buatan.
Para pemain dipastikan bakal lebih berhati-hati. Hal itu diutarakan oleh bek sayap PSIS Semarang asal Lampung, Frendi Saputra. Menurutnya, lapangan sintetis yang licin dan berbahan plastik, membuat pemain seperti dirinya harus hati-hati, terutama saat melancarkan tekel.
"Sebagai pemain belakang, pasti berpikir dua kali kalau mau melakukan tekel. Lapangan seperti ini rentan membuat kaki lecet," terang Frendi Saputra, Sabtu (18/7/2020).
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Tidak Menjadi Kendala
Menurut bek PSIS Semarang itu, ada perbedaan yang signifikan ketika bermain di lapangan dengan rumput alami dan sintetis. Terutama pada aliran bola yang lebih lambat ketika di rumput sintetis.
Frendi tak mempersoalkan timnya bakal berkandang di Stadion Citarum. Meski sebenarnya masih ada stadion lain yang tidak kalah representatif, yakni Stadion Kebondalem Kendal. Namun, masa pandemi COVID-19 membuat perizinan menjadi kendala.
"Memang perlu adaptasi di sana. Saya merasakan ada bedanya. Perlu lebih hati-hati mengingat lapangan juga keras," jelas Frendi Saputra.
Advertisement