Bola.com, Jakarta - Indonesia memiliki potensi besar sebagai sebuah bangsa yang juga besar. Keanekaragaman budaya dari ujung barat hingga ujung timur, membuat bangsa ini begitu besar. Begitu pun yang terlihat di dunia sepak bola, di mana bintang-bintang Timnas Indonesia datang dari segala penjuru Nusantara. Tak sedikit pula mutiara dari timur Indonesia yang begitu berkilau kala membela bangsa di level internasional.
Pesepak bola asal Indonesia timur memang terkenal memiliki bakat yang luar biasa. Tanpa mengesampingkan mereka yang berasal dari daerah lain dan juga mampu bersaing di level nasional maupun internasional, wilayah timur Indonesia memang kerap melahirkan bakat-bakat luar biasa di lapangan hijau.
Baca Juga
Advertisement
Tidak hanya datang dari Papua, daerah yang menjadi ujung timur Indonesia. Melainkan juga banyak yang datang dari Sulawesi Selatan dan Maluku. Bahkan karena bakat-bakat luar biasa dari Indonesia timur itulah, ada film bertema sepak bola yang berlatar belakang mereka yang berasal dari Indonesia timur.
Contoh saja Cahaya dari Timur (Beta Maluku). Film yang dibintangi Chicco Jericho ini menceritakan sepak bola yang berkaitan dengan isu sosial di Maluku, yaitu konflik antaragama. Film ini memotret kehidupan pesepak bola Indonesia yang sebenarnya, seperti Alfin Tuasalamony, Hendra Adi Bayauw, Rizky Pellu, serta beberapa pemain lain yang aktif di kompetisi Tanah Air.
Tak hanya itu, ada pula film berjudul Tabula Rasa. Film berlatar belakang Kepulauan Yapen, Serui, Papua, ini bercerita mengenai pemuda asal Serui yang bercita-cita menjadi pesepak bola profesional. Film ini tergolong unik karena meski berlatar sepak bola, terlihat jelas bagaimana keberagaman suku bangsa yang ada di Indonesia.
Dalam perjalanan Timnas Indonesia di kancah internasional, tak sedikit mereka yang berasal dari Indonesia timur tampil dan memberikan kontribusi nyata bagi Tim Garuda. Kali ini Bola.com mengulas 7 pemain yang merupakan mutiara dari timur Indonesia yang bersinar kala membela Tim Garuda.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Ronny Pattinasarani
Penggemar Timnas Indonesia era 1970an hingga 1980an pasti tidak asing dengan nama ini. Ronny Pattinasarani begitu akrab di telingat para pecinta sepak bola nasional.
Pemain kelahiran Makassar dan memiliki darah Ambon ini memang terbilang sukses membawa Timnas Indonesia di kancah internasional. Ronny memulai karier bersama PSM Makassar sejak level junior pada 1966. Dalam dua tahun ia naik ke tim senior dan menjadi Olahragawan Terbaik 1976.
Ronny Pattinasarani menjadi bagian dari Timnas Indonesia yang berhasil meraih medali perak SEA Games 1979 dan 1981. Setelah itu, Ronny masuk dalam daftar All Star Asia pada 1982.
Ban kapten Timnas Indonesia pernah melingkar di lengan pemain berjulukan "Si Kurus" itu ketika nama Indonesia melambung di level Asia.
Ronny Pattinasarany memutuskan gantung sepatu pada 1983. Ia kemudian melanjutkan karier sebagai pelatih. Persiba Balikpapan, Krama Yudha Tiga Berlian, Persita Tangerang, Petrokimia Gresik, Makassar Utama, Persitara Jakarta Utara, dan Persija Jakarta adalah kumpulan klub yang pernah ditanganinya. Ronny tutup usia pada 19 September 2008 dalam usia 60 tahun.
Advertisement
Rochi Putiray
Bergeser ke era 1990an, Indonesia pernah memiliki striker nyentrik bernama Rochi Putiray. Pemain asal Ambon, Maluku, ini boleh dibilang masuk dalam daftar legenda sepak bola nasional karena sederet prestasi yang membanggakan.
Rochi Putiray seperti ditahbiskan menjadi pencetak gol ulung ketika berseragam klub maupun Timnas Indonesia. Ia merupakan predator di kotak penalti lawan dan menjadi satu di antara deretan striker ganas yang pernah dimiliki Timnas Indonesia.
Pemain ini dikenal dengan sikap nyentrik di lapangan hijau. Rochi kerap menggunakan sepasang sepatu yang berbeda warna.
"Ide awalnya ketika bertemu dengan Vietnam di Pra-Piala Dunia, tapi saya lupa tahunnya. Banyak pemain Vietnam yang menggunakan sepatu dengan merk yang berbeda. Lantas saya pikir, itu adalah ide menarik yang bisa ditiru. Setiap beli sepatu, saya pasti dua pasang, biar kalau dipakai bisa berlainan jenis," kisah Rochi.
Namun, cita rasa nyentrik ini diimbangi dengan penampilan yang luar biasa di lapangan hijau, penampilan yang membawanya pernah berkarier di Hong Kong.
Ya, Rochi Putiray pernah membela sejumlah klub Hong Kong, seperti Instant Dict FC, Happy Valley, Kitchee SC, hingga South China AA. Dalam kariernya bersama klub Hong Kong, Rochi pernah memiliki kesempatan membobol gawang AC Milan. Momen itu terjadi pada musim 2003-2004, di mana Rochi mendapat kesempatan tampil saat Kitchee SC menghadapi Rossoneri di Hong Kong Stadium dalam laga uji coba.
AC Milan yang diperkuat Andriy Shevchenko dan Paolo Maldini tak membuat Rochi gentar. Ia berhasil menjebol gawang Christian Abbiati dan menjadi momen bersejarah dalam kariernya.
Bersama Timnas Indonesia, Rochi terkenal menjadi seorang striker yang tajam dengan catatan 17 gol dari total 41 penampilan untuk Tim Garuda. Rochi juga masuk dalam Timnas Indonesia yang meraih medali emas SEA Games 1991, di mana ada dua gol dicetaknya ke gawang Malaysia dan tuan rumah Filipina di fase grup.
Setelah hasil manis pada 1991, Rochi dipercaya menjadi penyerang Timnas Indonesia dalam berbagai ajang, yakni Piala Asia 1996, Piala Tiger 1998, Piala Asia 2000 hingga Pra Piala Dunia 2002.
Elie Aiboy
Elie Aiboy merupakan bintang Timnas Indonesia asal Jayapura yang dikenal memiliki kecepatan lari di sisi sayap permainan dan umpan silang yang akurat dan memanjakan. Bambang Pamungkas merupakan striker yang kerap dimanjakan oleh umpan Elie, baik di Timnas Indonesia, di Persija Jakarta, maupun ketika sama-sama berkarier di Malaysia bersama Selangor FA.
Bersama Bambang Pamungkas, Elie Aiboy merasakan atmosfer juara di Malaysia. Ia membantu Selangor FA meraih treble winner dengan menjuarai Liga Premier Malaysia, Malaysia FA Cup, dan Malaysia Cup. Ia juga menjadi pemain terbaik di Malaysia FA Cup 2005.
Elie Aiboy memang merupakan pemain bertipe pekerja keras di lapangan hijau. Ia pertama kali berseragam Timnas Indonesia pada 2001 dan mencetak gol pertamanya bagi Tim Garuda pada 2003, di mana saat itu ia menjebol gawang Malaysia yang membawa Tim Garuda bermain imbang 1-1 dalam laga persahabatan.
Sebagai seorang pemain yang bergerak di lini kedua, terutama dari sisi sayap, Elie Aiboy memang lebih sering mencatat assist ketimbang gol. Dalam 49 penampilannya bersama Timnas Indonesia hingga terakhir kalinya di Piala AFF 2012, Elie mencetak 8 gol untuk Tim Garuda.
Setelah gol perdana ke gawang Malaysia pada 2003, Elie Aiboy mampu mencetak banyak gol untuk Timnas Indonesia pada 2004. Ia mencetak gol ke gawang Sri Langka dalam kemenangan 1-0 yang diraih oleh Tim Garuda dalam pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2006.
Setelah itu ia mencetak gol ke gawang Bahrain saat Indonesia menang 3-1 di Piala Asia 2004. Plus ada empat gol yang dicetaknya di Piala Tiger 2004, masing-masing satu gol ke gawang Laos dan Singapura, dan dua gol ke gawang Kamboja.
Gol terakhirnya tercetak pada 14 Juli 2007 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan. Elie Aiboy mencetak gol dalam laga kontra Arab Saudi di Piala Asia 2007 di mana Indonesia menjadi satu dari empat tuan rumah fase grup.
Saat Indonesia menjadi tuan rumah Piala Asia 2007 itu, Elie Aiboy menjadi satu dari tiga pemain yang menjadi simbol pewayangan dalam kampanye Nike selaku sponsor resmi Timnas Indonesia. Elie Aiboy digambarkan sebagai gatot kaca karena kekuatan dan kecepatan yang dimilikinya.
Advertisement
Boaz Solossa
Legenda hidup Timnas Indonesia asal Papua yang hingga saat ini masih aktif bermain. Striker Persipura Jayapura ini sudah hampir 16 tahun berkarier sejak pertama kalinya menembus Timnas Indonesia di Piala Tiger 2004 setelah penampilan cemerlangnya bersama tim sepak bola Papua di PON 2004
Pemain kelahiran Sorong itu pertama kali dikenal luas setelah bergabung dan bermain cemerlang di PON 2004. Ia pun ditarik bergabung bersama Timnas Indonesia asuhan Peter Withe di Piala Tiger 2004.
Boaz mengantar Timnas Indonesia hingga ke final Piala Tiger, di mana ia mengemas empat gol dalam kejuaraan tersebut. Namun, tekel keras bek Singapura, Baihaki Khaizan di laga final, membuat Boaz Solossa harus pulang dengan cedera parah. Ia mengalami keretakan pada tulang kakinya.
Sejak saat itu, Boaz Solossa kerap jatuh bangun karena cedera yang membuatnya harus sering absen dari Timnas Indonesia. Namun, Boaz selalu berusaha untuk bangkit. Bersama klubnya, Persipura Jayapura, Boaz mampu tampil konsisten dan beberapa kali menjadi top scorer Indonesia Super League kala mengantar Persipura menjadi juara.
Konsistensinya sebagai striker tajam milik Indonesia mengantarnya kembali ke Timnas Indonesia yang berlaga di Piala AFF 2016. Boaz berhasil mencetak tiga gol dalam kejuaraan tersebut, mempertegas bahwa dirinya belum habis untuk Indonesia.
Total dalam kariernya bersama Timnas Indonesia, Boaz mencetak 14 gol dalam 48 penampilan. Jumlah gol itu membuatnya berada di peringkat keenam daftar pencetak gol terbanyak Timnas Indonesia bersama Widodo Cahyono Putro.
Boaz Solossa juga merupakan panutan bagi pemain-pemain muda asal Papua. Yanto Basna, Marinus Wanewar, Osvaldo Haay, dan Todd Rivaldo Ferre, dalam beberapa kesempatan pernah menyinggung nama Boaz yang mereka anggap sebagai sumber inspirasi.
Ricardo Salampessy
Ricardo Salampessy merupakan rekan setim Boaz Solossa kala memperkuat tim sepak bola Papua di PON 2004. Setelah itu, Ricardo membela Persiwa Wamena.
Pemain kelahiran Ambon itu cukup lama mengabdikan diri bersama klub asal Papua. Setelah bermain bersama Persiwa pada 2004 hingga 2005, Ricardo kemudian membela Persipura hingga 2013. Sempat hengkang, Ricardo kembali ke pelukan Persipura pada 2015 hingga saat ini.
Dalam perjalanan kariernya, Ricardo Salampessy pertama kali dipanggil memperkuat Timnas Indonesia pada 2006. Ia juga menjadi bagian dari Timnas Indonesia U-23 yang tampil di SEA Games 2007.
Pemain yang berposisi sebagai seorang bek ini dalam perjalanan kariernya sudah 22 kali beseragam Timnas Indonesia. Ia bahkan sempat mencetak sebuah gol internasional pada 2014 lalu, di mana gol tersebut dicetaknya ke gawang Qatar dalam sebuah laga persahabatan.
Advertisement
Osvaldo Haay
Setelah lima pemain yang merupakan mantan pemain Timnas Indonesia, kini berlanjut ke pemain yang masih bermain untuk Timnas Indonesia, bahkan menjadi masa depan sepak bola Indonesia. Kali ini ada Osvaldo Haay, pemain kelahiran Jayapura yang dalam beberapa tahun terakhir menjadi seorang rising star.
Osvaldo Haay memperlihatkan performa apik sejak memperkuat Persipura di putaran kedua Torabika Soccer Championship 2016. Setelah itu, Osvaldo Haay menarik minat Luis Milla yang ditunjuk PSSI menjadi pelatih Timnas Indonesia untuk SEA Games 2017 dan Asian Games 2018.
Osvaldo Haay yang masih sangat muda pun masuk dalam proyeksi Luis Milla dalam dua kejuaraan tersebut. Kecepatan yang dimilikinya membuat Osvaldo kerap bermain di sektor sayap. Namun, dari situlah gol-gol luar biasa tercipta.
Bersama Timnas Indonesia U-22 asuhan Luis Milla di SEA Games 2017, Osvaldo Haay cukup cemerlang. Namun, kecemerlangan benar-benar baru ia perlihatkan di ajang yang sama dua tahun kemudian. Ya, di SEA Games 2019, Osvaldo Haay menjadi andalan Timnas Indonesia U-22 asuhan Indra Sjafri.
Tak hanya menjadi andalan, Osvaldo Haay membawa Tim Garuda Muda melangkah ke final, meski pada akhirnya harus puas dengan medali perak. Dalam perjalanannya itu, Osvaldo Haay menjadi pencetak gol terbanyak di SEA Games 2019.
Beberapa bulan sebelum meraih perak SEA Games 2019, Osvaldo Haay juga membantu tim yang sama meraih gelar juara di Piala AFF U-22 2019 yang digelar di Kamboja. Kecemerlangan tersebut memang sudah diperlihatkan Osvaldo sejak berseragam Persebaya Surabaya pada musim 2018.
Osvaldo Haay menjadi pemain muda terbaik Liga 1 2018 berkat performa apik bersama Persebaya selama satu musim. Total Osvaldo Haay telah mencetak 12 gol untuk Timnas Indonesia, 11 di antaranya ketika memperkuat Timnas Indonesia U-23. Ia masih bisa menjadi andalan Timnas Indonesia di masa depan.
Todd Rivaldo Ferre
Satu lagi Mutiara asal timur Indonesia yang bakal makin berkilau di masa depan. Todd Rivaldo Ferre merupakan pemain yang dua tahun lebih muda dari Osvaldo Haay.
Todd Rivaldo Ferre pertama kali dikenal karena keberhasilannya membawa Persipura U-19 menjuarai Liga 1 U-19 2017, di mana ia menjadi pemain terbaik dalam kompetisi tersebut.
Kecemerlangannya membuat Indra Sjafri yang saat itu menangani Timnas Indonesia U-19 sempat terdesak. Tidak adanya pemain asal Papua di dalam tim asuhan Indra Sjafri membuat publik pecinta Timnas Indonesia bersuara. Todd Rivaldo Ferre dianggap layak untuk mendapatkan panggilan ke Tim Garuda Muda.
Todd Rivaldo Ferre masuk dalam skuat Timnas Indonesia U-19 di Piala AFF U-19 2018. Namun, jumlah penampilannya saat itu terbilang sedikit dan Timnas Indonesia asuhan Indra Sjafri itu hanya finis di peringkat ketiga.
Performa apik Todd Rivaldo Ferre baru terlihat ketika memperkuat tim yang sama di Piala AFC U-19 2018. Ia tampil dalam empat pertandingan dan semua diawali dari bangku cadangan.
Todd Rivaldo Ferre mendapatkan sorotan ketika Timnas Indonesia U-19 menghadapi Qatar. Tim Garuda Muda sudah tertinggal 1-4 di akhir babak pertama dan sempat makin tertinggal menjadi 1-6 hingga menit ke-60.
Masuknya Todd Ferre menjadi suntikan semangat yang luar biasa bagi tim asuhan Indra Sjafri. Kelincahan menguasai bola dan menggocek begitu banyak pemain lawan membuat Todd Rivaldo Ferre mampu mencetak hattrick dalam pertandingan tersebut.
Sayang, satu gol tambahan dari Saddil Ramdani tak membuat Indonesia bisa meraih kemenangan. Namun, dari ketinggalan 1-6, Timnas Indonesia U-19 berhasil mengakhiri pertandingan dengan hanya kalah tipis 5-6, dan itu berkat permainan apik Todd Ferre setelah masuk dalam lapangan.
Musim 2019 menjadi musim yang juga apik bagi Todd Ferre. Kecemerlangan di Piala AFC U-19 2018 membawanya naik level ke Timnas Indonesia U-22 yang juga ditangani oleh Indra Sjafri pada saat itu. Meski tidak berstatus pemain utama, Todd Rivaldo Ferre ikut mengantar Tim Garuda menjadi juara Piala AFF U-22 2019.
Tak hanya itu, performa apik juga diperlihatkannya bersama Persipura di Liga 1 2019. Ia pun menjadi satu di antara 11 pemain yang terpilih sebagai Liga 1 Team of the Season 2019, seta menjadi pemain muda terbaik Liga 1 2019.
Seperti halnya Osvaldo Haay, Todd Rivaldo Ferre bisa menjadi mutiara yang makin berkilau bersama Timnas Indonesia di masa depan.
Advertisement