Sukses


Eks Primavera-Baretti Ungkap Kenangan Lucu di Italia: Ditaksir Gadis Setempat, Dikejar Polisi, sampai Petasan Malam Takbiran

Bola.com, Jakarta - PSSI pernah membuat program pemain muda yang menimba ilmu sepak bola di Italia pada periode 1993-1996 dengan nama Primavera-Baretti. Puluhan pemain muda terbaik tanah air menetap dan ikut berkompetisi di sana.

Selama di Italia, tim Primavera-Baretti tinggal pada sebuah penginapan di kawasan perbukitan Tavaronne, Genoa. Di kawasan itu hanya dihuni puluhan kepala keluarga. Jadi, keakraban pun cepat tercipta.

"Masyarakat setempat menerima kami dengan ramah dan baik. Jadi, kami merasa seperti berada di keluarga sendiri," ujar Ilham Romadhona, gelandang asal Medan saat reuni Primavera-Baretti yang diunggah Channel YouTube ANTV Sports.

Layaknya pemain muda, disela-sela latihan dan bertanding, mereka juga bergaul dengan dengan gadis remaja setempat. Menurut Ilham, ada tiga pemain angkatannya yang berstatus idola kaum hawa. Ketiganya adalah Yeyen Tumena, Supriono Prima dan Kurniawan Dwi Yulianto.

"Malah ada cewek Italia yang sempat datang ke Indonesia untuk bertemu dengan Supriono. Tapi, ngga lanjut," kata Ilham. Supriono yang berada disamping Ilham langsung menimpali. "Bukan ngga lanjut, ngga jodoh aja."

Imran Nahumarury, gelandang Baretti justru menunjuk Ilham sebagai don juan. "Ada cewek manis, namanya Emanuella. Orangnya baik, saya sempat mendekatinya. Ternyata dia mantannya Ilham," ungkap Imran yang sekamar bertiga dengan Charis Yulianto dan Uston Nawawi.

 

 

 

 

 

Saksikan Video Pilihan Kami:

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 3 halaman

Dikejar Polisi dan Malam Takbiran

Ilham juga mengungkap pengalamannya bersama Eko Purjianto, Indriyanto Nugroho, Irwan Fahrezie dan Nurul Huda yang dikejar Carabinieri, Polisi Italia. Saat itu, mereka mengisi waktu dengan memancing di sebuah sungai.

Padahal, di Italia, ada larangan memancing di sungai. Tak ayal, Carabinieri yang kebetulan melintas melhat dan mengejar.Mereka pun berlari kencang menuju penginapan dan langsung masuk ke kamar. Tak lama kemudian, Danurwindo, pelatih Primavera-Baretti mengetuk pintu kamar.

"Kami pun menceritakan apa adanya ke om Danur yang kemudian mengajak kami menemui dua carabineiri yang sudah menunggu di ruang tamu," kenang Ilham.

Setelah bertemu dan mendapatkan penjelasan dari Danurwindo, carabineiri itu mengerti. "Mereka malah memberi kami sejumlah atribut seperti topi dan baju polisi," tambah Ilham.

Rutinitas latihan dan bertanding kerap membuat mereka lupa dengan hari besar di tanah air. Tapi, tidak buat Gusnedi Adang, bek sayap yang dikenal iseng. Pas malam takbiran Idul Fitri, Gusnedi mengajak teman-temannya menyalakan petasan di depan pintu kamar Harry Tjong, pelatih lainnya. Kebetulan Tjong adalan non muslim.

Tak ayal, Tjong yang lagi istirahat di kamar terganggu dan langsung keluar kamar sambil marah. Danurwindo pun datang. "Om Danur bertanya kenapa kami melakukan hal itu. Kami jawab kan malam takbiran, ternyata om Danur juga lupa," Gusanedi Adang mengenang. 

 

 

 

3 dari 3 halaman

Makanan dan Ketinggalan Bus

Budaya dan kebiasaan yang berbeda sempat membuat pemain Primavera-Baretti kewalahan beradaptasi. Terutama soal menu makanan. Terlebih Yeyen Tumena menceritakan awalnya mereka kesulitan karena dilarang makan nasi pada pagi siang.

"Kami hanya menyantap pasta, spagetti dan pizza. Malamnya baru boleh makan nasi. Itu pun takarannya tak banyak. Tapi, akhirnya jadi terbiasa juga," ungkap Yeyen Tumena, bek asal Padang.

Yeyen juga menceritakan pengalaman mereka yang kesulitan pulang ke penginapan saat jalan-jalan ke kota Genoa. Menurut Yeyen, jadwal bus Tavarone-Kota Genoa hanya dua kali.

"Di Italia, terlambat satu menit saja, kami ditinggal bus. Kami terlambat, alhasil tidak bisa pulang dan akhirnya minta dijemput," kata Yeyen.

Charis Yulianto yang berada disamping Yeyen ikut bersuara. Ia bercerita pernah terlambat sampai ke penginapan usai melakukan joging bersama pada Minggu pagi. "Saya kesulitan menyeberang jalan karena ada sejumlah truk besar melintas," kisahnya.

Lain lagi cerita Alex Pulalo, bek sayap asal Papua. "Sukanya saat rame-rame menikmati masakan Indonesia. Dukanya kalau tiba-tiba ingat keluarga di tanah air. Rasanya ingin pulang," pungkas Ale. 

Lebih Dekat

Video Populer

Foto Populer