Bola.com, Jakarta - Karier Ferdinand Sinaga di dunia sepak bola kerap dihiasi kontroversi. Mulai dari tingkah lakunya di atas lapangan hingga kepindahannya yang selalu mengejutkan.
Lahir di Bengkulu, besar di Lampung, namun mengasah kemampuan sepak bola di Bandung. Itulah sedikit gambaran masa muda Ferdinand Sinaga.
Baca Juga
Advertisement
Lulus dari Diklat Persib Bandung, Ferdinand bergabung dengan Persibat Batang pada 2006 sebelum hijrah ke Persikab Kabupaten Bandung pada 2007. Setahun berselang, pemain berdarah batak ini hengkang ke Pelita Jaya dan kembali pindah ke PPSM Magelang pada 2009.
Nama Ferdinand mulai harum tatkala membela Persiwa Wamena pada 2011. Penyerang kelahiran Bengkulu, 18 September 1988 ini membentuk fantastic four bersama Boakay Eddie Foday, Erick Weeks, dan Pieter Rumaropen.
Lagi-lagi, Ferdinand cuma bertahan semusim. Setelah bersumbangsih atas 10 gol dari 26 penampilan, ia meninggalkan Persiwa untuk merapat ke Semen Padang.
Di Semen Padang, Ferdinand mampu membawa tim kebanggaan warga Minang ini ke tangga juara Indonesia Premier League (IPL) 2011-2012. Bak kutu lompat, ia cabut ke Persisam Samarinda pada tahun berikutnya.
Entah harus berapa kali mengulang kata setahun atau semusim, Ferdinand Sinaga hengkang dari Persisam setelah membukukan sepuluh gol dari 18 pertandingan di Indonesia Super League (ISL). Tujuannya kali ini Persib Bandung.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Juara Sekaligus Pemain Terbaik di Persib
Di Persib, Ferdinand Sinaga mencapai era keemasan. Dia berhasil mengantar tim beralias Pangeran Biru itu merengkuh trofi ISL 2014. Di akhir kompetisi, Ferdinand didapuk sebagai pemain terbaik.
Tak ada petir, tak ada hujan, Ferdinand tiba-tiba mengumumkan bergabung dengan Sriwijaya FC pada 2015, alih-alih memperpanjang kontraknya bersama Persib.
Sial bagi Ferdinand, kariernya di Sriwijaya FC berlangsung singkat karena pembekuan FIFA terhadap PSSI berakibat vakumnya kompetisi. Dia lalu pindah ke PSM Makassar pada 2016.
Advertisement
Pujaan Suporter PSM
Baru di PSM, Ferdinand Sinaga berubah menjadi pemain loyal. Sempat hengkang sebentar ke Malaysia untuk membela Kelantan FA, ia kembali ke Makassar pada 2018.
Keputusan Ferdinand CLBK dengan PSM terbilang mengejutkan. Padahal, ia baru bergabung dengan Kelantan FA pada awal musim 2018. Namun, kualitasnya mulai diragukan ketika ia mandul dalam lima pertandingan awal di Liga Super Malaysia.
Ferdinand bertahan di PSM hingga pertengahan 2020. Suka, duka, sedih hingga senang pernah dilaluinya dengan seragam tim berjulukan Pasukan Ramang ini.
Bersama PSM, Ferdinand sukses meraih trofi Piala Indonesia 2018-2019 setelah mengalahkan Persija Jakarta dengan agregat 2-1 dalam partai puncak yang dipenuhi bumbu ketegangan.
Tak jarang PSM diterpa isu kurang sedap seperti penunggakan gaji. Namun, Ferdinand memilih setia bersama Pasukan Ramang sebelum pinangan secara mengejutkan itu tiba.
Dipulangkan PSMS
Bak petir di siang bolong, akun Instagram PSMS Medan, @psms.id mengunggah foto Ferdinand Sinaga pada 19 Juli 2020. Terlihat tidak etis lantaran yang banyak orang tahu, penyerang berusia 31 tahun ini berstatus pemain PSM.
Usut punya usut, manajemen PSMS bergerak dalam senyap. Tim berjulukan Ayam Kinantan itu telah merampungkan negosiasi dengan PSM untuk meminjam Ferdinand.
PSMS tertarik dengan Ferdinand karena tengah berambisi memulangkan putra daerah Sumatera Utara untuk melancarkan misi promosi ke Liga 1 pada musim depan.
"Jadi begini, kami tertarik dengan Ferdinand, dia juga mau membantu kami. Setelah kedua belah pihak sepakat melalui telepon. Kami lanjut berkomunikasi dengan manajemen PSM. Kami meminta izin ke CEO PSM, Pak Munafri Arifuddin dan menyampaikan niat PSMS untuk meminjam Ferdinand Sinaga," kata Sekretaris Umum PSMS, Julius Raja kepada Bola.com.
Manajemen PSM Makassar belum mau berbicara banyak mengenai perginya Ferdinand ke PSMS. Melalui media officer, Sulaiman Karim, Pasukan Ramang mengerti tipikal sang pemain yang menyukai tantangan.
"Ambil positifnya saja. Ferdinand ke Medan atas seizin manajemen. Kan bagus buat Ferdinand latihan bersama PSMS. Artinya, kondisinya tetap baik saat dibutuhkan," imbuh Sulaiman.
"Saya tahu betul karakter Ferdinand. Dia adalah tipe pemain yang menyukai tantangan. Bisa jadi Ferdinand ke PSMS karena ada target promosi ke Liga 1. Sedang di Liga 1 tak ada degraradasi. Kami tunggu saja perkembangannya," terangnya
Advertisement
Emosional di Atas Lapangan
Sedari muda, emosi Ferdinand kerap sukar untuk dikendalikan. Dia hobi meledak-ledak di atas lapangan.
Sifat temperamental Ferdinand yang masih teringat jelas tentu saat aksinya memanjat pagar pembatas Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Mei 2014, saat berseragam Timnas Indonesia. Ia menghampiri suporter di tribune untuk menantangnya berkelahi.
Musababnya, Ferdinand terus mendapatkan intimidasi suporter sepanjang laga. Ketika menguasai bola, ia yang kala itu masih berstatus pemain Persib ini kerap mendapatkan cibiran.
Beruntung, petugas keamanan sigap meredam aksi temperamen Ferdinand. Ia bergegas digiring ke ruang ganti.
"Sejak dulu saya dididik keluarga layaknya orang Batak dan kita tahu kalau orang Batak itu keras. Ketika berada di perantauan harus keras karena kalau lembek kena sikut orang. Jadi memang harus punya karakter," kata Ferdinand di channel Youtube Jebreeetmedia TV mengenai sifat emosionalnya.
"Bapak saya sopir bus AKAP. Jadi di rumah sering kumpul sopir-sopir dan bercerita tentang perantauan di jalan. Oleh karena itu tersimpan dalam otak saya ternyata hidup itu harus keras sehingga saya harus keras," ucap Ferdinand.