Sukses


Mengulas Kebiasaan Shin Tae-yong bersama Korea Selatan, Cocok buat Timnas Indonesia?

Bola.com, Jakarta - Setelah melewati drama dengan PSSI, Shin Tae-yong akhirnya bakal memulai petualangannya bersama Timnas Indonesia. Tentunya menarik dinanti seberapa jauh Tim Merah Putih bisa melangkah di bawah mantan arsitek Korea Selatan tersebut.

Shin Tae-yong diketahui gemar menggunakan pakem 4-3-3 dan 4-2-3-1. Poros utama Korea Selatan dimiliki oleh Koo Ja-cheol dan Ki Sung-yueng. Pola ini sebetulnya bukan hal baru buat Timnas Indonesia yang juga gemar menggunakan formasi serupa dalam beberapa tahun belakangan meski bergonta-ganti pelatih.

Keberadaan Ki Sung-yueng dan Koo Ja-cheol membuat Shin Tae-yong leluasa memainkan sepak bola yang dinamis dan enak dilihat. Ki Sung-yueng misalnya, pintar dalam melakukan switch sehingga tempo permainan bisa dikendalikan.

Ketika Shin Tae-yong hendak melakukan transisi dari bertahan ke menyerang atau serangan balik maupun menurunkan tempo pertandingan, ia bisa secara tiba-tiba mengubah formasi menjadi 4-2-3-1.

Keberadaan Son Heung-min dan Hwang Hee-chan sebagai pendobrak pertahanan lawan juga sangat efektif. Kecepatan keduanya sangat diandalkan ketika Shin Tae-yong melakukan serangan balik.

Saat Korea Selatan tampil di Piala Dunia 2018 silam. Ada semacam inkonsistensi perihal susunan pemain utama. Ada tiga formasi yang digunakan, yakni 4-3-3, 4-4-2, dan 4-2-3-1.

Pada saat menghadapi Jerman di laga pamungkas, Shin tae-yong menggunakan formasi 4-4-2. Padahal pada laga sebelumnya menghadapi Meksiko, ia memilih 4-2-3-1.

Semuanya makin tidak pasti karena pada laga perdana, Shin Tae-yong menerapkan formasi 4-3-3. Apakah ini menjadi bentuk inkonsistensi? Bisa benar bisa juga tidak.

Shin Tae-yong mungkin mengubah formasi secara bergantian karena tidak menghasilkan apa-apa pada laga sebelumnya. Alih-alih mempertahankan susunan pemain dan formasi yang sama, ia memilih mengubahnya pada laga berikutnya.

Hal tersebut bisa dimaklumi. Sebab, babak grup Piala Dunia sangatlah krusial dan dibutuhkan kecermatan melihat situasi. Buat apa mempertahankan pakem yang sama padahal kalah?

Hasilnya terlihat pada Piala Dunia 2018. Pertama, Korea Selatan kalah 0-1 dari Swedia. Lalu pada laga kedua, kalah lagi dari Meksiko, namun bisa mencetak satu gol.

Pada laga pamungkas melawan Jerman, Korea Selatan berhasil memenangi laga dengan skor 2-0. Formasi yang dipakai adalah 4-4-2.

Pelajaran yang bisa dipetik dari penampilan Timnas Korea Selatan di Piala Dunia 2018 yakni tiap lawan punya karakteristik sendiri sehingga treatment-nya pun berbeda. Di sisi lain, mempertahankan komposisi yang salah sampai akhirnya menang bukan jadi opsi buat Shin Tae-yong.

Lalu pertanyaannya adalah, apakah Shin Tae-yong bakal menerapkan kebiasannya di Timnas Korea Selatan pada tim barunya ini, yakni Timnas Indonesia? Berikut sajian khas Bola.com.

 

Video

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 5 halaman

Kebijakan Pemain Muda?

Aksi bersih-bersih Shin Tae-yong dimulai. Pelatih Timnas Indonesia itu pelan-pelan meremajakan skuadnya.

Pada TC Februari 2020, Shin Tae-yong langsung mengubah wajah Timnas Indonesia. Dia mempromosikan banyak pemain muda dari timnas U-22 dan U-19 ke senior. Semisal bek Persebaya Surabaya, Rachmat Irianto, bek PSIS Semarang, Alfeandra Dewangga, Penyerang Arema FC, Muhammad Rafli, dan striker Bali United, Irfan Jauhari.

Shin Tae-yong bahkan menepikan tiga kapten Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Asia pada tahun lalu. Ketiganya adalah Andritany Ardhiyasa, Hansamu Yama Pranata, dan Yanto Basna. Ketiganya telah menjadi pemimpin di dalam tim sejak setahun belakangan.

Arif Satria, Yakob Sayuri, Kushedya Hari Yudo, dan Dendy Sulistyawan terbilang muka baru yang usianya relatif muda, menyingkirkan beberapa nama tenar seperti Stefano Lilipaly hingga Andritany Ardhiyasa.

Kembali ke Timnas Korea Selatan, Shin Tae-yong sebenarnya tidak banyak membawa pemain muda. Hanya ada Lee Seung-woo, Hwang Hee-chan, dan Jung Seung-hyun yang berusia di bawah 25 tahun.

Ini menunjukkan bahwa Shin Tae-yong masih ingin bereksperimen dengan stok pemain yang tak lazim di Timnas Indonesia. Bisa jadi, ia ingin pemain yang dipanggil TC merasakan bagian dari Timnas sehingga menambah kepercayaan diri. Toh, Indonesia tak punya peluang lagi untuk lolos ke Piala Dunia 2022.

Lagipula, masih ada banyak pemain senior yang juga dipanggil ke TC. Dari penyerang, ada nama Irfan Bachdim, Ilija Spasojevic, Adam Alis, hingga Asep Berlian.

 

3 dari 5 halaman

Latihan Keras

Tegas, keras, dan disiplin. Tiga kata itu menggambarkan karakter Shin Tae-yong sebagai pelatih. Pelan-pelan, pria asal Korea Selatan itu mengubah kultur Timnas Indonesia.

Shin Tae-yong juga menyoroti kondisi lainnya. Bahkan sampai menyentuh makanan. Padahal sebagai pelatih, dia tidak perlu sedetail itu.

Mantan pelatih Timnas Korea Selatan ini seharusnya hanya memikirkan soal taktik dan strategi. Karena ketidakcakapan pemain dalam menjaga kondisi, mau tak mau Shin Tae-yong harus campur tangan hingga hal yang paling dasar.

"Kami akan buat regulasi untuk pemain Timnas Indonesia, di antaranya ada soal disiplin waktu, makanan, media sosial, dan sebagainya," kata Ketua PSSI, Mochamad Iriawan.

"Shin Tae-yong melihat kondisi fisik pemain. Beliau mempunyai alat ukur yang bisa melihat fisik seorang pemain. Pemain pun ternyata menikmati berlatih di bawahnya," imbuh Iriawan.

Selain membenahi fisik, makanan, taktik, strategi, dan sebagainya, Shin Tae-yong juga geleng-geleng kepala dengan kemampuan kiper di Indonesia. Posisi ini dianggapnya sebagai titik paling lemah.

"Jadi saat briefing sebelum TC, saya sudah membicarakan kepada seluruh pemain bahwa ada masalah di posisi kiper. Jadi dalam TC ini, kami akan fokuskan latihan kepada kiper dan mereka akan lebih banyak mendapatkan porsi latihan dibanding pemain lain," turut Shin Tae-yong.

"Pastinya untuk saat ini, kami akan sangat lelah berlatih dalam TC ini dan kiper-kiper tersebut akan mengucapkan terima kasih karena kualitas mereka meningkat," tambahnya.

 

4 dari 5 halaman

Terbiasa dengan Latihan Keras

Jauh sebelum Shin Tae-yong, Timnas Indonesia pernah dilatih oleh Anatoli Polosin, pelatih bertangan besi asal Rusia yang juga merevolusi tradisi Timnas Indonesia.

Alih-alih sepak bola indah, pria kelahiran 30 Agustus 1935 ini lebih mengedepankan kekuatan fisik yang pernah diaplikasikan pelatih asal Belanda, Wiel Coerver, untuk timnas era 1970-an.

Saat masa persiapan menuju SEA Games 1991, Polosin menempa fisik Timnas Indonesia dengan keras. Selama tiga bulan, fisik seluruh pemain digenjot dengan materi latihan di luar batas kemampuan para pemain. Pemain sampai muntah-muntah dan kabur dari pemusatan latihan menjadi pemandangan lumrah kala itu.

"Ketika itu, kami memang dipersiapkan jauh-jauh hari. Hampir tiga bulan. Ada sesi latihan selama tiga kali dalam sehari selama dua pekan kalah tidak salah. Sangat luar biasa. Waktu itu fisiknya sangat luar biasa. Maklum, pelatih dari Eropa Timur jadi mengandalkan fisik," kata penyerang Timnas Indonesia di SEA Games 1991, Widodo C. Putro kepada Bola.com.

"Waktu itu sepak bola memang mengandalkan power. Beda dengan sekarang. Selain power, ada taktikal dan kombinasi. Kalau dulu, yang penting bisa lari dan itu yang ditempa," ujar Widodo.

"Saking capeknya, kami sampai malas mandi. Bahkan pemain seperti Fakhri Husaini hingga Jaya Hartono tidak kuat dan memilih mundur. Saat latihan dengan menaiki gunung, Kas Hartadi sampai menangis. Dia bilang bal-balan opo iki kok pake naik gunung segala," tutur Sudirman, mengenang Polosin.

 

5 dari 5 halaman

Acak Jersey?

Masih di Piala Dunia, hal unik terjadi tatkala Shin Tae-yong meminta para pemain Korea Selatan mengacak jersey saat latihan. Ini dilakukannya karena merasa ada mata-mata dari lawan yang hadir saat pemusatan latihan.

Hanya ada dua pemain 'terkenal' yang jerseynya tidak diacak, yakni Son Heung-min, dan Ki Sung-yueng. Tujuannya tentu agar pengintai kebingungan.

"Kami mengacak jersey saat latihan untuk membuat lawan bingung. Mereka mungkin tahu beberapa pemain kami, tapi mereka akan sulit membedakan pemain Asia," kata Shin Tae-yong dikutip dari BBC.

Apakah cara ini bakal diterapkan juga buat Timnas Indonesia?

Video Populer

Foto Populer