Bola.com, Jakarta - Pencapaian terbaik Erol Iba di level klub adalah membawa Arema Malang dua kali beruntun meraih trofi juara Copa Indonesia yakni pada 2005 dan 2006.
Ia juga pernah merasakan atmosfer Liga Champions 2007 bersama Persik Kediri. Meski Persik sudah tersingkir pada penyisihan Grup E, penampilan individual Erol mendapat apresiasi. Klub Australia, Sidney FC yang berada satu grup dengan Persik tertarik memakai jasanya.
Baca Juga
Advertisement
Pada channel YouTubeMinang Satu, Erol mengungkap ketertarikan Sidney FC kepadanya setelah ia dinilai tampil apik saat Persik menjamu klub Australia itu di Stadion Manahan Solo, 12 April 2007.
Kala itu, Persik menang dengan skor 2-1 lewat gol Aris Budi Prasetyo dan Budi Sudarsono. Sementara gol Sidney dicetak oleh Steve Corica. Tak lama setelah laga itu, pihak Sidney FC mengajukan penawaran ke Persik untuk memakai jasa Erol. Mendengar kabar itu, Erol mengaku sangat antusias.
"Bagi saya ini adalah pengalaman berharga. Selain bisa meningkatkan kemampuan teknik, saya bisa pun belajar bahasa Inggris. Tapi, sebagai pemain profesional saya serahkan keputusan kepada manajemen Persik," kenang Erol dalam channel YouTube Minang Satu.
Seperti diketahui, Erol akhirnya gagal berkostum Sidney. Itu karena manajemen Persik meminta uang transfer sedang Sidney ngotot memakai skema pinjaman.
"Andai saat itu punya uang banyak, saya siap menalangi nominal transfer yang diminta Persik. Tapi, akhirnya saya kembalikan lagi ke Allah SWT, berarti bukan rejeki saya."
Selepas dari Persik, Erol Iba berturut-turut memperkuat Pelita Jaya musim 2008-2009, Persipura Jayapura (2009-2010), Persebaya Surabaya (2010-2012), Gresik United (2012-2013), Sriwijaya FC (2013-2014) dan Persepam Madura Utama (2014-2015)
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Jadi Pelatih SSB di Papua
Setelah gantung sepatu, Erol Iba meneruskan kariernya sebagai pelatih. Ia kini melatih sekolah sepak bola sebuah perusahan Migas di Papua.
"Mereka menawarkan ke saya untuk menjadi pelatih sekaligus menjadi karyawan. Alhamdulillah ada kegiatan setelah pensiun sebagai pemain," ungkap Erol.
Bergelut di pembinaan usia dini membuat Erol mengaku banyak belajar. Terutama bagaimana melahirkan pemain dan mencetak prestasi secara berjenjang.
"Minimnya prestasi timnas Indonesia di level senior karena pondasinya tak kuat di pembinaan usia muda. Padahal ini sangat penting dan tidak ada yang instan dalam sepak bola," tegas Erol.
Advertisement
Komentar Tentang Timnas Indonesia
Erol pun mengomentari fenomena Timnas Indonesia usia muda yang berprestasi tapi di level senior menghilang. Ia menunjuk masih maraknya pencurian umur yang dilakukan pembina, orangtua atau pelatih yang diawali dari sekolah sepak bola.
"Rata-rata mereka mengubah usia pemain 2-3 tahun. Jadi ketika sang pemain masuk dilevel senior biasanya hilang," jelas Erol.
Itulah mengapa dibutuhkan kejujuran dan ketulusan dalam membina pemain.
"Indonesia sulit berprestasi kalau masih banyak kepentingan diluar sepak bola. Padahal sepak bola itu sebenarnya sudah menjadi sumber kehidupan. Kalau pun, tidak mendapat kesempatan bermain di liga, lewat sepak bola, sang pemain bisa mendapat pekerjaan sebagai karyawan kantor. Yang penting tekun dan kerja keras," pungkas Erol.