Bola.com, Malang - Arema FC kini sudah jarang melakukan seleksi, terutama ketika mendatangkan pemain asing. Kebijakan ini dilakukan karena mereka sudah punya keyakinan karena pelatih biasanya memberikan rekomendasi. Padahal, dulu tim berjulukan Singo Edan itu sering menggelar seleksi ketat.
Penerapan seleksi untuk pemain asing dilakukan oleh Arema FC pada musim 2013 hingga 2017. Kala itu, Arema FC benar-benar membuat persaingan pemain asing yang ingin memperkuat Singo Edan benar-benar ketat.
Baca Juga
Advertisement
Maklum, Arema FC ketika itu berstatus sebagai sebuah tim bertabur bintang. Pemain yang mereka pilih pun harus melewati pertimbangan yang sangat matang.
Kondisi tersebut membuat sejumlah pemain asing pun harus gigit jari karena pada akhirnya tidak bisa berseragam Singo Edan. Namun, tak sedikit dari mereka yang kemudian bersinar bersama klub lain.
Dalam catatan yang dirangkum Bola.com, ada empat pemain yang sebenarnya berkualitas tapi berujung kegagalan ketika menjalani seleksi di Arema FC. Padahal, ada pemain berlabel tim nasional di antaranya, tapi rela untuk menjalani seleksi. Berikut keempat pemain itu.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Rohit Chand
Pertama kali datang ke Indonesia pada 2013, Rohit Chand langsung menginjakkan kakinya di Malang. Ketika itu dia sudah berstatus sebagai pemain timnas Nepal. Tapi, Arema FC tidak langsung memberikan kontrak. Pelatih Rahmad Darmawan belum mengetahui kualitasnya sehingga Rohit menjalani seleksi lebih dulu.
Penampilan pertamanya dicoba dalam uji coba melawan Persegres Gresik United pada awal musim. RD, panggilan akrab untuk Rahmad Darmawan, awalnya sudah terpikat dengan Rohit.
Namun, entah mengapa, akhirnya dia urung dikontrak. Beberapa pemain asing Asia lainnya didatangkan Arema FC setelah melepas Rohit. Arema terkesan sangat hati-hati menentukan satu pemain asing Asia.
Baru ketika putaran kedua mereka mengontrak Edmar Garcia yang memiliki paspor Australia. Sayang, dia juga jadi rekrutan gagal lantaran hanya bermain dalam satu pertandingan.
Sementara Rohit Chand bermain apik dengan PSPS Pakanbaru waktu itu. Kemudian musim 2014 sampai sekarang, dia dikontrak Persija Jakarta. Perannya di lini tengah tim berjulukan Macan Kemayoran itu cukup sentral. Rohit bermain sebagai gelandang bertahan dengan visi bermain bagus.
Advertisement
Nasser Al Sebai
Pemain asal Suriah ini juga dijajal Arema FCÂ pada musim 2013 silam. Pelatih Rahmad Darmawan mencobanya di ajang Trofeo Persija di Jakarta.
Saat Arema masih belum mengambil keputusan tentang statusnya, dia menerima pinangan Persib Bandung yang sudah menyodorkan kontrak. Nasser pun meninggalkan Arema yang masih di Jakarta untuk teken kontrak di Bandung.
Bersama Persib, Nasser bermain sebagai stoper. Dia berpasangan dengan Abanda Herman. Sementara di Arema, dia dijajal sebagai gelandang bertahan karena posisi stoper sudah jadi milik Victor Igbonefo dan Thierry Gathuessi.
Namun, Nasser hanya satu musim di Persib. Setelah itu dia melanjutkan karier di Liga India bersama Churchill Brothers. Pada pertengahan 2014, Nasser kembali ke Indonesia dan membela Persisam Samarinda. Setelah itu, pemain jangkung ini tak lagi melanjutkan kariernya di Indonesia.
Abanda Herman
Stoper yang satu ini sudah malang melintang di pesepakbolaan Indonesia. Sederet klub besar pernah dibelanya, seperti PSM Makassar, Persija Jakarta, dan Persib Bandung.
Pada 2015, dia justru datang ke Arema FC dengan status seleksi. Waktu itu usianya memang sudah tidak muda lagi, 31 tahun.
Tapi, dia hanya sepekan latihan di Malang dan mengikuti uji coba melawan Martapura FC di Kalimantan. Setelah itu, Abanda tak terlihat lagi.
Manajemen Arema mengaku menggunakan jasa Abanda memang hanya untuk satu laga di kandang Martapura FC. Tapi, mereka tidak menutup kemungkinan memberikan kontrak jika performa Abanda bisa membuat pertahanan Singo Edan lebih kukuh.
Tapi, waktu itu Abanda belum kembali ke performa terbaiknya karena dia sempat mengalami cedera ketika membela Barito Putera. Setelah itu, dia tidak terlihat lagi di kasta tertinggi sepak bola Indonesia. Apalagi kompetisi juga mandek karena sanksi dari FIFA.
Advertisement
Faysal Shayesteh
Sebagai pemain yang berposisi sebagai gelandang serang, Faysal sebenarnya punya skill mumpuni saat bergabung bersama Arema FCÂ pada musim 2017.
Saat seleksi di Malang, dia bisa memperlihatkan kualitas yang dimiliki. Gocekannya cepat dan punya visi bagus. Beberapa pemain Arema sempat kagum dengan kemampuannya.
Maklum, waktu itu Faysal merupakan kapten Timnas Afghanistan. Dia lama berguru di Belanda untuk membentuk karakter bermainnya. Tapi, setelah sepekan seleksi, di luar dugaan justru dia dipulangkan. Kabarnya waktu itu Arema urung mengontrak karena nilainya terlalu tinggi. Dia pun melanjutkan kariernya di Liga Thailand.
Pada 2017 dia sempat kembali ke Indonesia dengan seleksi di Persija. Waktu itu pelatih Brasil, Stefano Cugurra, yang melihat potensinya. Faysal urung dikontrak karena klub ibu kota itu menurunkannya sebagai gelandang bertahan untuk memenuhi kebutuhan tim, padahal posisi aslinya adalah gelandang serang.