Bola.com, Jakarta - Aksi impresif Erol Iba sebagai bek sayap kiri mewarnai pentas Liga Indonesia pada awal 2000-an. Ia pun pernah berkostum Timnas Indonesia pada berbagai event seperti SEA Games, Piala AFF dan Piala Asia.
Pencapaian terbaik Erol sebagai pemain adalah membawa Arema Malang dua kali beruntun meraih trofi juara Copa Indonesia yakni pada 2005 dan 2006.Pada channel YouTube Minang Satu, Erol mengungkapkan pencapaiannya itu melalui proses panjang dan berliku.
Baca Juga
Advertisement
Menurut Erol, layaknya layaknya mayoritas anak Papua, sepak bola awalanya hanya sekadar hobi. Pintu masuk di sepak bola buat Erol mulai terbuka ketika ia memperkuat tim sekolahnya pada kejuaran antar SMP di Jayapura. Dari ajang itu, ia dipanggil mengikuti seleksi di Diklat Papua.
"Saya lolos di tingkat Jayapura, tapi belum resmi masuk Diklat Papua karena harus bersaing lagi dengan pemain muda dari provinsi lain. Alhamdulillah saya tetap lolos bersama Ortizan Salossa dan Elie Aiboy," kenang Erol.
Tak lama berlatih di Diklat Papua, Erol dan Elie direkrut Diklat Ragunan pada 1997. Keduanya terpantau setelah tampil baik di kejuaraan antar Diklat di Semarang.
Bergabung di Diklat Ragunan ini jadi titik awal Erol menyandang status pemain petualang. Ketika sedang menimba ilmu di Diklat Ragunan, Erol mendapat kesempatan berlatih bersama Semen Padang. Kebetulan saat itu, Semen Padang berlatih di Ragunan untuk persiapan menghadapi Persija Jakarta musim 1997-1998.
"Saya diajak oleh pelatih Diklat Ragunan, Pak Edi Santoso dan Bang Asrizal. Setelah berlatih bersama, saya ditawari bergabung di Semen Padang. Kebetulan saat itu kompetisi terhenti karena kerusuhan. Jadi saya pun bisa menyelesaikan sekolah di Ragunan," ujar Erol Iba.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Tak Pulang ke Papua
Selepas SMA Ragunan, Erol Iba memutuskan tak pulang ke Jayapura.
"Saat itu, saya putuskan melakukan pekerjaan apa saja di Jakarta sambil menunggu panggilan dari Semen Padang. Elie dan rekan lainnya, Silas Ohe kembali ke Jayapura bersama almarhum mama saya."
Tekad Erol berbuah hasil. Ia dipanggil mengikuti seleksi di Semen Padang. "Saya bersama pemain asal Padang, Boy Rifky naik bus ke Padang. Alhamdulillah saya lolos dan masuk dalam 30 pemain," tutur Erol yang mendapat gaji bulanan sebesar Rp750 ribu saat pertama kali bergabung.
Pada musim itu, status Erol di posisi bek kiri adalah pilihan ketiga. Di posisi itu ada Herman Pulalo yang berstatus pemain timnas dan Afdal Yusra, bek putera daerah yang juga menjadi karyawan di PT Semen Padang. Tentu tak mudah buat Erol yang kala itu masih berusia 19 tahun untuk mendapatkan menit bermain.
"Tapi, semangat saya tak pernah surut. Saya bertekad mengikuti prosesnya. Dan akhirnya kesempatan itu akhirnya datang juga."
Pada laga kelima musim itu, Semen Padang bertandang ke markas PSMS Medan. Pelatih Semeng Padang kala itu, Jenni Wardin tak bisa memainkan Herman Pulalo yang minta izin pulang ke Jayapura karena orangtua meninggal. Begitu pun Afdal yang menjalani sanksi akumulasi kartu. Alhasil, Erol pun jadi pilihan yang tersisa.
"Saya tentu tak ingin melepaskan kesempatan itu. Alhamdulillah, saya mencetak satu gol dan Semen Padang menang 2-0. Setelah itu, saya jadi pilihan utama selama bermain di Semen Padang," papar Erol.
Sejalan dengan penampilan apiknya musim itu, Erol tercatat dua kali mendapat kenaikan gaji. Dari Rp750 naik jadi Rp.850 selanjutnya menjadi Rp1,25 juta perbulan. "Saya menjadi pemain pertama yang mendapat apresiasi seperti itu."
Advertisement
Momen Indah di Semen Padang
Selama memperkuat Semen Padang, pencapaian tertinggi Erol adalah menembus semifinal Liga Indonesia 2002. Menurut Erol, sejatinya Semen Padang sangat layak meraih trofi juara.
Ia merujuk perjalanan klubnya musim itu. Dimana Semen Padang menjadi juara Divisi Barat. Begitupun di 8 Besar dengan menjadi juara Grup B. Tapi, langkah mulus Semen Padang dihentikan Petrokimia Putera di semifinal via adu penalti.Di
Di mata Erol, Semen Padang tidak dinaungi keberuntungan. Ia mengambil contoh, Elie Aiboy yang sebelumnya mencetak 7 dari 10 golnya musim itu lewat tendangan penalti, gagal menjadi eksekutor.
Seperti diketahui, Petrokimia akhirnya meraih trofi juara setelah mengalahkan Persita Tangerang pada laga final yang berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno, 4 Juli 2002.Meski gagal mempersembahkan gelar buat Semen Padang, Erol mengaku menyimpan banyak momen berkesan bersama klub itu.
"Semen Padang adalah klub profesional pertama saya. Di Padang pun saya mendapatkan istri dan hidayah menjadi muallaf. Alhamdulillah," pungkas suami Lisa Fitri Yani ini.