Bola.com, Makassar - Kalau acuannya gelar juara, Sriwijaya FC adalah klub yang tepat buat Rahmad Darmwan. Bersama klub kebanggaan masyarakat Sumatra Selatan itu, ia meraih satu trofi juara Liga Indonesia dan tiga gelar Piala Indonesia. Namun, pelatih kelahiran Lampung, 28 November 1966 ini menjadikan momen menangani Persipura Jayapura pada musim 2005 sebagai pengalaman paling berkesan.
Pada channel youtube Hanif & Rendy Show, Rahmad Darmawan menjelaskan alasan memilih Persipura. Pertama, membawa tim Mutiara Hitam meraih trofi juara pada musim 2005.
Baca Juga
Advertisement
"Gelar itu merupakan kali pertama buat Persipura di kompetisi sepak bola profesional Indonesia dan juga prestasi perdana saya sebagai pelatih," kenang Rahmad.
Kedua, pada saat itu, Persipura bukan tim yang dijagokan. Persiapan dan fasilitas pun tidak semewah klub kandidat juara seperti Persija Jakarta, Arema Malang, dan PSMS Medan yang sangat serius membangun tim.
"Manajemen Persipura saat itu pun memilih realistis dengan hanya mematok target papan tengah Wilayah Timur."
Tapi, kebersamaan tim yang kuat ditambah pemain bertalenta tinggi seperti Boaz Solossa, Persipura menjelma jadi tim menakutkan. Setelah partai ke-10, Persipura tak pernah lagi menelan kekalahan.
Langkah Persipura pun terbilang mulus dengan memimpin klasemen Wilayah Timur dan Grup Timur Babak Enam Besar. Seperti diketahui, Persipura meraih trofi juara setelah mengalahkan Persija dengan skor 3-2 pada laga final di Stadion Gelora Bung Karno, 25 September 2005.
"Sebenarnya, saya masih ingin bersama Persipura pada musim berikutnya. Tapi, sebagai anggota TNI saya harus mematuhi perintah atasan yang meminta saya kembali ke Jakarta," ujar pensiunan TNI AL ini.
Bagi Rahmad menangani pemain bertalenta tinggi seperti Boaz adalah momen terbaik dirinya sebagai pelatih.
"Bagi saya, Boaz adalah keajaiban Papua yang belum bisa disamai sampai saat ini. Memang ada talenta baru seperti Todd Ferre. Tapi, ia masih butuh waktu untuk memantangkan kemampuannya," kata Rahmad.
Pada kesempatan itu, Rahmad Darmawan juga mengungkap sejumlah nama pelatih lokal yang menjadi panutannya dalam menangani tim, di antaranya Hindarto, Sartono Anwar, Sutan Harhara, Benny Dolo dan M. Basri.
"Kalau pelatih luar negeri saya suka dengan karakter Jose Mourinho," terang Rahmad.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Timnas Indonesia
Sementara itu, Rahmad Darmawan juga menjawab pertanyaan terkait prestasi Timnas Indonesia yang lumayan baik di level junior, tapi melempem di level senior. Menurutnya ada sejumlah faktor, yang utama adalah soal mental, atau dengan kata lain cepat puas diri dengan sanjungan.
"Makanya saya adalah pelatih yang paling tidak suka melihat tim junior diarak saat meraih prestasi. Perjalanan mereka masih panjang," tegas Rahmad.
Kedua adalah pengalaman atau jam terbang di dalam kompetisi. Ia merujuk apa yang dialami Bayu Pradana saat tak terpilih dalam skuat SEA Games 2011 yang ditanganinya. Bayu dinilai kalah bersaing dengan Egy Melgiansyah dan Hendro Siswanto.
Namun, setelah itu di level klub Bayu mendapatkan menit bermain yang tinggi ketika membela Persiba Balikpapan. Alhasil, justru Bayu yang bisa menembus tim senior.
Advertisement
Tim Impian
Pada kesempatan itu, Rahmad Darmawan juga mengungkap tim terbaik versi dirinya. Untuk posisi kiper, Rahmad memilih Eddy Harto yang sukses membawa Timnas Indonesia meraih medali emas cabang sepak bola di SEA Games 1991.
Empat pemain belakang, Rahmad menyebut Patar Tambunan (bek kanan), Herry Kiswanto, Sudirman (stoper) dan Aji Santoso.
"Dua bek sayap ini sangat agresif dengan umpan akurat. Sedang Herry, meski tak terlalu tinggi sebagai bek tengah sangat piawai membaca arah bola dan permainan," terang Rahmad.
Sementara di lini tengah, Rahmad menunjuk trio Rully Nere, Zulkarnain Lubis dan Ansyari Lubis. Secara khusus, ia memuji Ansyari yang dinilainya sebagai playmaker terbaik Indonesia sampai saat ini.
"Kalau di era sekarang ada Evan Dimas. Tapi, Ansyari lebih presisi dalam melepaskan umpan sehingga memudahkan kerja striker," terang Rahmad.
Untuk lini depan, Rahmad memilih dua pemain asal Papua sebagai penyerang sayap, yakni Elie Aiboy dan Noah Meriem. "Teknik mereka di atas rata-rata. Khususnya Noah yang pernah masuk dalam radar pemantau bakat Bayern Muenchen. Umpan keduanya sangat pas untuk memaksimalkan ketajaman Ricky Yakobi, stiker pilihan saya," pungkas Rahmad.