Bola.com, Jakarta - Timnas Indonesia angkatan 1991 hingga saat ini masih dikenang pecinta sepak bola Tanah Air. Berkat keberhasilan menyabet medali emas di SEA Games 1991, tim asuhan Anatoli Polosin itu selalu menjadi tolok ukur ketika Tim Garuda akan berlaga di sebuah kejuaraan. Namun, satu hal yang pasti, kini para pemain yang ada di skuat Garuda saat itu, rata-rata sudah menjadi pelatih saat ini.
Timnas Indonesia asuhan Anatoli Polosin ini berisi 18 pemain. Sejumlah nama memang hingga kini masih terus diingat karena menjadi langganan Timnas Indonesia saat masih aktif bermain, atau menjadi andalan di klubnya masing-masing.
Baca Juga
Media Vietnam Sebut Skuad Timnas Indonesia di Piala AFF 2024 Menakutkan: Ada Pemain Diaspora, Tetap Lebih Kuat daripada The Golden Star
Pandit Malaysia Desak Oxford United Segera Beri Menit Bermain yang Cukup untuk Marselino Ferdinan
Gelandang Timnas Indonesia, Eliano Reijnders: Akan Sangat Indah jika Bisa Melawan Belanda dan Tijjani di Piala Dunia 2026
Advertisement
Sebut saja Widodo Cahyono Putro, Aji Santoso, Peri Sandria, Robby Darwis, dan Rochi Putiray. Nama-nama tersebut masih memegang label mantan bintang Timnas Indonesia.
Satu hal yang menarik, dari penelusuran Bola.com, kebanyakan dari skuat 1991 itu menjadi pelatih setelah gantung sepatu. Walau tidak semua mengambil jalan yang sama. Ferril Raymond Hattu misalnya. Ia kemudian bekerja di sebuah BUMN dan tidak mengambil jalan hidup menjadi pelatih.
Banyak dari anggota skuat Garuda 1991 itu kemudian menjadi pelatih, mulai dari level grassroot hingga bersama klub profesional di Liga 1. Kiper Timnas Indonesia 1991, Eddy Harto dan Erick Ibrahim misalnya. Eddy Harto dipercaya menjadi pelatih kiper tim Bali United yang tampil di Elite Pro Academy. Sementara Erick Ibrahim menjadi pelatih kiper klub Liga 1, Persela Lamongan.
Kemudian ada Hanafing dan Yusuf Ekodono yang kini berada di PS Hisbul Wathan. Hanafing tercatat sebagai direktur teknik sementara Yusuf Ekodono menjadi pelatih di klub Liga 2 itu.
Selain itu juga ada Salahudin yang menjadi pelatih Persis Solo di Liga 2. Begitupun dengan Robby Darwis yang menangani PSKC Cimahi.
Kemudian ada Herrie Setyawan yang lama menjadi asisten pelatih Persib Bandung dan kemudian kini memiliki jabatan yang sama di PSM Makassar. Begitupun dengan Sudirman yang kini menjadi asisten pelatih Persija Jakarta.
Selain nama-nama tersebut, ada sejumlah mantan pemain Timnas Indonesia 1991 yang benar-benar memiliki jalan karier sebagai pelatih. Siapa saja mereka?
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Aji Santoso
Aji Santoso tidak hanya menjadi sosok yang hebat ketika masih aktif bermain, baik bersama Timnas Indonesia maupun di level klub, tapi juga ketika sudah menjadi pelatih. Bisa dibilang pelatih asal Malang ini kenyang pengalaman sebagai pelatih.
Aji Santoso pernah menangani tim PON Jatim, ia juga pernah menangani sejumlah klub, seperti Persekam Metro FC, Persik Kediri, Persebaya Surabaya, Persisam Putra Samarinda, Persema Malang, Persebaya, Arema FC, Persela Lamongan, dan PSIM Yogyakarta.
Selain itu, pelatih yang kini kembali menangani Persebaya Surabaya itu juga pernah menangani Timnas Indonesia di berbagai kategori umur, mulai dari Timnas Indonesia U-17, Timnas Indonesia U-23, sampai Timnas Indonesia senior meski hanya menjadi pelatih interim.
Sebagai pelatih, Aji Santoso membawa tim Jawa Timur menjuarai PON 2008 dan meraih medali emas. Selain itu ia juga membawa Timnas Indonesia U-23 meraih medali perak SEA Games 2013.
Ia juga membawa Persebaya Surabaya menjuarai Liga Primer Indonesia 2011 dan menjadi runner-up Liga 1 2019. Sementara bersama Arema FC ia mempersembahkan gelar juara Piala Presiden 2017.
Advertisement
Bambang Nurdiansyah
Bambang Nurdiansyah merupakan mantan penyerang Timnas Indonesia yang juga punya pengalaman melatih yang cukup banyak. Eks Timnas Indonesia 1991 itu sempat menjadi pelatih interim Tim Garuda pada 2005.
Namun, ia memulai karier profesional pelatihnya bersama PSIS Semarang pada tahun yang sama. Ia kemudian juga menangani Pelita Krakatau Steel pada 2006, di mana pada tahun yang sama ia juga dipercaya menjadi asisten pelatih Timnas Indonesia.
Ia kemudian menjadi direktur teknik Pelita Jaya Jawa Barat sebelum melatih Arema Malang di Indonesia Super League 2008. Namun, ia hanya menjadi pelatih selama 4 pertandingan bersama Singo Edan karena tekanan yang diberikan para pendukung, Aremania.
Ia kembali ke PSIS Semarang pada 2008. Kemudian ia pernah menangani Jakarta FC di Liga Primer Indonesia, dan kemudian menangani sejumlah klub lain, seperti Persiram Raja Ampat, Cilegon United, Persija Jakarta, dan kini bersama Muba Babel United.
Bersama Cilegon United, Bambang Nurdiansyah menjuarai Divisi Dua Liga Indonesia 2013 dan juara Divisi Satu Liga Indonesia 2014. Ia sempat menjadi pelatih PSIS Semarang pada Liga 1 2019. Namun, ia kemudian digantikan oleh Dragan Djukanovic yang sebelumnya menjadi direktur teknik Laskar Mahesa Jenar.
Kas Hartadi
Kas Hartadi mungkin kini bukan lagi pelatih yang berada di kasta tertinggi sepak bola Indonesia. Namun, mantan pemain Timnas Indonesia di SEA Games 1991 itu punya riwayat perjalanan yang bagus bersama klub yang ditanganinya.
Kas Hartadi memulai karier kepelatihan di Sriwijaya FC. Ia memulainya dengan menangani Sriwijaya FC U-21 pada 2008, kemudian menjadi asisten pelatih tim utama SFC, hingga akhirnya menjadi pelatih kepala pada 2011.
Bersama Sriwijaya FC, Kas Hartadi berhasil menjuarai Indonesia Super League 2011-2012. Setelah itu, Kas Hartadi turun ke kasta yang lebih rendah dengan menangani Persikabo Bogor, Persik Kediri, dan Kalteng Putra.
Bersama Kalteng Putra, Kas Hartadi berhasil membawa tim Liga 2 itu promosi ke Liga 1 2019. Namun, berhasil membawa Laskar Isen Mulang promosi ke kasta tertinggi, Kas Hartadi tak dipertahankan oleh manajemen klub.
Ia sempat kembali ke Sriwijaya FC pada 2019. Namun, Sriwijaya FC saat itu tidak lagi tampil di kasta tertinggi, melainkan sudah turun ke Liga 2.
Kini Kas Hartadi tengah lowong dan tidak menangani tim manapun. Kekosongan tersebut digunakannya untuk menjalankan usaha warung makan indomie di rumahnya.
Advertisement
Widodo Cahyono Putro
Mantan penyerang Timnas Indonesia yang terkenal karena gol spektakulernya ke gawang Kuwait di Piala Asia 1996 ini punya karier yang cukup baik sebagai pelatih. Ia memulainya dengan menjadi asisten pelatih di Petrokimia Putra Gresik pada 2004 dan kemudian menjadi asisten pelatih di Persijap Jepara.
Pada 2008, Widodo dipercaya Badan Tim Nasional (BTN) PSSI menjadi asisten pelatih Timnas Indonesia Pra-Olimpiade, SEA Games, dan Kualifikasi Piala Asia. Ia sempat dipercaya menangani Persela Lamongan pada 2009 dan kemudian kembali dipercaya BTN untuk menjadi asisten Alfred Riedl di Timnas Indonesia pada 2010.
Ia kemudian dipercaya menangani Timnas Indonesia U-21 dan asisten pelatih Timnas Indonesia U-23 pada 2012. Ia kembali menjadi asisten pelatih Alfred Riedl pada 2014 dan kemudian menjadi pelatih Persepam Madura Utama dan Sriwijaya FC.
Pada era Liga 1 2017, Widodo Cahyono Putro direkrut menjadi pelatih Bali United menggantikan Eko Purjianto yang sebelumnya menjadi pelatih interim. Ia menangani Bali United hingga November 2018. Klausul kerja sama dalam kontrak menjadi penyebab Widodo harus meninggalkan Bali United setelah tiga kekalahan secara beruntun.
Namun, Widodo kemudian direkrut oleh Persita Tangerang yang tampil di Liga 2 2019. Mantan striker Timnas Indonesia di SEA Games 1991 itu pun mengantar tim berjulukan Pendekar Cisadane itu promosi ke Liga 1 2020.