Bola.com, Solo - PSIS Semarang pernah memiliki seorang kiper tangguh yang disegani. Ia adalah I Komang Putra, kiper legendaris pada eranya. Pria yang memiliki postur 175 cm itu sempat memiliki pesona sebagai satu di antara beberapa kiper terbaik yang pernah dimiliki oleh Indonesia.
IKP, begitu sapaan akrabnya, merupakan kiper paling sukses yang pernah dimiliki PSIS Semarang. Gelar juara Liga Indonesia 1999 dan kesempatan membela Timnas Indonesia adalah bagian dari kesuksesan pria asal Denpasar, Bali, tersebut.
Baca Juga
Advertisement
Label legenda PSIS Semarang pantas disematkan untuknya, karena tercatat lebih dari satu dekade berseragam tim Mahesa Jenar. Meski keluar masuk dari tim lain ke PSIS, begitu juga sebaliknya, IKP mendapat tempat di hati publik sepak bola Semarang.
Saat masih menjadi pemain PSIS, posisi I Komang Putra seperti sulit tergantikan oleh dua penjaga gawang tangguh PSIS lainnya, yakni Agus Murod Alfaridzi dan Basuki Setyabudi. Saat ini I Komang Putra kembali masuk di PSIS, dengan menjabat pelatih kiper tim Mahesa Jenar.
Bola.com berkesempatan berbincang dengan sang penjaga gawang, Kamis (6/8/2020), yang bercerita seputar aktivitasnya setelah kompetisi Liga 1 2020 ditangguhkan karena pandemi COVID-19. IKP juga menceritakan tentang kiprahnya ketika masih berseragam PSIS Semarang.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Kesibukan Saat Pandemi COVID-19
Apa kesibukan Anda selama beberapa bulan terakhir ketika kompetisi berhenti?
Kesibukan saya selama kompetisi dihentikan lebih banyak di rumah bersama keluarga. Bahkan lebih aktif di rumah saja, seperti bersih-bersih.
Banyak menghabiskan waktu bersama anak saya yang nomor dua, yang masih SD. Menemaninya belajar dari sekolahnya secara virtual.
Apakah ada hobi atau kesibukan lain yang dilakukan di luar rumah selama pandemi ini?
Untuk kegiatan lain menyalurkan hobi, saya sering bersepeda dengan anak dan istri. Dari rumah di Laweyan sampai ke Waduk Cengklik di Boyolali. Dua kali seminggu dan biasanya pada akhir pekan.
Terkadang kalau setiap pagi atau sore saya keluar rumah jalan-jalan dengan anjing yang saya pelihara. Berkeliling sekitar rumah termasuk di lapangan Sriwaru.
Bagaimana dengan program latihan untuk kiper-kiper PSIS Semarang selama kompetisi dihentikan?
Untuk program latihan, saya sedikit menurunkannya dalam beberapa waktu terakhir. Pada awal kompetisi ditangguhkan dulu, saya masih memantau dan berikan materi latihan.
Intinya saya percaya dengan para kiper di PSIS, bahwa mereka bisa menjaga peforma saat nanti kompetisi lanjut. Minimal mereka menjaga berat badan dan berlatih refleks selama menunggu kompetisi nanti.
Advertisement
Mengenang Masa Lalu Bersama PSIS
Setelah Arseto resmi bubar pada 1998, Apa yang membuat Anda pindah ke PSIS Semarang?
Ada empat orang pemain dari Arseto yang hijrah ke PSIS. Saya, Agung Setyabudi, Ali Sunan, dan Bonggo Pribadi.
Memang ada tawaran dari tim lain waktu itu, tapi yang paling serius adalah PSIS. Barangkali memang rezeki saya untuk bergabung di PSIS.
Apa kesan Anda selama berseragam tim Mahesa Jenar?
Meski saya keluar masuk PSIS, tapi tim ini begitu berkesan buat saya. Saya bisa ikut membawa juara Liga Indonesia 1999. Kemudian lewat tim ini, saya dipanggil Timnas Indonesia.
Saya merasakan rasa kekeluargaan yang begitu kuat di PSIS. Baik ketika saya sebagai pemain maupun sekarang di tim pelatih. Semua pemain di dalam tim sama, tidak ada kubu-kubuan atau membeda-bedakan.
Manajemen klub juga sangat perhatian kepada pemain. Itu yang membuat pemain selalu betah dan termotivasi berseragam PSIS.
Apakah ada momen unik yang Anda alami saat masih bermain di PSIS?
Saat resepsi pernikahan saya pada 2000. Jadi pada saat resepsi, saya dijemput tim PSIS dengan kawalan banyak polisi yang membuat kaget.
Mereka mengawal perjalanan sampai ke Semarang. Padahal saya belum sempat foto-foto bersama dengan para tamu undangan. Sampai di Semarang saya ikut tampil bermain melawan PKT Bontang, dan hasilnya menang 2-1 waktu itu.
Apa pendapat Anda tentang suporter PSIS, Panser Biru dan Snex?
Suporter PSIS sudah tidak perlu diragukan lagi. Baik Panser Biru maupun Snex selalu totalitas dalam memberikan dukungan ketika saya dulu jadi pemain sampai sekarang jadi pelatih.
Saya merasakan ada perkembangan positif dari suporter PSIS. Saat ini mereka jauh lebih dewasa dan kreatif. Semangat para pemain ketika tampil di lapangan menjadi berlipat ganda.
Siapa lawan yang paling sulit bagi Anda saat masih aktif sebagai pemain?
Selama masih aktif menjadi pemain dulu, ada dua pemain lawan yang sangat sulit dihentikan. Keduanya adalah Cristian Gonzales dan Kurniawan Dwi Yulianto.
Gonzales sangat berbahaya jika tidak dijaga. Sementara kalau Kurniawan sangat cepat, lincah, dan cerdik.