Bola.com, Jakarta - Sosok Didik Ludianto sebagai pelatih terbilang populer di Jawa Timur, khususnya di Lamongan. Namanya mulai mencuat ketika membawa Persela Lamongan meraih trofi juara ISL U-21 pada musim 2010-2011.
Setelah itu, Didik dipromosikan menjadi asisten pelatih tim senior Persela mulai musim 2011-2012. Ia pun pernah mendampingi sejumlah pelatih seperti Miroslav Janu, Stefan Hansson dan Gomes de Oliveira.
Baca Juga
Legenda Timnas Indonesia Ungkap Dua Kunci Lumpuhkan Jepang di Kualifikasi Piala Dunia 2026: Maarten Paes Bisa Jadi Penentu!
Gencar Naturalisasi Atlet, Menpora Tegaskan Tak Lupa Rencana Jangka Panjang
PSSI: Kalau Mau Jadi Singa Asia dan Lolos ke Piala Dunia, Timnas Indonesia Harus Menaturalisasi Pemain Keturunan
Advertisement
Terakhir pada Liga 1 2020, ia menjadi asisten Nilmaizar. Dalam kurun waktu itu, Didik pernah jadi carateker pelatih mengantikan peran Gomes de Oliveira pada 2012-2013.
"Saya mendampingi tim sebanyak 29 partai," ujar pelatih yang terakhir mengikuti kursus kepelatihan lisensi A-AFC ini pada Jigrang Channel.
Selama di Persela, nama Didik lebih dikenal sebagai pelatih yang sukses mengorbitkan pemain muda. Di antaranya Fandi Eko Utomo, Fahmi Al Ayyubi, Birul Walidain, Dendi Sulistiawan, Ahmad Nur Hardianto dan sejumlah nama lain.
"Saya ini cuma pelatih yang beruntung saja. Bisa mendapatkan pemain yang bukan hanya bartalenta tapi juga punya kemauan kuat menjadi pemain," terang Didik.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Prinsip OMOD
Menurut Didik dalam membina pemain muda, ia selalu menekankan prinsip OMOD (otak, mental, Otot dan Doa) sebagai modal sukses berkarier di sepak bola.
Otak berperan vital karena terkait teknik, skill dan pemahaman taktik di lapangan. Sedangkan mental dibutuhkan pemain menghadapi situasi dan tekanan baik dalam maupun luar lapangan.
"Karena percuma saja bila pemain memiliki teknik dan bakat tanpa ditunjang mental serta sikap yang baik," papar Didik.
Sementara Otot kaitannya dengan fisik dan stamina.
"Ketiga aspek ini akan lengkap dengan kekuatan doa. Aspek keempat ini paling penting dari semuanya. Terutama doa dari orangtua," tegas Didik.
Advertisement
SSB dan PNS
Sebelum menjadi pelatih terlama di Lamongan, Didik termasuk pemain yang dibesarkan Persela. Meski berasal dari Bojonegoro, Didik sangat lekat dengan Persela sejak resmi berkostum tim Laskar Joko Tingkir pada musim 2000.
"Sebelumnya saya bermain di klub amatir di Surabaya. Setelah medapat kabar ada seleksi di Persela, saya ikut dan alhamdulillah lolos," kata Didik.
Bermain di Persela jadi berkah tersendiri buat Didik. Setelah membawa Persela promosi ke Divisi 1, ia mendapat tawaran menjadi PNS di Pemda Lamongan yang dilakoninya sampai saat ini di luar kesibukannya sebagai asisten pelatih.
"Saya beruntung bisa bergabung di Persela di mana karier sebagai pelatih dan PNS bisa berjalan bersama," ujar ayah dari tiga anak ini.
Meski kini bertugas di tim senior, Didik mengaku tetap intens mengikuti perkembangan pembinaan pemain muda di Persela. Itulah mengapa disela-sela waktu luangnya, ia kerap memenuhi undangan melakukan coaching clinic pada sejumah sekolah sepakbola di Lamongan.
"Saya selalu menekankan ke pelatih SSB agar jangan pernah berkecil hati dalam membina pemain. Yang penting fokus dan tekun dalam mengembangkan bakat pemain. Karena membina pemain di SSB jauh lebih sulit dibanding melatih level klub," pungkas Didik.
Â