Bola.com, Jepara - Jawa Tengah pernah memiliki wakil yang tampil cukup konsisten di kompetisi kasta teratas Liga Indonesia. Klub tersebut adalah Persijap Jepara, tim asal Kabupaten paling paling utara Jateng.
Nama Persijap Jepara melambung tinggi setelah untuk pertama kali promosi dari kasta kedua pada 2003. Berkat tangan dingin Rudy Keltjes, Persijap menjelma menjadi tim kuat dan berkarakter. Kemudian secara bergantian datang para pelatih penuh pengalaman, Yudi Suryata, Djunaidi, hingga Raja Isa.
Baca Juga
Advertisement
Setidaknya hingga delapan musim beruntun tim asal Kota Ukir itu tampil konsisten, dengan tidak pernah turun kasta. Prestasi yang cukup unik karena tim sebesar PSIS Semarang maupun Persis Solo, sulit mengejar apa yang ditorehkan Persijap saat itu.
Konsistensi tim berjulukan Laskar Kalinyamat ini tidak lepas dari kekompakan permainan tim dengan skuad apa adanya. Tidak adanya sosok pemain yang dianggap bintang, menjadikan Persijap justru sering bermain lepas tanpa beban.
Nama-nama pemain yang pernah membawa kejayaan bagi Persijap di antaranya Danang Wihatmoko, Danan Puspito, Nurul Huda, Noorhadi, dan Donny Siregar. Ada juga pemain asing yang begitu melekat dengan Persijap seperti Evaldo Silva, Pablo Frances, Arnaldo Vilalba, hingga pemain asal Thailand, Phaitoon Thiabma.
Dukungan penuh dari publik Jepara, terutama kelompok suporter Banaspati, turut menjadi kekuatan tersendiri. Para pendukung Persijap selalu memenuhi setiap sudut stadion, baik ketika masih tampil di Stadion Kamal Junaidi atau stadion baru Gelora Bumi Kartini.
"Persijap konsisten di ISL saat era APBD, waktu itu pemerintah kabupaten Jepara sangat perhatian dengan olahraga dalam hal ini sepak bola. Anggaran serta pembinaan yang dilakukan berjalan maksimal," ungkap manajer tim Persijap Jepara, Arief Setiadi kepada Bola.com, Sabtu (8/8/2020).
"Selain itu bibit muda Persijap yang waktu itu menjuarai Piala Soeratin nasional juga menjadi salah satu modal besar yang membuat Persijap berprestasi. Sampai saat ini pun banyak pemain Jepara yang bersinar di sejumlah tim di Indonesia," bebernya.
Sayangnya prestasi Persijap berangsur-angsur menurun seiring terjadinya dualisme kompetisi pada 2011. Persijap memutuskan bermain di kompetisi Liga Primer Indonesia (LPI), hingga akhirnya turun kasta.
Dari situlah Persijap berjuang keras kembali ke habitatnya dulu di kasta tertinggi. Banyak jalan terjal yang harus dilalui dengan berkutat lama di kasta kedua, bahkan secara ironis tim ini harus melorot ke kasta ketiga pada 2017.
Lembaran baru dibuka untuk mengembalikan kejayaan Persijap Jepara pada 2020. Persijap berstatus sebagai juara Liga 3 2019. Kini, dengan kehadiran sosok Widyantoro sebagai nahkoda tim, ditambah para pemain muda penuh potensi, membuat Persijap optimistis bisa kembali berjaya.
"Manajemen berharap agar tim ini kembali menapakkan kaki di kasta tertinggi sepak bola nasional. Tentunya ini tidak mudah namun dengan usaha yang keras, kesempatan yang ada serta fasilitas stadion yang bagus, harapannya target akan tercapai," jelas Arief.
Â
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Sosok Pablo Frances
Menengok ke belakang, publik Persijap pernah memiliki sederet pemain asing yang mencuri perhatian. Selain Evaldo Silva yang begitu lama menjadi pemain asing di Persijap, ada sosok lain yakni Pablo Frances.
Striker bernama lengkap Pablo Alejandro Frances asal Argentina yang dua musim berkostum Persijap. Namun, selama dua musim ia menjadi andalan dan merupakan mesin gol yang sulit tergantikan.
Ia datang dan bersinar berkat polesan Junaidi sebagai pelatih Persijap pada musim 2008. Duetnya bersama striker lincah asli Jepara, Noorhadi, membuat Pablo Frances begitu subur untuk urusan mencetak gol.
Pablo Frances dibekali dengan skill individu yang baik untuk ukuran penyerang. Ketajaman naluri mencetak gol juga ia miliki. Terbukti ia menjadi pencetak gol terbanyak di ajang Copa Indonesia di tahun 2008 bersama bomber Persibo Bojonegoro, Samsul Arif.
Pemain yang mengenakan nomor punggung 20 di Persijap ini, total mampu membukukan 20 gol dari 50 penampilan selama dua musim. Lantas ia bergabung dengan tim besar Persib Bandung. Kemudian ia kembali ke negaranya, dan sempat bermain di Liga Chile bersama tim San Marcos de Arica.
Â
Advertisement
Sulit Lupakan Persijap
Pablo Frances memiliki ikatan yang kuat dengan Persijap. Meski berada di kampung halamannya, ia masih selalu teringat kenangan manis selama di Jepara.
Dirinya sempat mempertimbangkan kembali ke Persijap pada 2013. Pablo Frances sangat bersedih ketika mendengar Djunaidi tutup usia saat menukangi Persis Solo pada 2013. Pelatih yang akrab disapa Bang Jun tersebut memiliki peran yang begitu besar atas kariernya di Indonesia.
Pablo Frances masih mengikuti perkembangan sepak bola Indonesia, terutama Persijap yang merupakan mantan klubnya. Bahkan dalam suasana keprihatinan di tengah pandemi COVID-19, ia sempat berpesan kepada publik Persijap agar tetap menjaga kesehatan.
"Untuk semua orang di Jepara dan Indonesia umumnya tolong jaga kondisi karena virus Corona sangat berbahaya. Untuk orang tua juga sama jaga kesehatan. Semoga selalu diberikan kesehatan," terang Pablo Frances dalam sebuah video unggahannya (25/3/2020).Â