Sukses


Flashback Hendro Siswanto: Gagal Main di Liga Jepang, Ganti Nomor Punggung di Arema

Bola.com, Jakarta - Hendro Siswanto menjadi satu di antara pemain yang cukup lama berseragam Arema. Tercatat pemain berusia 30 tahun ini sudah delapan musim terakhir berkostum tim Singo Edan.

Selama membela Arema sejak tahun 2012, banyak kenangan yang ia dapatkan, termasuk lika-liku kariernya sebagai pemain sepak bola.

Pengalaman lain yang tidak kalah serunya adalah pada musim-musim berikutnya. Pada 2014, ia menemukan banyak tantangan sekaligus menjadi pengalaman dalam kariernya.

Pada saat Arema dibesut pelatih Suharno pada musim tersebut, Hendro mengaku semakin terasah baik kemampuan dan kematangannya. Pada era itu, Arema tetap konsisten sebagai tim besar dan diisi banyak pemain bintang.

"Musim 2014 menjadi tahun yang juga terbaik untuk karier saya pribadi. Tahun tersebut saya kembali mendapatkan bimbingan para senior. Kekeluargaan yang sangat erat, dengan pelatih Suharno," terang Hendro Siswanto dalam video YouTube Keluarga 12.

 

Video

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 3 halaman

Gagal Main di Jepang

Cerita lain yang seru ialah ketika dirinya gagal bermain di Liga Jepang tahun 2014. Ia juga melakukan pergantian nomor punggung di Arema, dari angka 12 ke 17, pada musim itu.

"Saya menggunakan nomor punggung 17 sekaligus menjadi kesempatan pertama sekadar mencoba nomor lain. Kemudian senangnya bisa mencetak gol pertama di ajang Piala AFC," imbuh Hendro.

Puncaknya ketika dirinya gagal meniti karier di kompetisi sepak bola Jepang. Sapporo memantaunya bahkan hingga terbang ke Malang demi bisa menggaet pemain asal Tuban tersebut.

Tim pemandu bakat klub Jepang tersebut juga singgah ke rumah Hendro Siswanto, guna meyakinkan sang pemain agar mau ikut ke Sapporo.

"Saya tidak mengambil tawaran itu karena ada beberapa hal yang lebih penting. Seperti saya menikah di tahun itu. Seminggu sebelum menikah saya diminta ke Jepang, tapi karena semua sudah saya siapkan, undangan dan persiapan lain," ujarnya.

"Saya juga tanya kalau setelah menikah bagaimana, tapi tidak bisa karena persiapan mepet. Hingga akhirnya tidak jadi berangkat ke Jepang meski dalam hati saya juga ingin," terang Hendro.

3 dari 3 halaman

Sedih Saat Pelatih Berpulang

Tahun 2015, Hendro berduka. Ia dan seluruh skuad Arema bersedih saat pelatih Suharno tutup usia. Hendro mengaku begitu berkesan selama dilatih Suharno

Ia juga masih ingat betul momen ketika selesai latihan, Suharno menendang bola sagat tinggi kemudian menantang pemain yang bisa melakukan kontrol dengan baik, boleh ambil uang dari saku coach. Eks pelatih PSS Sleman dan Persis Solo tersebut juga sering bercanda juga dengan para pemain.

"Tahun 2015 ada sedihnya juga karena coach Suharno meninggal, ketika itu kami sering bercanda. Keras tapi lucu sabar kaya ayah sendiri, pemain Arema sering terhibur dengan beliau," katanya.

"Setelah Maghrib saya dapat telepon coach Suharno meninggal. 2015 tahun berduka untuk Arema. Banyak kenangan dengan beliau yang sering melucu, termasuk saat berangkat ke Vietnam untuk AFC. Sering bicara bahasa Inggris tapi lucu," jelas Hendro.

Sepak Bola Indonesia

Video Populer

Foto Populer