Bola.com, Makassar - PSM Makassar termasuk tim yang berpenampilan konsisten di Liga Indonesia. Hampir di setiap musim, Juku Eja selama masuk dalam daftar kandidat juara.
Tradisi juara yang kental sejak berdiri pada 2 November 1915 membuat siapa pun yang mengelola Juku Eja dihadapkan pada harapan yang tinggi dari suporternya yang militan.
Baca Juga
Semangat Membara Bang Jay Idzes Menyambut Lanjutan R3 Kualifikasi Piala Dunia 2026 di Maret 2025!
Marselino Ferdinan dan 3 Pemain Diaspora Timnas Indonesia yang Main Kinclong saat Taklukkan Arab Saudi: Petarung Tangguh
Pelatih Bahrain Mulai Ketar-ketir Jelang Lawan Timnas Indonesia: Sangat Sulit, Mental Harus Disiapkan!
Advertisement
Itulah mengapa sejak musim 1995-1996, manejemen PSM selalu mendatangkan pemain berkategori bintang dalam tim. Perekrutan pemain luar Makassar secara masif dimulai pada musim 1999-2000.
Saat itu, PSM yang dikelola Nurdin Halid mendatangkan sederet pemain tim nasional Indonesia seperti Aji Santoso, Bima Sakti, Miro Baldo Bento, Kurniawan Dwi Yulianto dan Hendro Kartiko.
Dengan materi pemain timnas, penampilan PSM pun sangat dominan sepanjang musim. Seperti diungkap Bima kepada Bola.com beberapa waktu lalu.
"Dulu, saat mau bertanding, kita tak lagi bicara hasil. Tapi, berapa besar gol yang bisa dicetak pada pertandingan itu," kata Bima.
Pada musim itu, PSM yang ditangani Syamsuddin Umar akrab dengan pola 3-5-2 dengan mengoptimalkan dua bek sayap yang kuat dalam bertahan dan menyerang. Pola itu berjalan efektif karena Syamsuddin memiliki tiga bek sayap berkualitas yakni Aji Santoso, Yusrifar Djafar dan Ortizan Solossa yang bergantian jadi starter.
Kepada Bola.com, Kamis (13/8/2020), Herman Kadiaman, staf pelatih PSM mengungkapkan ketiga nama diatas merupakan bek terbaik yang pernah dimiliki PSM di era Liga Indonesia. Di mata Herman, tipikal ketiganya nyaris sama ketika PSM tampil menyerang yakni agresif dengan umpan yang terukur.
"Mayoritas gol PSM lahir dari pergerakan dan umpan dari sisi sayap. Apalagi, PSM saat itu memainkan pola 3-5-2 yang pas dengan karakter mereka," kata Herman.
Herman menambahkan, selain mereka memang ada sejumlah bek sayap yang pernah atau masih berkostum PSM. Mulai dari Zain Batola, Ridwansyah, Supriyono Salimin, Zulkifli Syukur, Hasim Kipuw sampai Asnawi Mangkualam.
"Tapi penampilan mereka selama di PSM Makassar belum bisa menyamai Aji, Yusrifar dan Ortizan," tegas Herman.
Berikut analisa singkat Herman yang dirangkum Bola.com.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Aji Santoso
Aji hanya satu musim di PSM. Tapi, ia berperan besar dibalik sukses Juku Eja meraih trofi juara musim 1999-2000.
Di laga final melawan PKT Bontang, Aji yang masuk di babak kedua menggantikan Yusrifar melepaskan umpan terukur yang dimanfaatkan secara optimal oleh Kurniawan Dwi Yulianto untuk mencetak gol ketiga PSM atau gol keduanya pada laga itu.
"Aji adalah tipe bek yang sangat dibutuhkan oleh tim. Ia kuat dalam bertahan dan bagus dalam menyerang," ujar Herman.
Pengalamannya sebagai pemain timnas plus membawa Arema Malang juara Galatama dan Persebaya di Liga Indonesia membuat Aji mendapat respek yang baik di kalangan pemain Juku Eja.
Advertisement
Yusrifar Djafar
Yusrifar adalah bek sayap yang paling sukses di PSM pada era 1990-an. Ketika PSM masih berkompetisi di Perserikatan, Yusrifar membawa Juku Eja meraih juara pada musim 1991-1992 dan runner-up pada 1993-1994.
Ketika kompetisi berganti baju menjadi Liga Indonesia, Yusrifar juga menjadi starter PSM ketika merebut trofi juara musim 1999-2000 dan runnerp-up 2000-2001.
"Yusrifar sangat baik bila PSM bermain menyerang. Umpannya pun terukur. Ia juga jago dalam eksekusi bola mati. Hanya, kalau tim sedang bertahan, Yusrifar agak lemah karena ia memang lebih pas sebagai penyerang sayap," kata Herman.
Ortizan Solossa
Oritizan adalah bek yang paling disukai oleh Herman. Meski lebih banyak bermain sebagai bek kiri, Ortizan juga tak canggung bermain disisi kanan.
Bersama PSM, Ortizan meraih trofi juara pada Liga Indonesia 1999-2000 serta dua kali runner-up pada musim 2003 dan 2004.
Berbeda dengan Aji dan Yusrifar yang lekat dengan pola 3-5-2, Ortizan tetap menonjol ketika PSM ditangani Miroslav Janu, pelatih asal Republik Ceko. Seperti diketahui, Janu dikenal sebagai pelatih yang kerap memainkan pola 4-4-2.
"Era Janu, Ortizan tetap pilihan utama. Tak hanya itu, berkat penampilannya bersama PSM, ia masuk skuat timnas Indonesia di Piala AFF 2004," pungkas Herman.
Advertisement