Bola.com, Jakarta - Memikul pekerjaan sebagai pelatih di Liga Indonesia cukup berat. Ancaman pemecatan bisa datang secara tiba-tiba. Bahkan, ketika tim yang dipolesnya mampu tampil gemilang sekalipun.
Ambil contoh kejadian yang menimpa Edson Tavares. Pelatih asal Brasil itu baru saja diberhentikan oleh Borneo FC. Kabar itu agak mengagetkan mengingat tim berjulukan Pesut Etam itu mampu bercokol di papan atas.
Baca Juga
Drama Timnas Indonesia dalam Sejarah Piala AFF: Juara Tanpa Mahkota, Sang Spesialis Runner-up
5 Wonderkid yang Mungkin Jadi Rebutan Klub-Klub Eropa pada Bursa Transfer Januari 2025, Termasuk Marselino Ferdinan?
Bintang-Bintang Lokal Timnas Indonesia yang Akan Turun di Piala AFF 2024: Modal Pengalaman di Kualifikasi Piala Dunia
Advertisement
Di tangan Tavares, Borneo FC menduduki peringkat ketiga klasemen sementara Shopee Liga 1. Namun, karena faktor lain, manajemen Pesut Etam terpaksa memecatnya.
Tavares dinilai sebagai pelatih yang keras kepala. Eks arsitek Persija Jakarta itu juga dianggap susah diajak kerja sama. Karena alasan itu, pria berusia 64 tahun itu harus kehilangan pekerjaannya.
Tidak jarang menemukan kasus pelatih didepak secara mengenaskan di Liga Indonesia. Berikut empat di antaranya:
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Miljan Radovic (Persib Bandung)
Persib Bandung resmi berpisah dengan Miljan Radovic hanya empat bulan setelah diangkat sebagai pelatih. Pria asal Montenegro itu disebutkan mundur, meski ada dugaan ia sebenarnya diberhentikan oleh manajemen.
Persib menunjuk Radovic pada Januari 2019 sebelum menghentikan kerja sama pada Mei 2020 atau beberapa hari sebelum kompetisi dimulai.
Radovic sempat memimpin Persib di turnamen pramusim Piala Presiden 2019. Hasilnya, pria berusia 44 tahun itu mendapatkan bogem mentah dari Bobotoh karena penampilan buruk Supardi Nasir dan kawan-kawan.
Pada turnamen itu, Persib tersingkir di babak penyisihan. Tim berjulukan Pangeran Biru tersebut hanya mampu mendulang satu kemenangan dan dua kali menelan kekalahan.
Advertisement
Alfredo Vera (Persipura Jayapura)
Apes betul nasib Angel Alfredo Vera. Tinggal menghitung hari sebelum Liga 1 2017 dimulai, pelatih asal Argentina itu justru dipecat Persipura Jayapura.
Padahal, Vera baru membawa Persipura menjuarai Indonesia Soccer Championship (ISC) 2016. Namun ketika menyambut musim baru, Boaz Solossa dan kawan-kawan gugur di babak penyisihan Piala Presiden 2017.
Ada dugaan bahwa keputusan Persipura mendepak Vera dikarenakan lisensi sang pelatih. Arsitek berusia 47 tahun itu hanya mengantungi lisensi CONMEBOL. Waktu itu peraturannya tiap pelatih di Liga 1 minimal bermodalkan lisensi A AFC.
Dua tahun berselang, Vera kembali menghadapi pemecatan. Mantan arsitek Persebaya Surabaya ini diberhentikan oleh Bhayangkara FC di pertengahan musim 2019 karena inkonsistensi penampilan.
Eduardo Perez (PSS Sleman)
Kejadian aneh bin nyata terjadi ketika Eduardo Perez bekerja sama dengan PSS Sleman. Mulanya, kedua pihak bersepakat untuk menjalin ikatan pada Januari 2020.
Perez ditunjuk manajemen PSSI untuk menggantikan Seto Nurdiyantoro. Belum juga genap dua bulan melatih, pria asal Spanyol itu telah mengundurkan diri.
Alasannya, hubungan Perez dengan PSS tidak lagi mesra. Mantan asisten Luis Milla tersebut merasa memiliki banyak perbedaan pandangan dengan manajemen tim.
Sebelumnya, dugaan merebak bahwa Perez dipecat oleh manajemen tim berjulukan Super Elja ini. Pasalnya dalam dua pertandingan uji coba sebelum Shopee Liga 1 2020, PSS hanya meraih satu imbang dan sekali kalah.
Advertisement
Miroslav Janu (Arema FC)
Cerita mundurnya Mario Gomez dari kursi pelatih Arema FC belum lama ini mengulangi kisah Miroslav Janu. Mendiang pelatih asal Republik Ceska itu pernah merasakan kondisi yang sama pada musim 2007/2008.
Janu memilih meninggalkan Arema FC sesaat sebelum babak 8 besar dimulai. Penyebabnya kedua belah pihak tidak menemui kata sepakat mengenai perpanjangan kontrak.
Waktu itu kompetisi Liga Indonesia molor sebulan dari jadwal semula. Arema ingin mengajukan penambahan kontrak berdurasi sebulan.
Namun, Janu meminta lebih dari itu. Jika hanya diperpanjang satu bulan, risikonya Janu harus menganggur beberapa bulan ke depan sambil menunggu kompetisi baru di Indonesia. Padahal, dia sudah dapat tawaran melatih di negaranya saat jeda kompetisi di Indonesia.
Arema FC memilih merelakan Janu. Pelatih yang dikenal dengan disiplin tinggi itu memilih pulang kampung melatih tim muda Slavia Paha. Tim berjulukan Singo Edan ditangani asisten pelatih Joko Susilo di babak 8 besar dan akhirnya gugur di fase itu.
Janu kembali menangani Arema FC pada 2010/2011 dan mengantar Singo Edan menjadi runner up. Mantan arsitek Persela Lamongan itu meninggal di Surabaya pada 24 Januari 2013 karena serangan jantung.
Darko Jankovic
Juli 2010, Persib mengumumkan pelatih Darko Janakovic sebagai pelatih baru untuk musim 2010/2011. September 2010, arsitek asal Prancis itu resmi dipecat.
Janakovic tidak sampai tiga bulan menangani Persib. Dia terpaksa lempar handuk karena mayoritas para pemain Pangeran Biru menjauhinya.
"Saya sebenarnya ingin sekali membawa Persib juara, tetapi ternyata manajemen dan pemain tak menginginkannya. Saya memilih pergi dari Persib," kata Janakovic medio September 2010.
Sejak awal, gaya kepelatihan Janakovic memang menuai tekanan. Dia dianggap terlalu keras dan tanpa kompromi dalam menyeleksi pemain. Para pemain Pangeran Biru tidak menyukai perilakunya yang dinilai semena-mena.
"Mestinya sebagai pelatih baru di Liga Indonesia sini, Darko bisa mendekatkan diri dengan para pemain namun yang terjadi malah ia bertindak otoriter dan menganggap semua yang dilakukan kami salah," kata Markus Horison, yang saat itu masih menjadi kiper Persib.
Advertisement