Bola.com, Jakarta - Sosok Djadjang Nurdjaman pantas jadi legenda Persib Bandung dengan raihan berbagai trofi juara, baik sebagai pemain dan pelatih.
Ketika masih aktif sebagai pemain, pria yang akrab disapa Djanur ini membawa Maung Bandung juara Perserikatan 1986 dan 1989-1990 serta juara di turnamen Piala Sultan Brunei Hasanal Bolkiah.
Baca Juga
Netizen Ngeri dengan Skuad Timnas Indonesia untuk Piala AFF 2024: Ada Trio Ronaldo - Rivaldo - Kaka
Pratama Arhan Merapat tapi Telat, Kepastian Pemain Abroad Gabung Timnas Indonesia di Piala AFF 2024 Ditentukan pada 5 Desember 2024
Legenda Australia: Socceroos Bakal Kalahkan Timnas Indonesia dan Makin Cepat Lolos ke Piala Dunia 2026
Advertisement
Setelah gantung sepatu, ia menjadi asisten pelatih dengan gelar Perserikatan 1993-1994 dan Liga Indonesia 1994-1995. Puncaknya, ia membawa Persib meraih trofi Liga Super Indonesia 2014.
Selain kompetisi, Djanur bersama Persib berjaya di turnamen Celebes Cup 2014, Piala Presiden 2015 dan Piala Walikota Padang 2015.
Dalam channel Youtube Jurnal Opa, Djanur mengaku tak bisa melupakan momen berkesan saat Persib menjuarai ISL 2014.
Menurut Djanur, sukses itu merupakan buah kerja keras dan kebersamaan tim serta dukungan luarbiasa dari masyarakat Jawa Barat.Ia pun mengungkap proses dibalik pencapaian itu.
Setelah membawa Persib bertengger di peringkat empat ISL 2013 yang memakai sistem kompetisi penuh, Djanur pun melakukan evaluasi sekaligus mencari solusi serta konsep untuk membuat asuhannya lebih kuat.
Saat itu, Djanur melihat ada dua faktor yang perlu dibenahi yakni cara bermain dan menghilangkan gap atau blok antarpemain.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Menghapus Dahaga
Ambisi menghapus dahaga gelar yang terakhir diraih Persib pada 1994-1995 membuat manajemen menerima konsep yang ditawarkan Djanur sekaligus memberinya kewenangan penuh untuk memilih pemain.
"Pemain baru saya datangkan sesuai kebutuhan. Sedang pemain yang dipertahankan, saya melakukan pendekatan secara persuasif. Kalau masih ingin bersama Persib, mereka harus ikut dengan konsep saya," kenang Djanur.
Djanur pun menegaskan kepada pemain bahwa dirinya tak lagi berpatokan putera daerah dalam menentukan materi tim.
"Kondisinya sudah berbeda. Pada era profesional, pelatih hanya butuh pemain yang memiliki motivasi dan dedikasi kuat buat mengangkat prestasi tim."
Tak hanya soal strategi, pelatih yang kerap memainkan pola 4-3-3 ini juga menekankan pentingnya sikap dan karakter pemainnya. Pada berbagai kesempatan, Djanur selalu mengingatkan pemainnya agar menjaga kebersamaan tim.
"Saya bilang ke mereka, pondasi tim ini dibangun sejak musim lalu. Sekarang saat yang tepat untuk mempersembahkan trofi juara Liga Indonesia yang tak pernah diraih lagi sejak musim 1994-1995."
Advertisement
Langkah Mulus Persib
Kebersamaan dan materi tim yang merata membuat perjalanan skuat asuhan Djanur mengarungi LSI 2014. Di penyisihan Wilayah Barat, Maung Bandung lolos ke 8 Besar status runner-up di bawah Arema Cronus.
Setelah itu, Firman Utina dan kawan-kawan melenggang ke semifinal dengan status juara Grup B yang dihuni Pelita Bandung Raya, Mitra Kukar dan Persebaya.
Asa tinggi masyarakat Jawa Barat untuk melihat Persib meraih trofi juara kian membubung tinggi setelah tim kesayangannya mengalahkan Arema Cronus 3-1 pada semifinal yang berlangsung di Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring, Palembang, 4 November 2014. Puluhan ribu bobotoh pun berduyun-duyun ke Palembang untuk berpesta juara.
Seperti diketahui, Persib akhirnya memupus dahaga gelar juara setelah mengalahkan Persipura Jayapura pada laga final Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring, Palembang, 7 November. Setelah bermain imbang 2-2 sampai akhir tambahan waktu, Persib akhirnya mengalahkan Persipura via adu penalti dengan skor 5-3.