Bola.com, Jakarta - Menendang tendangan penalti bukan perkara mudah. Seorang pemain harus mempersiapkan mental untuk menaklukkan kiper lawan dalam posisi satu lawan satu. Jangan lupa, ada faktor keberuntungan di situ.
Pemain terkini yang begitu matang dalam mengeksekusi penalti adalah gelandang Manchester United, Bruno Fernandes. Sejak bergabung dengan tim berjulukan Setan Merah ini pada Januari 2020, pemain Portugal itu selalu berhasil mencetak gol dari titik putih.
Baca Juga
Naturalisasi Ole Romney Dikebut, Erick Thohir Undang FIFA dan AFC Saksikan Pertandingan Timnas Indonesia Vs Bahrain
Cerita di Balik Kemenangan Timnas Indonesia atas Arab Saudi: Keputusan Shin Tae-yong Ubah Formasi Jadi Kunci
Setelah Bela Timnas Indonesia, Duo Sayuri Langsung Gacor Bersama Malut United di BRI Liga 1
Advertisement
Dari delapan percobaan tendangan penalti, Fernandes mampu mengonversi semuanya menjadi gol.
Menjadi algojo penalti gampang-gampang susah. Diperlukan kemampuan untuk menentukan arah bola dan membaca pergerakan kiper lawan.
Contohnya apa yang terjadi dengan Simone Zaza. Penyerang Timnas Italia ini gagal mengeksekusi sepakan 12 pas di babak semifinal Piala Eropa 2016. Padahal, striker Torino itu telah mampu mengecoh Manuel Neuer, namun tendangannya melambung di atas mistar.
Di Timnas dan Liga Indonesia, eksekutor penalti didominasi oleh pemain asing. Namun, masih ada pemain lokal yang juga dipercaya untuk menjadi algodo sepakan 12 pas. Berikut lima di antaranya:
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Bambang Pamungkas
Jika bermain, Bambang Pamungkas adalah pilihan pertama Persija Jakarta untuk mengeksekusi penalti. Mantan penyerang berusia 40 tahun ini punya ciri khas ketika menjadi algojo 12 pas.
Pembawaan Bepe, panggilannya, selalu tenang sebelum mengambil tendangan penalti. Dia juga tidak pernah menendang bola dengan keras. Bepe memanfaatkan kecerdikannya untuk mengarahkan bola ke pojok gawang lawan.
Masih ingat dengan keberanian Bepe mengambil dua kali sepakan penalti saat Timnas Indonesia menghadapi Thailand di partai terakhir babak penyisihan Grup A Piala AFF 2010?
Saat itu, Timnas Indonesia tengah tertinggal 0-1 dari Thailand sebelum Bepe masuk di babak kedua. Mantan pemain yang kala itu masih berusia 30 tahun ini berhasil mengeksekusi dua tendangan penalti pada menit ke-82 dan 90+1 untuk membawa Timnas Indonesia mengembalikkan keadaan menjadi 2-1.
Advertisement
Boaz Solossa
Sama seperti Bepe, Boaz Solossa adalah eksekutor utama di level klub bersama Persipura Jayapura. Penyerang berusia 34 tahun itu punya insting mematikan dalam menjadi algojo penalti.
Dalam mengambil penalti, Boaz selalu mengandalkan kaki kirinya, kaki terkuatnya, dalam menjebol gawang lawan.
Jika Bepe cenderung elegan dalam mengeksekusi penalti, tidak untuk Boaz. Mantan penyerang Timnas Indonesia ini kerap tanpa ampun menghajar bola dari titik 12 pas.
Momen yang paling diingat dari penalti Boaz tentu ketika ia membobol gawang Vietnam pada babak semifinal Piala AFF 2016 leg pertama. Namun, Bochi, sapaan karibnya, tidak menghajar bola dengan keras.
Cukup mengarahkan bola ke sisi atas kanan gawang Vietnam, para pendukung Timnas Indonesia telah bisa menikmati gol sepakan penalti dari Bochi.
Alberto Goncalves
Transfermarkt merangkum, Alberto Goncalves berhasil mengeksekusi tendangan penalti di Liga 1 sejak 2017. Bomber Madura United ini memang ahlinya dalam menyepak 12 pas.
Beto memang terkenal sebagai eksekutor penalti yang ulung sepanjang kariernya. Karena itu, penyerang asal Brasil ini sering diplot sebagai algojo prioritas tendangan 12 pas.
Advertisement
Ilija Spasojevic
Ilija Spasojevic juga termasuk pemain mematikan kala mengeksekusi penalti. Penyerang Bali United ini adalah algojo utama tim dalam tiga musim penalti.
Bersama Bali United sejak 2019, Spasojevic sukses menjaringkan empat gol melalui titik putih.
Kejadian menarik terjadi ketika Spasojevic menjadi algojo penalti bagi Timnas Indonesia melawan Mongolia pada Aceh World Solidarity Tsunami Cup, Desember 2017. Karena kondisi kotak 16 dipenuhi oleh lumpur, pemain naturalisasi kelahiran Montenegro itu rela menyingkirkan lumpur yang menutupi titik putih area dengan tangannya sebelum menendang bola.
Apa yang dilakukan Spasojevic berdampak positif. Sepakannya mampu menghujam gawang Mongolia sekaligus mengecoh kiper lawan.
Cristian Gonzales
Sebagai aljogo penalti, Cristian Gonzales dikaruniai atribut hampir lengkap. El Loco, panggilannya, punya ketenangan dalam mengeksekusi tendangan 12 pas plus kaki kiri yang mematikan.
Di setiap klub yang dibelanya, Gonzales selalu dipercaya sebagai algojo penalti. El Loco punya ciri khas kalem dalam menendang penalti. Bomber naturalisasi asal Uruguay ini lebih memilih mengarahkan bola ke sudut gawang dengan tendangan yang cenderung lemah.
Ada kejadian menarik ketika Gonzales hendak mengeksekusi tendangan penalti pada babak tos-tosan ketika Arema FC melawan Borneo FC di Piala Jenderal Sudirman 2015. El Loco lebih dulu memasukan bola ke dalam celananya sebelum mengecoh Galih Sudaryono.
Advertisement