Sukses


Ponaryo Astaman Bicara Tentang Idola, Piala Asia 2004, dan Pemain Naturalisasi

Bola.com, Jakarta - Kiprah Ponaryo Astaman kental mewarnai pentas Liga Indonesia pada satu dekade awal 2000-an. Namanya mulai mencuat ketika bersama PKT Bontang menembus final musim 1999-2000 mwenghadapi PSM Makassar.

Pada laga yang berakhir dengan skor 3-2 untuk PSM, Ponaryo tampil sebagai starter. Pamor Ponaryo kian mentereng saat berkostum Juku Eja. Dimana, ia dua kali membawa klub kebanggaan Kota Daeng meraih posisi runner-up yakni 2003 dan 2004.

Musim 2004 adalah tahun terbaik Ponaryo. Meski gagal membawa PSM meraih juara, ia terpilih sebagai pemain terbaik sekaligus membawanya masuk Timnas Indonesia di Piala Asia 2004.

Pada ajang tertinggi antanegara Asia itu, Ponaryo mencuri perhatian dengan gol indahnya ke gawang timnas Qatar di Workers Stadium, Beijing, China, 18 Juli 2004.

Selepas memperkuat PSM pada musim 2005, Ponaryo hijrah ke Malaysia dengan memperkuat Melaka TMFC. Semusim di negeri jiran, Ponaryo kembali berkiprah di kompetisi tanah air dengan berturut-turut memperkuat Arema Malang, Persija Jakarta, Sriwijaya FC, PSM dan Borneo FC.

Di klub terakhir ini, Ponaryo akhirnya memutuskan pensiun sebagai pemain. Kini, Ponaryo yang sudah mengantongi lisensi kepelatihan A-AFC ini menjabat sebagai general manager APPI (Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia).

Dalam channel YouTube Hanif dan Rendy Show mengungkap keinginannya tak terpenuhi ketika masih menjadi pemain yakni bermain satu klub dengan idola Bima Sakti.

"Bagi saya, mas Bima adalah idola, panutan dan inspirasi saya ketika menjadi pemain. Kebetulan kami sama-sama berasal dari Balikpapan," ujar Ponaryo.

Ketika masih duduk di bangku sekolah menengah atas, Ponaryo termotivasi melihat sepakterjang Bima Sakti di PSSI Primavera dan tim nasional senior.

Kalau menilik perbedaan usia keduanya yang hanya tiga tahun, peluang tampil bersama Bima di Timnas Indonesia sejatinya ada. Namun, performa Bima usai cedera parah di turnamen Ho Chi Minh City tak lagi sebaik sebelumnya.

"Kami memang pernah bermain bersama. Tapi di PSSI allstar," kenang Ponaryo Astaman.

Video

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 3 halaman

Piala Asia 2004

Ponaryo yang berkiprah bersama timnas senior sejak 2003 sampai 2013 tercatat tampil pada 62 partai dengan koleksi dua gol.

Ponaryo mengaku bangga bisa bermain di Piala Asia dua edisi yakni 2004 dan 2007. Malah pada 2004, golnya ke gawang Qatar masuk dalam gol terbaik di Piala Asia sepanjang masa.

"Gol ke gawang Qatar itu adalah momen paling berkesan. Sebagai mantan pemain timnas, saya berharap Indonesia bisa kembali tampil di Piala Asia," tutur Ponaryo.

Bagi Ponaryo, bermain di Timnas Indonesia adalah kebanggaan. Itulah mengapa, secara pribadi, ia menegaskan tak setuju dengan adanya rencana menaturalisasi pemain jelang perhelatan Piala Dunia U-20.

"Sekali lagi, ini pendapat pribadi, secara talenta, Indonesia tidak kalah dengan mereka. Mungkin perbedaan yang mendasar adalah mental dan pengalaman bertanding," ungkap Ponaryo.

3 dari 3 halaman

Tak Perlu Naturalisasi

Di mata Ponaryo, dua faktor itu jadi kelemahan pemain Indonesia karena minimnya jam terbang di level internasional.

Sejatinya, hal ini bisa diminimalkan dengan pengiriman atau memfasilitasi pemain berkiprah di luar negeri. Bukan secara tim seperti program sebelumnya. Di antaranya, Primavera, Baretti, SAD Uruguay dan Garuda Select.

 

"Program ini bagus tapi tidak efektif. Kalau secara individu, cara pandang pemain tentu berbeda. Karena di klub, mereka akan belajar secara mandiri bagaimana bersikap profesional seperti mengatur waktu, makan, latihan dan lain-lain," papar Ponaryo.

Kalau cara ini berjalan dengan baik, Ponaryo menilai, Indonesia bisa bersaing dengan negara lain. Khusus di Piala Dunia U-20, secara pribadi, Ponaryo berharap Fakhri Husaini tetap menangani timnas U-19. Apalagi mayoritas pemain yang dipanggil sudah ditangani Fakhri sejak U-16.

"Soal ilmu kepelatihan, saya menilai kualitas pelatih kita sudah baik dengan adanya pelatih berlisensi A Pro. Tinggal implementasinya saja," pungkas Ponaryo.

 

Video Populer

Foto Populer