Bola.com, Makassar - Kiprah Persipura Jayapura di pentas Liga Indonesia cukup terbilang dominan. Tim Mutiara Hitam tercatat empat kali meraih trofi juara, yakni pada musim 2005, 2009, 2011 dan 2013. Raihan ini jauh lebih baik jika dibanding ketika mereka berstatus tim Perserikatan. Saat itu Persipura memang hanya satu kali mencuat di persepakbolaan Tanah Air dengan menggenggam Piala Soeharto pada 1976.
Pada final yang berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno Senayan, 19 April 1976, Persipura Jayapura mengalahkan Persija Jakarta dengan skor tipis 4-3. Kemenangan Persipura ini tak diperhitungkan karena pada penyisihan grup, mereka kalah dari Persija 1-2. Dalam ajang ini, Persipura memunculkan nama Yohanes Auri yang belakangan menjelma sebagai bek kiri terbaik Timnas Indonesia.
Baca Juga
Advertisement
Bagi Yohanes, bermain sebagai bek kiri tidak pernah ada dalam benaknya. Selain bukan berkaki kidal, ia lebih banyak bermain sebagai penyerang sayap, striker, dan gelandang. Dalam channel youtube Skor Indonesia, Yohanes menceritakan proses awal dirinya menggeluti sepak bola dan kemudian menjelma menjadi legenda Persipura serta Timnas Indonesia.
Pria kelahiran Manokwari, 30 Oktober 1954, ini mengaku datang ke Jayapura untuk menimba ilmu mesin setelah tamat SMP. Sesampai di Jayapura, ternyata Freeport membuka sekolah mesin buat anak-anak Papua yang nantinya bekerja di perusahaan asal Amerika Serikat tersebut.
Yohanes yang kebetulan dinilai memiliki bakat di sepak bola terpilih dalam daftar siswa lewat jalur olahraga. Kebetulan sekolah tersebut memiliki tim sepak bola. Lewat tim sekolahnya itu, Yohanes terpantau oleh tim pelatih Persipura.
"Saya tak lupa jasa pelatih yang pertama kali mengasah bakat saya seperti HB Samsi, Hengky Heipon, dan Albert Pahelerang," kenang Yohanes.
Yohanes menyimpan kenangan khusus kepada Samsi, pelatih yang memintanya bermain sebagai bek kiri. Kala itu, Egana, seniornya yang tak bisa membela Persipura karena cedera patah tangan.
"Saya lakukan permintaan Pak Samsi. Bagi saya, setiap kesempatan harus dimanfaatkan sebaik mungkin," tegas Yohanes.
Berada di bawah bimbingan Samsi, Yohanes pun melatih kaki kirinya agar lebih kuat. Prosesnya terbilang menarik, di mana dalam setiap latihan, ia hanya memakai sepatu bola khusus di kaki kiri, sedang kaki kanannya menggunakan sepatu kats.
"Akhirnya saya terbiasa menggunakan kaki kiri dan bermain reguler bersama Persipura Jayapura sebagai bek kiri,"kata Yohanes Auri.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Kenangan Pahit di Saigon Cup
Setelah meraih trofi juara di Piala Soeharto 1976, ditambah sukses tim Papua meraih medali perak PON IX/1977, Persipura Jayapura ditunjuk mewakili Indonesia mengikuti dua turnamen di luar negeri. Masing-masing King's Cup 1977 di Thailand, dan turnamen perdamaian di Saigon (Ho Chi Minh City). Khusus pada turnamen terakhir, Yohanes menyimpan kenangan pahit.
"Pada turnamen itu, seharusnya kami juara. Tapi, saat unggul 1-0 menghadapi tuan rumah, ada perintah untuk mengalah," kata Yohanes.
Secara gamblang, Yohanes menceritakan pengalaman tersebut. Saat itu, pertandingan tinggal menyisakan waktu dua menit. Tiba-tiba dari pinggir lapangan, Acub Zainal yang menjadi pembina Persipura memberi kode dari pinggir lapangan.
"Pak Acub bilang ada perintah dari Presiden Soeharto agar kami mengalah sesuai misi utama ke Vietman, yakni menjaga perdamaian. Kami pun akhirnya kalah 1-2," ungkapnya.
Advertisement
Jadi Inspirasi Lagu Black Brothers
Sukses Yohanes bersama Persipura Jayapura meraih trofi Piala Soeharto 1976 menjadi inspirasi band pop rock asal Papua Barat, Black Brothers, dalam membuat lagu. Dalam lirik lagu tersebut, tertulis nama Yohanes dan Timo Kapissa. Kebetulan keduanya menjalani pemusatan latihan Timnas Indonesia menghadapi kualifikasi Piala Dunia 1978 di Ragunan, Jakarta Selatan.
"Black Brothers adalah saudara kami. Mereka mengabarkan akan membuat lagu yang terinspirasi sukses Persipura meraih gelar Piala Soeharto," kata Yohanes.
Ketika di Ragunan pula, Yohanes akrab dengan Waskito, penyerang yang dikenal dengan kecepatan larinya di Timnas Indonesia.
"Saya mendapat hadiah sepatu dari kakaknya Waskito. Harganya saat itu Rp15 ribu. Termasuk mahal kala itu," terang Yohanes yang selanjutnya mendapat jatah sepatu merek Adidas dari pengurus Timnas Indonesia.