Bola.com, Makassar - Ketika masih aktif sebagai pemain, Benny van Breukelen pernah menjadi kiper pada era Galatama dan Liga Indonesia. Klub Galatama Tempo Utama jadi klub profesional pertamanya pada 1983.
Setelah itu, pria kelahiran Medan 4 Mei 1963 ini pernah berkostum klub besar seperti Arseto Solo dan Niac Mitra Surabaya. Pada era Liga Indonesia edisi perdana, ia berkostum Persija Jakarta.
Baca Juga
Advertisement
Setelah itu, pria bernama lengkap Benyamin van Breukelen hengkang ke Persitara Jakarta Utara dan Persijatim Jakarta Timur. Pensiun sebagai pemain, Benny, sapaan akrabnya, menjadi pelatih kiper Arseto pada musim 1997.
"Manajemen Arseto meminta saya kembali ke Solo. Saya setuju, tapi sebagai pelatih kiper," kata Benny pada channel youtube Tik Tak Football First.
Berada di Arseto, Benny van Breukelen menangani I Komang Putera dan Ari Supiarso yang kemudian sempat berkostum Timnas Indonesia. Tapi, Benny tak lama di Arseto. Krisis monoter yang melanda Indonesia membuat kompetisi terhenti. Ironisnya, Arseto pun membubarkan diri.
Benny pun kembali ke Jakarta bergabung dengan akademi sepak bola Pelita Jaya bersama Bambang Nurdiansyah. Tiga tahun di Pelita Jaya, Benny kembali ke Solo dan bergabung dengan sebuah akademi di Kota Bengawan.
Benny kembali menangani klub profesional ketika manajemen PSPS Pekanbaru ingin memakai jasanya pada 2001. Waktu itu, PSPS dijuluki miniatur Timnas Indonesia karena dihuni pemain tim nasional, seperti Hendro Kartiko, Listianto Raharjo, Bima Sakti, Kurniawan Dwi Yulianto, Uston Nawawi, Sugiantoro, Aples Tecuari, dan sejumlah nama lain.
Empat tahun berada di PSPS, Benny menangani kiper di PS Dumai, Persiba Bantul, dan Persiku Kudus. Dari Persiku, Benny menjadi pelatih Timnas Indonesia U-19 yang akan bertanding di Piala AFC U-19 Vietnam.
Menangani Timnas U-19, Benny menemukan potensi besar dalam diri Kurnia Meiga. Itulah mengapa ketika Benny mendapat kontrak sebagai pelatih Arema Malang jelang musim 2008, ia membawa Kurnia Meiga ke Malang.
"Waktu itu, Meiga baru lulus SMA Ragunan. Awalnya keberadaan Meiga sempat dipertanyakan Aremania. Tapi, saya bergeming karena yakin dengan kemampuan Meiga. Terbukti, Meiga mampu memberi kontribusi besar buat Arema Indonesia ketika meraih trofi juara Liga Super Indonesia 2009-2010.
Ketika Meiga dan Arema meraih sukses, Benny van Breukelen sudah tak bersama tim karena memilih menerima tawaran klub Medan, Pro Duta.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Pelatih Akademi dan Klub Profesional
Benny van Breukelen yang kini menangani kiper Persebaya Surabaya di Liga 1 2020 mengaku banyak mendapatkan pengalaman setelah bergabung dengan sejumlah klub dan akademi sepak bola.
Menurutnya, perbedaan mendasar melatih di klub dan akademi adalah cara pendekatannya. Kalau di level senior, ia mengaku lebih fokus membenahi kelemahan dan kemudian meningkatkan kemampuan anak asuhnya.
Sementara di akademi, ia harus lebih fokus dan jeli untuk melihat potensi atau bakat kiper usia muda. Selain penanganan khusus, berupa mengajarkan teknik dasar sebagai kiper, sebagai pelatih, Benny aktif berbicara dengan asuhannya.
"Posisi kiper itu sangat sentral. Itulah mengapa saya sering bertanya ke mereka, serius atau tidak menjadi kiper karena latihannya berbeda dan lebih berat," tegas Benny.
Tak hanya teknik dan latihan yang berat, di mata Benny menangani kiper muda di akademi, seorang pelatih harus bisa mengarahkan anak asuhnya, terutama terkait soal mental.
"Faktor mental sangat vital buat seorang kiper. Baik atau buruk hasil sebuah tim banyak tergantung kepada kemampuan seorang kiper mengawalnya gawangnya," pungkas Benny.
Advertisement