Bola.com, Jakarta - Formasi 4-4-2 dipakai pelatih Shin Tae-yong pada pertandingan kompetitif pertamanya bersama Timnas Indonesia U-19. Arsitek asal Korea Selatan itu membuat kejutan, karena pola ini telah lama pudar di kancah sepak bola nasional.
Bulgaria U-19 menjadi ujian pertama Shin Tae-yong. Menghadapi anak buah Angel Stoykov itu, Timnas Indonesia U-19 tidak dapat berbuat banyak.
Advertisement
David Maulana dan kawan-kawan dicukur 0-3 oleh Bulgaria U-19 pada Turnamen International U-19 Friendly 2020 di Stadion Igraliste NK Polet, Sveti Martin na Mauri, Sabtu (5/8/2020) malam WIB.
Entah bereksperimen atau tidak, Shin Tae-yong mencadangkan sejumlah pemain langganan starter di Timnas Indonesia U-19 ketika kalah dari Bulgaria U-19. Nama-nama seperti Beckham Putra, Bagas Kaffa, dan Mochammad Supriadi, duduk manis di bench pemain.
Pakem 4-4-2 racikan Shin Tae-yong berjalan mulus sebelum para pemain kehilangan konsentrasi pada 15 menit akhir laga. Dalam tempo enam menit, Bulgaria U-19 berhasil membukukan trigol melalui Martin Petkov pada menit ke-78 dan 83', serta sebiji gol Stanislav Shopov menit ke-82.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Lini Belakang
Shin Tae-yong memercayai Adi Satryo sebagai penanggung jawab di bawah mistar Timnas Indonesia U-19 ketika melawan Bulgaria. Kiper PSMS Medan itu melakukan sejumlah penyelamatan penting sebelum kebobolan tiga gol.
Di depannya, berdiri Bayu Fiqri sebagai bek sayap kanan, Komang Wiguna dan Rizky Ridho sebagai palang pintu pertahanan, dan Yudha Febrian sebagai bek sayap kiri.
Duet Komang Wiguna dan Rizky Ridho di jantung pertahanan mampu meredam serangan Tomislav Papazov dan kawan-kawan, sebelum Bulgaria U-19 mencetak gol pertama melalui sundulan Petkov.
Yudha Febrian menjadi penampil terbaik di lini pertahanan. Bek berusia 18 tahun itu mampu bermain disiplin, dengan aktif membantu serangan.
Adapun, penampilan Bayu Fiqri masih di bawah standar. Beberapa kali pemain kelahiran Jakarta itu kecolongan dengan memberikan ruang bagi winger kiri Bulgaria U-19.
Advertisement
Lini Tengah
Memainkan taktik 4-4-2 artinya dibutuhkan gelandang sayap yang kreatif untuk menopang duet penyerang di lini depan. Oleh karena itu, Shin Tae-yong menempatkan Andi Irfan di sisi kanan dan Witan Sulaeman di sisi kiri.
Dibanding Andi Irfan, Witan lebih aktif menjadi motor serangan dan beberapa kali mencoba untuk melewati pemain Bulgaria U-19. Namun, karena ketatnya lini pertahanan lawan, pemain berusia 18 tahun itu kerap kehilangan bola dengan mudah.
Sebagai pemutus serangan Bulgaria, Shin Tae-yong menduetkan David Maulana dan Komang Teguh sebagai double pivot. Keduanya bertipikal sama sebagai gelandang bertahan.
Fungsi David dan Komang cukup baik di lini tengah Timnas Indonesia U-19. Namun, keduanya kecolongan tatkala Bulgaria mengukir gol kedua lewat tendangan luar kotak penalti Shopov.
Lini Depan
Lini depan Timnas Indonesia U-19 menjadi kartu mati ketika melawan Bulgaria U-19. Duet Saddam Gaffar dan Irfan Jauhari tidak mampu berbuat banyak.
Maklum, level Bulgaria U-19 masih di atas Timnas Indonesia U-19. Keduanya juga minim pengalaman bertanding di kancah internasional.
Sesungguhnya, Saddam dan Irfan sama-sama aktif menjemput bola dan membuka ruang. Namun, karena agresifnya lini belakang Bulgaria U-19, keduanya kerap mati kutu ketika menguasai bola.
Advertisement
Menghadapi Kroasia U-19
Timnas Indonesia U-19 telah ditunggu Kroasia U-19 pada partai kedua International U-19 Friendly 2020, Selasa (8/9/2020).
Kroasia U-19 yang telah memainkan dua pertandingan, begitu agresif dalam turnamen ini. Armada racikan Josip Simunic tersebut berhasil membukukan tujuh gol, namun kebobolan lima gol.
Shin Tae-yong punya dua pilihan untuk melawan Kroasia U-19. Mempertahankan pola 4-4-2 demi melatih ketajaman dan lini serang, atau mengganti formasi menjadi 4-2-3-1 untuk bermain lebih aman dan bertahan.
Merujuk dari rekam jejaknya, Shin Tae-yong jarang menerapkan pakem 4-2-3-1. Arsitek berusia 49 tahun itu lebih sering memakai formasi 4-4-2 dan 4-2-3-1 semasa masih menangani Korea Selatan.