Sukses


Cerita Ibnu Grahan, Gabung Persebaya Setelah Jadi Pemain Terbaik dan Top Scorer Turnamen Tarkam

Bola.com, Makassar - Sosok Ibnu Grahan pernah lekat dengan Persebaya Surabaya. Ketika masih jadi aktif sebagai pemain, pria kelahiran 23 Juli 1967 ini jadi bagian Bajul Ijo saat meraih trofi juara Perserikatan 1987-1988.

Bersama klub kebangaan Bonek itu pula, Ibnu Grahan juga mencetak prestasi dengan raihan gelar juara di turnamen bergengsi seperti Piala Persija pada 1988, Piala Tugu Muda Semarang 1989 dan Piala Utama 1990.

Setelah gantung sepatu, Ibnu melanjutkan kariernya dengan menjadi bagian dari tim pelatih Persebaya saat juara Divisi Satu pada 2003 dan 2006 serta Juara Liga Indonesia 2004. Dalam channel youtube Omah Bal-balan, Ibnu mengaku sejatinya tak pernah membayangkan bisa berkarier sebagai pemain dan pelatih sepak bola.

Saat menempuh pendidikan sampai bangku SMA, ia lebih fokus belajar. Setelah lulus SMA, ia pun mengikuti seleksi masuk Akademi Militer di Magelang.

Gagal menjadi prajurit justru jadi titik balik kehidupannya. Sepulang dari Magelang, ia diajak Nicky Putiray, paman Rochi Putiray mengikuti sebuah turnamen sepak bola antarkecamatan di Surabaya.

"Itu pun saya tak langsung menerima karena saya tak pernah berpikir jadi pemain. Ketika di SMA, saya malah aktif sebagai pemain band aliran rock metal," kenang Ibnu.

Insting dan kejelian Nicky melihat potensi tersembunyi dalam diri Ibnu membuatnya terus membujuknya. "Akhirnya saya mengiyakan setelah om Nicky bilang tim kecamatan saya kekurangan satu pemain."

Dalam turnamen itu pula jadi awal karier Ibnu di sepak bola. Ia menjadi pemain terbaik dan top scorer dalam ajang yang berlangsung di Stadion Gelora 10 November, Surabaya.

Setelah meraih penghargaaan, Ibnu dipanggil menghadap Poernomo Kasidi, Wali Kota yang juga Ketua Umum Persebaya yang hadir pada acara penutupan turnamen. Ibnu pun ditawari bermain di Persebaya. Seperti sebelumnya, Ibnu spontan menolak.

"Ajudan Wali Kota sampai gemes karena saya mengaku tidak tahu Persebaya. Tapi, akhirnya tawaran itu saya terima karena enggak enak sama Pak Poernomo," tutur Ibnu.

Esok harinya, Ibnu pun datang ke lapangan Persebaya untuk memenuhi permintaan Poernomo. Awalnya pun tak mulus, karena Ibnu sempat berpikir untuk pulang.

"Saat datang ke lokasi latihan, saya ketemu Seger Sutrisno. Dia ngeledek saya. Untung ada Usman Hadi, teman sepermainan yang mengajak saya menemui pelatih," kisah Ibnu Grahan.

 

Video

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 2 halaman

Sepak Bola Gajah

Kala itu, Persebaya ditangani Rusdi Bahalwan dan Soebodro. Ibnu Grahan pun diwanti-wanti agar serius mengikuti latihan.

"Pak Rusdi bilang meski saya masuk ke Persebaya berkat rekomendasi ketum Persebaya, status saya adalah pemain seleksi. Saya mengiyakan saja dan akhirnya terpilih masuk skuat Persebaya," ungkap Ibnu.

Kiprah awalnya bersama Persebaya, Ibnu mengalami pengalaman tak enak meski menjadi bagian dari Bajul Ijo meraih trofi juara Perserikatan 1987-1988. Pada musim itu, kiprah Persebaya sempat ternoda dengan kasus sepak bola Gajah, di mana Persebaya terkesan mengalah saat ditekuk Persipura Jayapura 12 gol tanpa balas di Stadion Gelora 10 November.

Kekalahan telak itu sekaligus memupuskan harapan PSIS Semarang yang berambisi ke 6 Besar sekaligus mempertahankan gelar.

Menurut Ibnu sebelum pertandingan seluruh pemain dikumpulkan oleh Agil Haji Ali, manajer Persebaya. Berdasarkan kesepakatan manajemen, Persebaya memilih melepas pertandingan itu dengan memainkan pemain muda.

"Saya termasuk pemain yang tampil. Itu kali pertama saya bermain selama 90 menit. Sebelumnya, saya hanya dua kali tampil, itu pun hanya 10 dan 15 menit," ungkap Ibnu.

Pada musim berikutnya, Ibnu sudah bermain reguler sebagai starter Persebaya. Sayang, Persebaya akhirnya gagal mempertahankan gelar setelah dikalahkan Persib bandung 0-2 pada laga final yang berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, 11 Maret 1990.

Tapi, pada tahun itu, Persebaya tak sepenuhnya gagal setelah meraih trofi juara Piala Utama, sebuah ajang yang mempertemukan klub elit Perserikatan dan Galatama.

Sepak Bola Indonesia

Video Populer

Foto Populer