Bola.com, Medimurje - Sedari awal, pelatih Shin Tae-yong tidak menjanjikan kemenangan bagi Timnas Indonesia U-19 yang berlaga di International U-19 Friendly 2020 di Kroasia. Arsitek asal Korea Selatan ini hanya melihat sejauh mana kemampuan fisik David Maulana dan kawan-kawan dalam bertanding selama 90 menit.
Timnas Indonesia U-19 mengawali International U-19 Friendly 2020 dengan kekalahan telak. Tim berjulukan Garuda Muda itu dibantai Bulgaria U-19 0-3.
Advertisement
Situasi kian buruk di laga kedua. Menghadapi Kroasia U-19 selaku tuan rumah, Timnas Indonesia U-19 dibabat habis 1-7.
Untungnya, mental pemain Timnas Indonesia U-19 tidak ambruk. Garuda Muda mengakhiri turnamen ini dengan kepala tegak. Melawan Arab Saudi U-19 dan sempat tertinggal 0-3, pasukan Shin Tae-yong mampu menyamakan kedudukan menjadi 3-3 pada pengujung laga.
Entah bereksperimen atau tidak, Shin Tae-yong mematangkan formasi 4-4-2 dalam turnamen ini. Pola tersebut telah lama ditinggalkan di Timnas Indonesia, khususnya U-19 dan di kompetisi dalam negeri.
Dengan minornya pencapaian Timnas Indonesia U-19 dan pemain harus beradaptasi dengan pola baru, masih ada beberapa nama yang mampu bermain baik selama turnamen. Witan Sulaeman, contohnya.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Witan Motor Serangan
Gelandang berusia 18 tahun itu diplot sebagai motor serangan oleh Shin Tae-yong. Pemain klub Serbia, Radnik Surdulica, ini selalu dipasang sebagai starter dalam tiga pertandingan.
Daya jelajah Witan yang tinggi dikombinasikan dengan skill individunya yang berada di atas rata-rata membuatnya diandalkan oleh Shin Tae-yong untuk mengacak-acak pertahanan tim lawan dan melayani lini depan.
Dalam turnamen itu, Witan tidak tampil mengecewakan, juga tidak luar biasa bagi Timnas Indonesia U-19. Beberapa kali pergerakan eks pemain PSIM Yogyakarta ini mampu merepotkan tim lawan.
Advertisement
David Maulana Jenderal Lapangan Tengah
Seperti Witan, David Maulana selalu dipercaya Shin Tae-yong dalam tiga pertandingan di turnamen ini. Bahkan pada dua pertandingan terakhir, pemain berusia 18 tahun itu didapuk sebagai kapten tim.
David berperan sebagai gelandang bertahan dalam formasi 4-4-2 Shin Tae-yong. Untungnya sebagai pemain di posisi tersebut, pesepak bola berusia 18 tahun itu juga dikaruniai kemahiran dalam mengoper bola.
Jadilah David sebagai pemain yang komplet sebagai gelandang bertahan. Selain bisa memutus serangan tim lawan, pemain Barito Putera itu juga pandai dalam membangun serangan.
Peran David memang tidak begitu terlihat karena Timnas Indonesia U-19 dua kali kalah telak dari Bulgaria U-19 dan Kroasia U-19. Namun, pemain kelahiran Deli Serdang, Sumatra Utara itu terkadang mampu meredam pergerakan dari pemain lawan.
Bagas Kaffa Sang Supersub
Sejumlah pihak terheran-heran dengan keputusan Shin Tae-yong mencadangkan banyak pemain langganan Timnas Indonesia U-19 di era Fakhri Husaini. Mulai dari Bagas Kaffa, Beckham Putra hingga Mochammad Supriadi.
Ketiganya lebih sering diplot sebagai pemain pengganti di babak kedua. Dari deretan supersub itu, Bagas Kaffa yang paling menonjol.
Ketika diberikan kesempatan bermain, Bagas Kaffa tidak menyia-nyiakannya. Bek Barito Putera itu menjadi pencetak gol pertama Timnas Indonesia U-19 di turnamen ini ketika menghadapi Kroasia U-19.
Saat Timnas Indonesia U-19 berhasil menahan imbang Arab Saudi U-19 pun, Bagas Kaffa berkontribusi assist terhadap gol kedua yang diciptakan oleh Saddam Gaffar.
Advertisement