Bola.com, Makassar - Pencapaian Mustaqim di kompetisi sepak bola tanah air terbilang lumayan. Ketika masih aktif sebagai pemain, ia membawa Persebaya Surabaya juara Perserikatan 1987-1988. Setelah gantung sepatu, ia meneruskan karier dengan menjadi pelatih.
Pada PON 2000 dan 2004, ia menjadi asisten pelatih tim Jawa Timur ketika meraih emas cabang sepak bola. Di era Liga 1, Mustaqim mendampingi Stefano Cugurra Teco ketika Persija meraih trofi juara musim 2018.
Baca Juga
Advertisement
Dalam channel YouTube Omah Balbalan, Mustaqim berbagai cerita perjalanan kariernya sebagai pelatih. Termasuk ketika ia nyaris menangani Persebaya Surabaya yang akan bersaing di Liga 2 pada 2017. Menurut Mustaqim, jauh-jauh hari sebelum kompetisi manajemen Persebaya sudah menghubunginya.
Namun, saat itu belum ada kepastian atau kesepakatan apa pun. "Saya hanya di suruh menunggu. Nah, pada momen itu, saya mendapat tawaran untuk menangani PS TNI (kini TIRA Persikabo)," kenang Mustaqim.
Ironisnya, setelah mencapai kesepakatan dengan PS TNI, manajemen Persebaya baru menghubunginya. "Sebagai seorang profesional, saya harus berpegang pada komitmen awal. Tapi, saat itu, saya berjanji dalam hati, suatu saat saya akan kembali ke Persebaya yang telah membesarkan nama saya," ujarnya.
Mustaqim tak lama di PS TNI. Ia pun meneruskan kariernya sebagai asisten Aji Santoso di Persela Lamongan. Seperti di PS TNI, Mustaqim hanya singgah di Laskar Joko Tingkir karena Aji hengkang ke Arema FC. Dalam kondisi itu, Mustaqim mengikuti kursus instruktur.
Kemudian tiba-tiba CEO Persija Jakarta, Gede Widiade menghubunginya dan menawarkan Mustaqim menjadi pendamping Teco. "Saya langsung mengiyakan. Apalagi status saya adalah pelatih tanpa klub," tutur Mustaqim.
Â
Saksikan Video Pilihan Kami:
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Gabung Persija
Saat Mustaqim gabung Persija, kondisi Macan Kemayoran tengah terpuruk. Di mana pada enam laga awal mereka tak pernah menang. Padahal materi pemain klub Ibukota terbilang mentereng.
"Saya dan Pak Gede banyak berdiskusi untuk membangkitkan penampilan Persija. Saya bilang ke Pak Gede, kalau urusan teknis mentok, mungkin coba dengan cara lain yakni janjikan bonus kemenangan yang besar ke pemain," kata Mustaqim.
Sebagai asisten pelatih, Mustaqim berperan sebagai jembatan pemain, khususnya lokal kepada pelatih kepala. "Ini soal pendekatan kultural. Pemain lokal mungkin lebih nyaman berbicara ke saya. Setiap pemain kan punya masalah yang berbeda. Ini yang harus diberikan solusinya agar mereka lebih nyaman," ceritanya.
Terbukti resep non teknis ala Mustaqim begitu moncer. Persija memutus rekor minor dengan mengalahkan Arema FC dengan skor 2-0. Setelah itu, langkah Persija terbilang mulus dan kemudian bertengger diperingkat empat klasemen akhir Liga 1 2017.
Puncaknya, Persija memupus ambisi PSM Makassar di Liga 1 2018. Macan Kemayoran meraih trofi juara setelah unggul satu poin dari Juku Eja yang mengoleksi 61 angka.
Â
Advertisement
Kedekatan dengan Aji Santoso
Setelah musim 2018 berlalu, Mustaqim bertahan di Persija di Liga 1 2019. Ia menjadi pendamping dua pelatih asing Macan Kemayoran yakni Ivan Kolev yang kemudian digantikan oleh Edson Tavarez. Jelang awal musim Liga 2020, ia akhirnya kembali ke Persebaya menjadi asisten pelatih mendampingi Aji Santoso.
Bagi Mustaqim, kerja sama dengan Aji bukan sesuatu yang baru. Selain di Persela, ia pernah mendampingi Aji menangani tim nasional U-23 di ajang Asian Games 2014 dan Sea Games 2015.
"Coach Aji sosok pelatih yang pintar dan enak diajak diskusi. Sebagai pelatih, dia juga tak fokus pada pemain bintang dan tidak takut memainkan pemain muda," ujar Mustaqim.
Dimata Mustaqim, gaya melatih yang suka memainkan permainan dari kaki ke kaki pada tim asuhannya sejatinya cocok dengan karakter mayoritas pemain Indonesia. "Terus terang saya cocok dengan gaya melatih coach Aji. Orangnya pun santai dan mau menerima masukan," tambahnya.
Pada kesempatan ini, Mustaqim juga berharap suporter klub Indonesia bersatu dan tak lagi gontok-gontokan saat mendukung tim kesayangannya bertanding. Mustaqim mengungkap pengalaman pahitnya ketika terpaksa naik mobil rantis saat Persija bertandang ke markas Persebaya.
"Rasanya sedih juga. Padahal kan lebih baik, kalau para suporter sama-sama nyaman datang ke stadion mendukung tim masing-masing. Lagipula antar pemain saya yakin tidak ada masalah," tegas Mustaqim.
Mustaqim mengaku punya pengalaman menarik ketika menangani PKT Bontang pada Liga Indonesia 2008-2009. Saat menjamu lawan di Stadion Mulawarman, anak kecil sampai wanita hamil pun tetap nyaman menonton di stadion. "Seharusnya sepak bola begitu. Persaingan hanya berlangsung 90 menit di lapangan," pungkas Mustaqim.
Â
Sumber: YouTube Omah Balbalan