Bola.com, Jakarta - Ketika menyebut nama Iwan Setiawan, seorang pelatih sepak bola terkemuka di Indonesia, publik sepak bola Indonesia pasti langsung lekat dengan ceritanya bersama Persija Jakarta atau Persebaya Surabaya, di mana sang pelatih saat itu sempat berbeda pendapat dengan suporter pendukung kedua tim.
Dalam dunia maya, ketika mencari nama Iwan Setiawan, beberapa pemberitaan yang keluar di laman utama Google adalah label pelatih kontroversial, di mana hal itu juga tidak lepas dari momen perselisihannya dengan suporter. Iwan Setiawan sejak dulu memang merupakan pelatih yang blak-blakan dalam berbicara.
Baca Juga
Advertisement
Ia selalu mengungkapkan apa yang menurutnya benar sesuai dengan pandangan dan pengetahuannya. Ia pun menyadari bahwa mendapat label kontroversial adalah risiko yang harus diterimanya karena menjaga idealisme dan integritasnya dalam menyampaikan apa yang benar menurut pemikirannya.
Hal tersebut yang diungkapkannya ketika mendapatkan pertanyaan mengenai label pelatih kontroversial dalam channel Youtube Ichsan Maulana. Iwan Setiawan menjabarkan bagaimana dirinya memang selalu berusaha mengatakan yang sebenarnya.
"Pertanyaan ini sudah sering ditanyakan kepada saya, dan jawaban saya semoga tidak berubah. Mereka yang mengatakan ini kontroversi, padahal ketika saya ditanyakan oleh teman-teman wartawan, saya hanya menjawab tanpa flter. Saya menjawab dengan segala kejujuran apa yang menurut saya benar, bahwa itu fakta," ungkap Iwan Setiawan.
"Ketika saya memberikan pernyataan yang benar menurut sudut pandang saya, orang kemudian menganggapnya sebagai kontroversi. Saya tidak mengerti apakah memang cara saya tidak cocok dengan budaya di Indonesia? Tapi, yang saya tahu adalah semua yang saya sampaikan itu adalah pendapat saya," lanjut Iwan Setiawan.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Ditekan dan Dicaci Suporter, Risiko Seorang Pelatih
Dalam kariernya sebagai pelatih, Iwan Setiawan beberapa kali berselisih paham dengan pendukung tim yang ditanganinya. Sebut saja yang cukup ramai, suporter Persija Jakarta, The Jakmania, dan pendukung Persebaya Surabaya, Bonek.
Iwan Setiawan punya cerita unik ketika harus berurusan dengan pendukung setia tim yang pernah ditanganinya itu. Namun, menurut pandangannya, kerap kali suporter itu bersikap tidak fair dalam menyuarakan aspirasinya.
"Saya menyadari risiko sebagai seorang pelatih. Ketika gagal, saya berhadapan dengan suporter. Permasalahan saya dengan suporter diawali dengan The Jakmania ketika menangani Persija," ujar Iwan.
Pelatih yang juga pernah menangani Villa 2000 itu mengatakan ketika mendapatkan tugas untuk menjadi arsitek Persija pada 2011/2012, ia hanya memiliki Bambang Pamungkas dan Ismed Sofyan sebagai pemain senior. Ketika itu pemain macam Andritany Ardhiyasa, Ramdani Lestaluhu, dan Hasyim Kipuw masih tergolong pemain muda.
Dengan skuat yang ada dan mengandalkan pemain muda, Persija Jakarta pun dibawanya ke papan atas klasemen liga dan meraih dua gelar juara dalam trofeo yang digelar pada 2011 dan 2012. Namun, ketika memasuki kompetisi selanjutnya, Iwan Setiawan berselisih dengan The Jakmania lantaran Bambang Pamungkas pergi dan tidak lama bergabung bersama Pelita Bandung Raya.
"Saat itu memang manajemen ada kesulitan keuangan sehingga tidak memperpanjang kontrak Bambang Pamungkas. Saya dihujat oleh The Jakmania seolah saya tidak menghormati seorang legenda. Tapi, tapi mereka sebenarnya tahu masalahnya," kisah Iwan.
"Menurut idealisme saya, suporter itu tidak adil. Saya berhasil membawa anak-anak muda itu ke papan atas dan meraih dua juara trofeo, tapi ketika awal musim kompetisi mereka bikin IwanOut, dengan alasan saya tidak mengakomodasi legenda mereka Bambang Pamungkas. Padahal itu masalah manajemen dengan sang pemain yang tidak mencapai kata sepakat," lanjutnya.
Tak hanya masalah dengan pendukung Persija Jakarta, Iwan Setiawan pun sempat bersitegang dengan suporter Persebaya Surabaya, Bonek. Bahkan dengan terbuka saat itu Iwan Setiawan memperlihatkan dirinya tidak merasa takut dengan tekanan itu.
"Ketika di Persebaya, siapa saat itu mengenal Irfan Jaya? Siapa yang saat itu mengenal Miswar Saputra? Siapa mengenal Hidayat? Semua anak-anak muda saya bawa di Persebaya. Tim itu baru juara pramusim Piala Dirgantara di Yogyakarta, tapi pulang dari sana ketika masuk kompetisi, pertandingan pertama kami bermain imbang, saya langsung dihujat," kenang Iwan.
"Apakah itu fair? Makanya saat itu saya sampaikan kepada mereka: 'Kalau kalian berpolitik di sepak bola, sampai kapan pun Iwan Setiawan akan tetap menjadi musuh kalian'," ungkapnya.
Advertisement
Harus Punya Integritas dan Idealisme
Namun, mantan pelatih Persija Jakarta, Persebaya Surabaya, dan Borneo FC itu menyadari bahwa kebenaran yang disampaikannya itu bisa saja menyinggung mereka yang memiliki kepentingan tertentu.
"Saya menyadari apa yang saya lakukan itu memang akan menjadi tidak baik untuk 'politik' sepak bola, karena bisa saja bersinggungan dengan pihak-pihak yang punya kepentingan. Padahal menurut saya, kalau mau maju, kita semua harus mengatakan semua hal yang benar," tegas Iwan Setiawan.
Pelatih asal Medan itu juga mengungkapkan bahwa menurutnya, seorang pelatih itu harus memiliki sebuah integritas dan idealisme. Hal itu yang membuatnya yakin bahwa kejujuran dalam mengatakan yang sebenarnya bukan hal yang salah.
"Satu yang saya yakini, bahwa tuntutan dari seorang pelatih hebat adalah harus memiliki integritas dan idealisme. Saya meyakini itu, walau terkadang saya menyadari dengan kondisi sepak bola Indonesia, saya bisa terombang-ambing kalau seperti itu. Namun, saya berpikir masih banyak orang jujur dan tim yang jujur ingin saya menjadi pelatihnya," tegasnya.
"Karena ketika Anda menjadi seorang pelatih hebat dengan pengetahuan hebat, tapi tidak memiliki integritas sebagai seorang pelatih, menurut saya semua akan menjadi percuma," ujar Iwan Setiawan.