Bola.com, Jakarta - Sepak bola Indonesia punya kedekatan dengan Belanda, di mana banyak pemain naturalisasi merupakan kelahiran Belanda karena histori zaman kolonial yang membuat mereka memiliki darah Indonesia. Begitupun pelatih Belanda, di mana beberapa kali Timnas Indonesia ditangani oleh pelatih asal Negeri Kincir Angin itu. Bahkan kini masih ada pelatih asal Belanda yang berkarier di Liga Indonesia.
Namun, berbeda dengan pemain asal Belanda yang kemudian dinaturalisasi menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) atau datang sebagai pemain asing di kompetisi sepak bola Indonesia, jumlah pelatih asal Belanda yang pernah berkarier di Indonesia tidak terlalu banyak.
Baca Juga
Advertisement
Dari penelusuran Bola.com, Johannes Mastenbroek tercatat menjadi pelatih asal Belanda yang pertama menangani Timnas Indonesia. Itupun ketika masih bernama Hindia Belanda dan tampil di Piala Dunia 1938.
Kemudian ada pelatih asal Belanda lain yang datang untuk menangani Timnas Indonesia pada 1975. Wiel Coerver merupakan pelatih asal Belanda pertama yang menangani Tim Merah-Putih setelah Bangsa Indonesia merdeka pada 1945.
Ketika sepak bola Indonesia sudah mulai menggelar kompetisi profesional di level klub, ada Henk Wullems yang datang menangani Timnas Indonesia pada 1996. Setelah Wullems hanya ada Wim Risjbergen yang menjadi pelatih terakhir asal Belanda yang menangani Timnas Indonesia.
Kali ini Bola.com mengulas deretan pelatih Belanda yang memiliki rekam jejak bersama klub dan Timnas Indonesia yang membuatnya dikenang oleh pecinta sepak bola Tanah Air.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Robert Alberts
Robert Rene Alberts merupakan pelatih yang sampai saat ini masih aktif di dunia sepak bola Indonesia. Pelatih asal Belanda yang satu ini pertama kali datang ke Indonesia sejak 2009, di mana saat itu ia menangani Arema Malang
Robert Alberts membawa tim berjulukan Singo Edan itu menjuarai Indonesia Super League 2009/2010 dan menjadi runner-up Copa Indonesia 2010.
Satu musim bersama Arema, Robert Alberts kemudian pindah ke PSM Makassar pada 2010. Namun, ia tidak lama di tim berjulukan Juku Eja itu lantaran kisruh dualisme kompetisi pada saat itu membuatnya memilih hengkang.
Sempat kembali menangani klub Malaysia, Sarawak FA, Robert Alberts kembali menangani PSM Makassar pada 2016. Ia memimpin Juku Eja hingga 2019 dan akhirnya menangani Persib Bandung sejak Shopee Liga 1 2019 hingga saat ini.
Advertisement
Pieter Huistra
Pelatih asal Belanda yang satu ini seperti hanya mampir di Indonesia. Pieter Huistra awalnya mendapatkan peran sebagai Direktur Teknik Timnas Indonesia pada 2014.
Ia kemudian ditunjuk menjadi pelatih interim Tim Garuda pada 2015 dengan tugas membimbing tim di Kualifikasi Piala Dunia 2018 dan Kualifikasi Piala Asia 2019.
Namun, itu semua sirna begitu saja. PSSI mendapatkan sanksi dari FIFA pada 2015 berupa pembekuan. Huistra pun gagal menangani Timnas Indonesia.
Pieter Huistra sempat menangani klub Persipasi Bandung Raya. Namun, ia pun tidak lama di sana, di mana klub tersebut kemudian dibeli dan berubah nama menjadi Madura United.
Setelah itu, Pieter Huistra meninggalkan Indonesia dan berlabuh di Jepang. Ia menangani sebuah klub bernama Iwaki FC, sebuah klub yang berada di Prefektur Fukushima.
Tidak lama berada di Negeri Matahari Terbit itu, Huistra mencoba peruntungan dengan bergabung bersama klub Uzbekistan, Pakhtakor Tashkent FK, sebagai asisten pelatih yang masih bertahan hingga saat ini.
Wim Rijsbergen
Wim Risjbergen pertama kali datang ke Indonesia untuk menangani PSM Makassar. Ia menjadi pelatih Juku Eja pada saat tim tersebut bermain di Liga Primer Indonesia pada musim 2010-2011. Setelah itu, Wim Risjbergen ditunjuk untuk melatih Timnas Indonesia dan Direktur Teknik PSSI yang bertahan hingga 2013.
PSM terkesan jadi batu loncatan Wim menuju kursi pelatih Timnas Indonesia. Menangani PSM pada LPI musim 2011 yang dimulai 8 Januari dan berakhir Mei, Wim hanya mampu membawa skuatnya bertengger pada peringkat ketiga klasemen akhir. Seperti diketahui juara kompetisi dengan durasi singkat ini adalah Persebaya 1927.
Meski pencapaian PSM Makassar tidak terlalu baik pada LPI 2011, Wim ditunjuk menggantikan peran Alfred Riedl untuk memegang kendali timnas Indonesia sejak Juli 2011. Peran Wim di PSM pun dilakoni pelatih asal Kroasia, Petar Segrt.
PSSI awalnya sangat yakin Wim bisa membawa Timnas Indonesia berprestasi lebih baik dibandingkan Riedl yang hanya mampu membawa Indonesia menjadi runner-up di Piala AFF 2010.
Namun, dalam enam bulan masa baktinya, Wim Rijsbergen gagal di babak awal kualifikasi Piala Dunia 2014. Total dalam 11 pertandingan di bawah arahannya, Indonesia mencatat dua kemenangan, tiga kali imbang, dan enam kali kalah.
Hubungan dengan sejumlah pemain Timnas Indonesia tidak harmonis. Hal itu yang memicu opini negatif publik, ditambah lagi Timnas Indonesia tidak menunjukkan permainan yang mumpuni. Wim diberhentikan PSSI pada Januari 2012.
Selepas dari Timnas Indonesia, Wim yang dikontrak konsorsium LPI, sempat menangani Persibo Bojonegoro. Belakangan, Wim menangani tim nasional Kepulauan Solomon pada 2019 silam.
Advertisement
Henk Wullems
Henk Wullems dikenal sebagai pelatih Timnas Indonesia pada 1996 hingga 1997. Namun, menjadi pelatih Timnas Indonesia bukan yang pertama bagi Henk Wullems saat memutuskan berkarier di Indonesia.
Wullems justru mengawalinya bersama Bandung Raya di Liga Indonesia 1995/1996. Pelatih asal Belanda itu sukses mengantar Bandung Raya menjadi juara dalam edisi kedua kompetisi profesional sepak bola Indonesia itu.
Kesuksesannya mengantar Bandung Raya menjadi juara adalah jalannya menuju kursi kepelatihan Timnas Indonesia. Pelatih asal Belanda itu ditunjuk jadi pelatih Tim Garuda selepas Piala Asia 1996.
Ia mempersiapkan tim untuk tampil di SEA Games 1997 yang digelar di Jakarta. Henk Wullems pun mengantarkan Timnas Indonesia meraih medali perak di pesta olahraga Asia Tenggara itu.
Hanya setahun jadi pelatih Timnas Indonesia pada 1997-1998, pelatih kelahiran 21 Januari 1939 itu kembali ke level klub. Kali ini ia bergabung bersama PSM Makassar.
Bersama skuat Juku Eja, Wullems yang diduetkan dengan pelatih lokal, Syamsuddin Umar, sukses membawa PSM menjuarai Liga Indonesia VI 1999/2000. Setelah itu, mantan pelatih NAC Breda di Liga Belanda itu sempat melatih Persikota Tangerang dan Persegi Bali FC.
Wiel Coerver
Wiel Coerver merupakan pelatih klub top Belanda, Feyenoord. Dia nyaris membawa Timnas Indonesia lolos ke Olimpiade Montreal 1976, sebuah tendangan penalti dari Anjas Asmara yang melayang mengubur mimpi Timnas Indonesia ke olimpiade.
Skuat Merah putih berhasil melaju ke final kualifikasi. Sayangnya, pasukan Garuda harus tersingkir setelah ditundukan Korea Utara melalui drama adu penalti, 4-5.
Coerver yang lahir pada 3 Desember 1924 memenangi Kejuaraan Belanda 1956 ketika memperkuat Rapid JC (sekarang Roda JC). Pada periode 1975 sampai 1976, Coerver menukangi skuat Merah Putih.
Dia didatangkan khusus untuk membantu Timnas Indonesia lolos kualifikasi Olimpiade 1976. Kala itu, Indonesia baru kembali ke pentas internasional setelah dijatuhi sanksi larangan tampil selama 16 tahun akibat memboikot pertandingan kualifikasi Piala Dunia 1958 melawan Israel.
Walau berada di Indonesia dalam waktu yang singkat, nama Coerver melegenda. Ia dinilai sukses membangun pondasi gaya bermain sepak bola Indonesia.
Wiel Coerver punya kisah menarik bersama Timnas Indonesia, tepatnya di SEA Games 1979. Itu merupakan pertama kalinya Timnas Indonesia meraih medali pertama di cabang olahraga sepak bola.
Indonesia yang berstatus tuan rumah menantang Malaysia pada partai final tahun 1979. Di depan hampir 100 ribu penonton di Stadion Utama Senayan (sekarang SUGBK), Indonesia kalah 0-1 lewat gol yang dicetak Mokhtar Dahari pada menit ke-21. Kemenangan itu membuat Malaysia mempertahankan medali emas.
Hanya meraih medali perak memang mengecewakan, apalagi Indonesia punya kans memenangi pertandingan andai tidak terjadi gol yang berawal dari blunder pemain belakang. Namun, di balik kegagalan tersebut, ada perjuangan luar biasa dari tim yang disebut sebagai cikal bakal salah satu skuat terbaik Timnas Indonesia.
Advertisement