Bola.com, Malang - Dualisme di tim Arema selalu jadi bahasan ketika kompetisi berhenti. Biasanya pembahasan itu muncul pada awal musim, namun tahun ini Aremania di akar rumpul mulai membicarakannya lagi setelah lanjutan Shopee Liga 1 2020 baru digelar pada Februari 2021.
Seperti diketahui, sejak 2012 Arema terpecah menjadi dua. Satu di ajang ISL dan satu lagi di IPL. Dualisme kompetisi membuat tim berlogo kepala Singa itu terbelah.
Advertisement
Sebenarnya tahun ini hanya ada Arema FC yang eksis di Liga 1. Sementara Arema Indonesia yang bermain di kasta terendah, Liga 3, memilih absen karena faktor finansial.
Tapi, kondisi itu tidak membuat persoalan dualisme di tim Arema selesai. Belakangan, sejumlah Aremania yang memberi dukungan kepada Arema FC memilih vakum sampai persoalan dualisme ini selesai.
Muncul juga gerakan bernama Make Malang Great Again (MMGA). Gerakan itu jadi wadah untuk mempersatukan Aremania dari Arema FC dan Arema Indonesia.
Selain itu, mereka juga berupaya mengaktifkan kembali Yayasan Arema. Para pengurus yayasan sudah tidak ada yang aktif, seperti Darjoto Setiawan, Rendra Kresna, dan M. Nur.
“MMGA ini wadah untuk persatuan Aremania. Bukan korwil atau komunitas. Dan juga ingin menghidupkan kembali yayasan Arema,” kata Vandy Wijaya, salah satu Aremania.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Jalur Komunikasi Lewat Yayasan
Sosok Vandy cukup familier di kalangan Aremania. Dia selalu bersama dirigen Aremania, Yuli Sumpil, kala mendukung Arema FC di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang.
Mereka berdua juga sempat dijatuhi komisi disiplin PSSI, sanksi seumur hidup tidak boleh memasuki stadion di Indonesia sejak 2018. Hukuman diberikan karena kedua suporter militan itu masuk ke lapangan dalam jeda pertandingan Arema melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan. Tapi pada 2019 mereka dapat pemutihan sanksi.
Sejumlah Aremania memilih jalur berkomunikasi melalui yayasan Arema karena kedua klub Arema sulit bersatu. Manajemen Arema FC lewat media officer, Sudarmaji, sudah membuka pintu untuk duduk bersama.
Namun pihak Arema Indonesia yang tidak bersedia. Beberapa tahun silam, Arema Indonesia sempa menggugat penggunaan logo dan PT kepada Arema FC. Mereka menuntutnya untuk membayar Rp50 miliar pada 2014.
Setelah itu, Arema FC menggunakan logo dan PT baru untuk tetap eksis. Mereka tidak mau menggunakan logo dan PT yang dianggap sampai saat ini masih jadi persoalan.
Advertisement