Bola.com, Makassar - Perjalanan karier Andi Ansar Abdullah sebagai kiper PSM Makassar terbilang mulus. Pada usia 18 tahun, Ansar menjadi pilihan utama di bawah mistar Juku Eja pada turnamen Piala Surabaya 1987.
Setelah ajang itu, Ansar sempat memperkuat Makassar Utama, klub semi-profesional yang berkompetisi di Liga Sepak bola Utama (Galatama) Indonesia sampai pada 1989.
Baca Juga
Advertisement
Ansar kembali berkostum Juku Eja setelah Makassar Utama bubar pada 1989. Dalam kompetisi Perserikatan 1991-1992, Ansar menjadi kiper utama PSM Makassar yang mampu meraih trofi juara setelah mengalahkan PSMS Medan dengan skor 2-1 pada laga final yang berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno Senayan.
"Sebagai pemain, saya bangga bisa menjadi bagian penting dalam tim saat meraih juara. Apalagi sebelumnya, PSM Makassar puasa gelar selama 25 tahun," kenang Ansar kepada Bola.com yang menemuinya di Makassar, Senin (8/11/2020).
Selain gelar juara pada 1992, Ansar juga meraih trofi bersama PSM pada Liga Indonesia 1999-2000. Tapi, ketika ditanya momen yang paling berkesan sepanjang kariernya sebagai pemain, Ansar memilih kiprahnya bersama PSM di Piala Champions Asia 1996.
Saat itu, Juku Eja yang berstatus runner-up Liga Indonesia 1995-1996 menghadapi klub elite Korea Selatan, Pohang Steelers, di babak penyisihan dengan sistem gugur.
Pada leg pertama, PSM lebih dulu menjamu Pohang di Stadion Mattoangin. Pada laga ini, Juku Eja menang dengan skor 1-0 lewat gol Jacksen Tiago. Kemenangan ini dinilai luar biasa karena materi Pohang dinilai lebih baik.
"Mereka juga lebih mendominasi pertandingan. Sepanjang laga, saya harus berjibaku menahan gempuran lini depan Pohang," tutur Ansar.
Berkat aksi gemilang Ansar, PSM berhasil mempertahankan keunggulan. Sementara di markas Pohang, Ansar tetap tampil apik meski gawang PSM empat kali kebobolan dan akhirnya tersingkir dengan agregat 1-4.
Penampilan Ansar dalam dua laga itu mendapatkan apresiasi dari manajemen Pohan. Sehari setelah pertandingan leg kedua, perwakilan Pohang menemui M. Basri, pelatih PSM Makassar saat itu. Mereka menawari Ansar bergabung di Pohang. "Tapi, saya menolak dengan halus. Saat itu, saya tak pernah berpikir bermain di luar negeri," kata Ansar.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Berkostum Arema di Liga Indonesia 2003
Selain Makassar Utama dan PSM Makassar, Ansar sempat memperkuat Arema Malang di Liga Indonesia 2003. Ia menerima ajakan Henk Wullems yang saat itu menangani Arema.
Apalagi, sebelum ke Arema, Ansar mengaku menyimpan kekecewaan setelah tak dimainkan saat PSM menghadapi Persita Tangerang di semifinal Liga Indonesia 2002 di Stadion Gelora Bung Karno. Pada laga yang berakhir dengan skor 2-0 untuk Persita itu, peran Ansar sebagai kiper utama digantikan oleh Sonny Setiawan.
"Padahal di babak 8 Besar di Padang, saya menjadi kiper utama PSM dan mampu lolos ke semifinal," ungkap Ansar.
Berseragam Arema, Ansar diganjar kontrak sebesar Rp150 juta dan gaji Rp15 juta perbulan. Bersama klub kebanggaan Aremania itu, Ansar bersaing dengan dua eks kiper Timnas Indonesia, Kurnia Sandy dan Listianto Raharjo.
"Meski hanya satu musim, saya mendapat pengalaman berharga bersama Arema karena lebih banyak mendapat jatah sebagai kiper utama," kisah Ansar.
Sejatinya, manajemen Arema tetap berminat memakai jasanya untuk musim berikutnya. Tapi, Ansar memilih pulang dengan alasan keluarga. "Anak saya yang pertama masih kecil saat itu. Selama di Arema, saya juga kerap pulang ke Makassar saat tim libur latihan," papar Ansar.
Selepas dari Arema, Ansar sempat memperkuat Persim Maros yang berlaga di Divisi 1, atau kasta kedua kompetisi sepak bola Indonesia saat itu.
Ketika bermain bersama klub yang ditangani M. Basri, Ansar diplot sebagai kapten tim. Tapi, Ansar hanya satu musim bersama Persim setelah mendapat tawaran menjadi pelatih kiper di PSM Pra-Ligina pada 2005 dan berlanjut di level senior pada musim berikutnya mendampingi Carlos De Mello.
Advertisement