Bola.com, Semarang - Kekosongan aktivitas karena vakumnya Shopee Liga 1 cukup berdampak besar hingga ke kelompok suporter. Satu di antaranya adalah Panser Biru, kelompok suporter PSIS Semarang.
Ketua Umum Panser Biru, Kapareng, yang didampingi wakilnya, Galih Ndog, dan Sekretaris Toby, berbincang santai dalam podcast PSIS TV. Mereka membicarakan mengenai tim kebangaannya, sekaligus dampak dari kompetisi Liga 1 musim 2020 yang masih vakum.
Advertisement
Sudah delapan bulan lamanya tidak ada aktivitas persepakbolaan Indonesia, sejak adanya wabah COVID-19.
Meski sempat ada wacana kompetisi bergulir kembali pada Oktober lalu, nyatanya tetap gagal digelar setidaknya sampai awal tahun depan. Federasi dan operator kompetisi menunda pelaksanaan kompetisi hingga Februari 2021.
Imbasnya merembet ke Panser Biru dengan segala aktivitasnya. Tidak terkecuali bidang usaha yang dijalankan kelompok suporter tertua PSIS Semarang itu. Hal itu disampaikan oleh Ketua Panser Biru, Kepareng, atau yang karib disapa Wareng.
"Dari sisi bisnis, omset penjualan Panser Biru Store menurun drastis selama pandemi COVID-19. Bila dulu bisa 100 persen, sekarang hanya tinggal 10 hingga 20 persen penjualannya," ujarnya.
Merebaknya pandemi COVID-19 ikut membuat orang takut berbelanja dengan datang ke toko. Protokol Kesehatan berupa pembatasan sosial membuat Panser Biru memaksimalkan sistem penjualan secara online, meski hasilnya tetap tidak maksimal.
"Kerugian lain paling terasa ya tidak ada kegiatan di korwil-korwil Panser Biru. Dulu setiap pekan ada kegiatan, sekarang paling ya kalau ada ulang tahun korwil, itu juga dibatasi jumlah orangnya," beber Wareng.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Hambar Tanpa Sepak Bola
Pernyataan senada juga disampaikan oleh wakil ketua Panser Biru, Galih Ndog. Menurutnya, situasi dan kondisi yang hambar sedang dirasakan seluruh suporter di Indonesia, tidak hanya bagi Panser Biru.
Galih mengaku jiwa para suporter sudah mendarah daging di klub kebanggaan masing-masing. Kemudian diekspresikan dalam bentuk dukungan saat pertandingan di stadion.
"Tidak ada sepak bola pasti hambar bagi suporter. Dulu setiap minggunya bertemu teman-teman, dukung tim kebanggaan PSIS. Sampai saat ini liga juga belum bergulir, sampai kapan juga belum tahu," kata dia.
"Dampaknya ke segala lini, dari UMKM yang kecil sampai besar, jajaran pemain tim PSIS Semarang, hingga rekan-rekan media ikut terpengaruh," jelas Galih.
Advertisement