Bola.com, Jakarta - Tiga pentolan kelompok suporter PSIS Semarang, Panser Biru memiliki argumen tentang bagaimana sebaiknya penuntasan Shopee Liga 1 2020.
Kepareng (Ketum Panser Biru), Galih Ndog (wakil ketua Panser Biru), dan Toby (sekretaris Panser Biru) dalam podcast PSIS yang diunggah di YouTube, mengeluarkan pendapat mereka. Para petinggi Panser Biru tersebut pun sepakat agar sebaiknya PSSI menyetop kompetisi 2020.
Baca Juga
Media Vietnam Sebut Skuad Timnas Indonesia di Piala AFF 2024 Menakutkan: Ada Pemain Diaspora, Tetap Lebih Kuat daripada The Golden Star
Pandit Malaysia Desak Oxford United Segera Beri Menit Bermain yang Cukup untuk Marselino Ferdinan
Gelandang Timnas Indonesia, Eliano Reijnders: Akan Sangat Indah jika Bisa Melawan Belanda dan Tijjani di Piala Dunia 2026
Advertisement
"Kompetisi dilanjutkan itu tidak ideal dan kesannya tergesa-gesa. Mending stop saja ganti 2021 dengan Liga baru, karena dilanjutkan pun percuma kalau hanya beberapa pertandingan saja," terang Kepareng.
Shopee Liga 1 2020Â dalam ketidakpastian akibat pandemi COVID-19. Setelah berulangkali ditunda atau sejak dibentuk bulan Maret lalu, PSSI berencana menggulirkannya lagi pada bulan Februari tahun depan.
Wacana yang diambil PSSI menimbulkan respons cukup beragam, tidak terkecuali nada kecewa dari para pelaku sepak bola. Tidak hanya klub yang kecewa atas ketidakpastian pelaksanaan kompetisi Shopee Liga 1 2020, tapi juga suporter.
Kemungkinan, jika dilanjutkan pada awal 2021, Shopee Liga 1 2020 juga masih tanpa penonton.
Â
Saksikan video pilihan berikut ini:
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Kurang Gereget
Sementara, wakil ketua Panser Biru, Galih Ndog juga mengungkapkan hal yang tidak jauh berbeda. Ia menyebut PSSI dan PT LIB seperti terlalu memaksakan diri untuk melanjutkan kompetisi.
Di sisi lain klub sudah berdarah-darah mengalami kerugian tidak sedikit dalam mempersiapkan diri. Menurutnya, keputusan untuk menyudahi kompetisi di tahun 2020 juga bukan menjadi sesuatu yang aneh.
Seperti halnya pada kompetisi tahun 1998. Saat itu kompetisi dibubarkan dengan status force majeure, karena adanya kerusuhan di beberapa daerah dan situasi politik yang sedang memanas.
"Kalau Liga 1 2020 dilanjutkan geregernya juga beda, misalnya dari sisi jadwal seminggu bisa main 3 sampai 4 kali. Mending anggap saja musim 2020 force majeure karena kondisi yang tidak bisa diduga dan tidak diinginkan," tuturnya.
"Lebih baik fokus saja maksimalkan pemain muda. Menggulirkan kompetisi Elite Pro Academy (EPA), apalagi PSSI punya target di Piala Dunia U-20. Saya yakin bisa semakin banyak potensi untuk Timnas U-20," jelas Toby, pengurus Panser Biru lainnya.
Advertisement