Bola.com, Jakarta - Pesepak bola profesional di Indonesia saat ini tengah bertarung dengan kondisi tidak bergulirnya kompetisi Shopee Liga 1 yang tertunda hingga Februari 2021. Hal itu membuat tak sedikit para pemain itu terjun ke pertandingan antarkampung (tarkam). Namun, tentunya risiko yang dihadapi para pemain itu cukup besar.
Jika pertandingan berjalan lancar dalam tarkam, tentu pemain yang terlibat tidak akan mendapatkan imbas apapun.
Advertisement
Namun, sebaliknya, jika pertandingan berjalan rusuh, lapangan yang tidak layak, maka para pemain harus siap untuk menghadapi risiko, mulai dari bahaya cedera hingga komentar negatif dari masyarakat pecinta sepak bola Indonesia.
Pengamat sepak bola nasional, Kesit Budi Handoyo, mengatakan para pemain profesional yang bermain di klub Shopee Liga 1 maupun Liga 2, sebaiknya berpikir matang jika ada ajakan untuk bermain dalam tarkam.
Selain akan menurunkan pamor sang pemain yang biasanya tampil di kompetisi profesional yang resmi, biasanya pertandingan tarkam jauh dari prosedur ketat layaknya pertandingan sepak bola profesional.
"Sebagai pesepak bola profesional, tentu sangat ironis jika mereka bermain dalam sebuah pertandingan tarkam. Apa pun alasannya, tidak seharusnya mereka bermain dalam pertandingan yang digelar tanpa prosedur yang biasanya mereka temui di pertandingan profesional," ujar Kesit Budi Handoyo kepada Bola.com, Kamis (19/11/2020).
"Kalau ada yang nekat bermain dalam pertandingan tarkam, boleh jadi itu karena alasan ekonomi. Saat nasib liga tidak menentu karena pandemi COVID-19, sejumlah pesepak bola akhirnya nekat demi mendapatkan uang untuk menyambung hidup," lanjutnya.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Ancaman COVID-19
Pria yang kerap tampil sebagai komentator pertandingan di televisi nasional ini berpendapat bahwa pemain profesional, apalagi yang sudah berkiprah di Shopee Liga 1, tidak seharusnya bermain tarkam. Selain karena status yang disandangnya, bermain tarkam berpotensi membuat mereka menjadi cedera. Apalagi masih ada ancaman lain, yaitu pandemi COVID-19.
Arena tarkam juga sangat rawan penularan COVID-19 karena sulit untuk bisa menjamin keselamatan para pemain, maupun penonton, dari ancaman COVID-19 jika melihat kebiasaan berkerumun dalam pertandingan tarkam.
"Belum lagi soal protokol kesehatan. Apakah dijalankan? Tentu ini sangat mengkhawatirkan. Ancaman munculnya klaster baru dari arena tarkam sangat mungkin," ujarnya.
Namun, Kesit tidak membantah sulit mencegah seorang pemain profesional tampil dalam laga tarkam jika alasannya karena kebutuhan ekonomi. Mungkin yang diperlukan adalah otoritas sepak bola nasional dan penyelenggara liga, atau juga klub di mana pemain bergabung, bisa lebih tegas menyikapi masalah ini.
"Tegas, tapi tetap memberikan solusi yang memadai. Tidak dengan cara asal melarang tapi tanpa memberikan jalan keluar," ujar Kesit mengakhiri pembicaraan.
Advertisement