Bola.com, Sleman - PSS Sleman menjalani musim yang luar biasa pada 2019. Untuk pertama kalinya PSS promosi ke Liga 1 dan langsung menjadi kuda hitam dengan finis di papan tengah.
Kiprah PSS Sleman yang mengilap pada musim pertamanya di Liga 1 tak lepas dari peran pemainnya. Satu di antara penggawa tim Elang Jawa yang punya peran penting adalah bek tengah asal Surabaya, Asyraq Gufron Ramadhan.
Baca Juga
Media Vietnam Sebut Skuad Timnas Indonesia di Piala AFF 2024 Menakutkan: Ada Pemain Diaspora, Tetap Lebih Kuat daripada The Golden Star
Pandit Malaysia Desak Oxford United Segera Beri Menit Bermain yang Cukup untuk Marselino Ferdinan
Gelandang Timnas Indonesia, Eliano Reijnders: Akan Sangat Indah jika Bisa Melawan Belanda dan Tijjani di Piala Dunia 2026
Advertisement
Palang pintu pertahanan yang tangguh didatangkan dari tim tetangga, Persis Solo, pada pertengahan Liga 2 2018. Ia menjelma sebagai bek kuat dan kukuh hingga sukses mengantarkan PSS menjuarai Liga 2 2018.
Gufron dikenal memiliki tipikal permainan yang keras, ngotot, dan tanpa kompromi. Ia tidak akan membiarkan bola liar berkeliaran di wilayahnya. Untuk itulah ia mendapatkan julukan Bison, atau hewan bertandung yang memiliki tubuh dan kekuatan besar seperti banteng.
Baru-baru ini, Gufron menjadi bintang tamu dalam podcast PSS Sleman yang dipandu oleh Panjirangi. Ia menceritakan berbagai hal tentang dirinya, maupun tim yang dibelanya saat ini. Itu termasuk julukan Bison yang begitu melekat kepada dirinya.
"Julukan Bison datang saat bermain di Persis Solo. Karakter bermain ngeyel, nabrak, dan tidak mau kalah. Lantas suporter menjuluki saya seperti Bison karena kekuatannya," terang bek PSS Sleman itu.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Ditempa Sejak Kecil
Karakter permainannya yang keras dan ngotot ala Gufron, ternyata sudah terbentuk sejak masih kecil. Pemain asal Tandes, Surabaya, ini mengakui sejak kecil memang lebih suka bergaul dengan orang yang lebih tua darinya.
Hingga bermain bola pun dengan kakak-kakak kelas. Saat Gufron di bangku SMP, teman-teman bermainnya adalah anak-anak SMA. Ia pun terbiasa bermain dalam suasana keras hingga mencederai antarteman.
"Main di lapangan ram-raman atau kerangkeng. Selalu fisik yang ditonjolkan kalau main. Ya kena sikut, kena perut, kaki, itulah mungkin yang membuat mental saya terbentuk untuk bermain keras," ujar pemilik koleksi enam kartu kuning sepanjang berkarier di PSS Sleman itu.
Advertisement