Bola.com, Jakarta - Indonesia pernah hampir tidak pernah absen mengirimkan wakilnya ke kompetisi klub Asia. Sebelum Liga Champions Asia dan Piala AFC lahir, Piala Winners Asia telah eksis lebih dulu.
Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) menggagas Piala Winners Asia, turnamen yang mempertemukan kampiun kompetisi di negara-negara di Asia, pada 1991. Kiprah tim Indonesia di turnamen ini naik turun.
Baca Juga
Advertisement
Pada edisi pertama, Kramayudha Tiga Berlian menjadi wakil Indonesia. Namun, laju tim asal Palembang ini terhenti di babak kedua karena mengundurkan diri dari kompetisi.
Pada tahun kedua, Pupuk Kaltim (PKT) Bontang berhasil melaju hingga babak semifinal. Kejutan yang dibuat tim ini harus berakhir setelah kalah agregat 0-2 dari wakil Jepang, Nissan FC.
PKT Bontang kembali menjadi representatif wakil Indonesia pada tahun ketiga. Hanya saja, mereka kembali kandas di tangan Nissan FC 2-4 secara agregat, kali ini di babak kedua.
Nissan FC benar-benar menjadi mimpi buruk bagi wakil Indonesia. Pada edisi selanjutnya, mereka berhasil mengeleminasi Semen Padang pada babak ketiga Piala Winners Asia 1994 dengan agregat telak 12-2.
Pada 1995 dan 1996, Indonesia diwakili oleh Gelora Dewata dan Petrokimia Putra. Gelora Dewata harus didiskualifikasi pada babak ketiga karena menggunakan dua pemain ilegal.
Petrokimia sempat menggebrak pada Piala Winners Asia 1996. Sukses melangkah ke perempat final, perjuangan mereka kandas setelah dihajar 1-7 secara agregat dari klub Jepang, Yokohama Flugels.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Piala Winners Asia 1997-2002
Pada Piala Winners 1997, Mastrans Bandung Raya kalah 1-5 secara agregat dari klub Hong Kong, South China, pada babak kedua. Setahun berselang, PSM Makassar berhasil menembus babak perempat final.
PSM Makassar, yang bertemu wakil Korea Selatan, Suwon Samsung Bluewings, tampil bagus pada pertandingan pertama. Pasukan Ramang, julukannya, mampu memberikan perlawanan meski kalah tipis 0-1.
Antisipasi yang kurang baik terhadap cuaca dingin di Korea Selatan pada Desember 1997 jadi faktor penyebab petaka PSM yang dilibas dengan kemasukan 12 gol tanpa balas pada pertemuan kedua di markas Suwon.
PSM yang datang ke Suwon tiga hari sebelum pertandingan tak mampu beradaptasi dengan cuaca ekstrem di Korea Selatan saat itu yang mencapai minus 8 sampai minus 12 derajat celsius. Tak banyak persiapan yang mereka lakukan untuk menghadapi Suwon.
Indonesia sempat tidak mengirimkan wakilnya pada 1999 karena terhentinya kompetisi kala itu. Persebaya Surabaya menjadi representatif Tanah Air pada kompetisi 2000.
Langsung lolos ke babak kedua, Persebaya tidak berdaya di hadapan wakil Thailand, Bangkok Bank. Bajul Ijo, sebutan lain untuk tim ini, takluk 0-6.
Untuk ketiga kalinya, PKT Bontang bermain di Piala Winners Asia, kali ini pada 2001. Namun, upaya mereka mencatatkan pencapaian yang lebih baik gagal. PKT kalah secara agregat 1-5 dari tim Thailand, Bec Tero Sasana, 1-5 pada babak kedua.
Gelaran 2002 menjadi edisi terakhir bagi Piala Winners Asia. Sebab, mulai 2003, turnamen ini dileburkan menjadi Liga Champions Asia. PSM, yang kembali menjadi wakil Indonesia, harus tersingkir lebih awal di babak pertama setelah kalah 2-4 dari tim Australia, Victory SC.
Advertisement
Liga Champions Asia
Liga Champions Asia merupakan turnamen yang paling bergengsi di kawasan Asia. Hal inilah yang membuat klub-klub Asia, termasuk Indonesia, berlomba untuk bisa tampil di kompetisi tersebut.
Liga Champions Asia pertama kali mentas pada musim 2002-2003. Kompetisi ini merupakan penggabungan Asian Cup Winners dan Asia Super Cup.
Ketika itu, pertumbuhan liga-liga di Asia belum pesat seperti sekarang. Adapun Indonesia yang memiliki kompetisi matang tentu saja memiliki keuntungan.
Indonesia sempat berada pada masa-masa indah di Liga Champions Asia. Indonesia bisa mengirimkan dua wakil sekaligus dan langsung tampil di fase grup Liga Champions Asia.
Ketika itu, pemilihan wakil ditentukan dari status di klasemen. Klub yang berhak mewakili Indonesia ke Liga Champions adalah juara dan runner-up liga.
Namun, hal itu tak berlangsung lama karena liga-liga di negara Asia makin berkembang. Ketatnya persaingan membuat runner-up liga di Indonesia harus melalui jalur playoff sebelum tampil di Liga Champions Asia.
Pada 2010, PSSI bahkan mengeluarkan kebijakan baru, yakni juara liga langsung lolos ke Liga Champions Asia, sedangkan satu slot lain diambil dari juara Piala Indonesia. Adapun posisi kedua mendapatkan tiket tampil langsung di Piala AFC.
Pada masa ini, peluang untuk tampil di Liga Champions Asia makin sulit dan rumit. Penentuan slot lolos langsung mengacu pada koefisien liga yang dimiliki. Jadi, untuk negara yang liganya tidak terlalu bagus dan tidak kompetitif harus melalui jalur panjang.
Jagoan Indonesia di Liga Champions Asia
Sejak edisi 2004, Indonesia rutin mengirimkan wakil untuk berlaga di Liga Champions Asia. Sejarah mencatat, ada tiga klub langganan tampil di kompetisi elite Asia itu.
Mereka adalah Persik Kediri, PSM Makassar, dan Arema. Semua masing-masing pernah dua kali tampil di Liga Champions Asia.
Persik Kediri tampil pada Liga Champions Asia 2004 dan 2007. Ketika itu, Persik menembus Liga Champions Asia dengan status juara Liga Super Indonesia 2003 dan 2006.
Akan tetapi, ketangguhan Persik di liga tak berarti di kancah Asia. Klub berjulukan Macan Putih itu hanya mampu tampil di fase grup saja.
PSM Makassar tampil dua musim beruntun di Liga Champions Asia pada 2004 dan 2005. Klub berjulukan Juku Eja lolos langsung ke babak penyisihan grup berkat status runner-up Liga Super Indonesia.
Pada 2004, PSM menemani Persik Kediri, sedangkan pada 2005 bersama Persebaya Surabaya yang menjadi juara. Akan tetapi, PSM tak mampu berbicara banyak di kompetisi teratas Asia itu karena gagal melaju ke babak selanjutnya.
Sementara itu, Arema menembus Liga Champions Asia pada edisi 2007 karena menjadi runner-up Liga Super Indonesia 2006 dan edisi 2011 karena menjuarai Liga Super Indonesia 2009-2010.
Sama seperti klub-klub Indonesia lainnya, Arema hanya menjadi peramai kompetisi. Klub asal Jawa Timur juga gagal melaju jauh di Liga Champions.
Selain ketiga klub itu, ada juga empat klub Indonesia lainnya yang sempat mencicipi Liga Champions Asia. Mereka adalah Persebaya Surabaya (2005), Sriwijaya FC (2009), dan Persipura Jayapura (2010). Semuanya juga tumbang di babak penyisihan grup.
Advertisement
Krisis Wakil Indonesia di Liga Champions Asia
Semakin berkembangnya liga-liga di Asia membuat adanya perubahan regulasi terkait slot Liga Champions Asia. Pada 2009, Indonesia tidak bisa lagi mengirimkan dua wakil untuk lolos langsung.
Juara liga mendapatkan tiket langsung, adapun untuk satu wakilnya harus melalui jalur play-off. Hal inilah yang membuat perlahan-lahan Indonesia hanya mampu mengirimkan satu wakil karena yang satu lainnya tersingkir di jalur play-off.
Pada 2012, Indonesia tak bisa lagi mengirimkan wakil yang mendapatkan tiket lolos langsung. Untuk tampil di Liga Champions Asia, wakil Indonesia harus melalui jalur play-off dan satu slot lainnya tersisa untuk lolos langsung di Piala AFC.
Bahkan, jalur play-off yang dilalui juga sangat panjang. Contohnya adalah perjuangan Bali United pada 2018.
Bali United harus melalui tiga pertandingan untuk bisa tampil di babak penyisihan grup. Bali United ketika itu tersingkir di babak kualifikasi kedua sehingga gagal tampil di Liga Champions Asia.
Aturan tersebut masih berlaku sampai musim 2020. Wakil Indonesia yang ingin tampil di Liga Champions Asia harus melewati babak penyisihan pertama, penyisihan kedua, dan play-off.
Jadi, wajar bila sudah dalam sembilan musim terakhir sudah tak ada klub Indonesia yang mampu menebus Liga Champions Asia. Hasilnya, klub Indonesia hanya bisa tampil di kasta kedua, yakni Piala AFC.
Piala AFC
Klub-klub Indonesia mulai ikut ambil bagian pada ajang Piala AFC sejak 2009. PSMS Medan menjadi klub pertama mewakili Indonesia, sedangkan Persipura Jayapura adalah tim dengan prestasi terbaik.
PSMS berada di Grup F pada Piala AFC 2009. Tim Ayam Kinantan berhasil lolos ke-16 besar dengan status runner-up Grup F. PSMS berhasil mendulang 13 poin hasil dari enam laga, tertinggal tiga poin dari South China yang menembus fase knock-out sebagai pemuncak grup.
Sayangnya, langkah PSMS tak berlanjut ke perempat final. Tim Ayam Kinantan menelan kekalahan empat gol tanpa balas dari klub asal Thailand, Chonburi FC, di Stadion Rajamangala, 23 Juni 2009.
Sementara itu, prestasi terbaik klub Indonesia di Piala AFC diukir Persipura Jayapura pada 2014, dengan lolos hingga ke semifinal. Tim Mutiara Hitam berhasil mengamankan tiket ke-16 besar dengan menempati puncak Grup E.
Mereka mampu mendulang 11 poin hasil dari tiga kemenangan, dua hasil imbang, dan hanya sekali kalah. Persipura unggul satu angka atas Churchill Brothers di posisi kedua.
Pada 16 besar, Persipura Jayapura berhasil melewati hadangan Yangon United. Menjalani pertandingan di Stadion Mandala, Jayapura, 13 Mei 2014, Persipura menang dengan skor 9-2.
Masuk ke perempat final, Persipura bersua Al-Kuwait. Tim Mutiara Hitam berhasil mengatasi perlawanan Al-Kuwait dan lolos ke semifinal. Persipura menang agregat 8-4 atas klub asal Kuwait tersebut.
Akan tetapi, langkah Persipura terhenti pada semifinal Piala AFC. Mereka kalah agregat 2-10 dari Al-Qadsia. Pada leg pertama menyerah 2-4 dan pertemuan kedua kalah 0-6 dari Al-Qadsia.
Advertisement
Piala AFC 2009-2013
2009:
PSMS Medan lolos ke-16 besar sebagai runner-up Grup F. Namun, gagal ke perempat final karena kalah 0-4 dari Chonburi FC.
2010:
Sriwijaya FC melenggang ke-16 besar sebagai juara Grup F, sedangkan Persiwa Wamena gagal lolos karena menempati dasar Grup G. Sriwijaya tak mampu menembus perempat final setelah kalah 1-4 dari Thai Port.
2011:
Sriwijaya FC dan Persipura Jayapura sama-sama lolos ke-16 besar. Laskar Wong Kito berstatus runner-up Grup F, adapun Tim Mutiara Hitam menghuni peringkat kedua Grup H.
Akan tetapi, Sriwijaya terhenti pada 16 besar karena kalah 0-3 dari Chonburi. Di sisi lain, Persipura berhasil menembus perempat final setelah menyingkirkan Song Lam Nghe An dengan skor 3-1.
Akan tetapi, Tim Mutiara Hitam tak mampu melewati hadangan klub Irak, Arbil. Persipura kalah agregat 1-3 dari Arbil dalam dua leg perempat final.
2012:
Arema FC menjadi satu-satunya wakil Indonesia di Piala AFC 2012. Arema mampu menembus 16 besar dengan status peringkat kedua Grup H. Namun, Tim Singo Edan takluk 0-2 dari Kitchee dan gagal lolos ke perempat final.
2013:
Semen Padang dan Persibo Bojonegoro mewakili Indonesia di Piala AFC 2013. Semen Padang tampil impresif dan lolos ke-16 besar sebagai pemuncak Grup E, sedangkan Persibo gagal menembus fase knock-out karena berada di dasar Grup F.
Tim Kabau Sirah sukses melenggang hingga ke perempat final berkat kemenangan 2-1 atas SHB Da Nang asal Vietnam. Sayangnya, langkah Semen Padang gagal berlanjut ke semifinal, setelah kalah agregat 1-2 dari klub India, East Bengal.
Piala AFC 2014-2020
2014:
Persipura Jayapura dan Arema Cronus sama-sama meraih hasil bagus di Piala AFC 2014. Persipura menembus 16 besar sebagai juara Grup E, dan Arema peringkat kedua Grup F.
Tim Mutiara Hitam berhasil melenggang hingga semifinal. Mereka menang 9-2 atas Yangon United pada 16 besar serta mengalahkan Al Kuwait dengan agregat 8-4. Namun, Persipura tak mampu melaju hingga ke final karena menyerah 2-10 dari Al-Qadsia.
Sementara itu, Arema Cronus terhenti pada 16 besar. Tim Singo Edan kalah 0-2 dari Kitchee.
2015:
Persipura Jayapura dan Persib Bandung tampil gemilang pada fase grup Piala AFC 2015. Persipura lolos ke-16 besar sebagai juara Grup E tanpa menelan kekalahan. Sementara itu, Persib melenggang ke fase knock-out dengan predikat pemuncak Grup H setelah meraih tiga kemenangan dan tiga hasil imbang.
Sayangnya, penampilan impresif pada fase grup tak berlanjut dalam laga 16 besar. Persipura dianggap kalah 0-3 dari Pahang, sesuai dengan Kode Disiplin AFC. Hasil tersebut terjadi karena pemain Pahang ditolak masuk ke Indonesia akibat masalah visa. Sementara itu, Persib kalah 0-2 dari Kitchee.
2016 dan 2017:
Indonesia tidak memiliki wakil karena tidak ada kompetisi akibat sanksi FIFA pada 2015-2016.
2018:
Bali United dan Persija Jakarta menorehkan hasil berbeda di Piala AFC 2018. Bali United terdampar di dasar Grup G, sedangkan Persija menembus semifinal zona ASEAN sebagai pemuncak Grup H. Tetapi, Tim Macan Kemayoran gagal lolos ke final zona ASEAN, akibat kalah agregat 6-3 dari Home United.
2019:
Pada Piala AFC 2019, giliran Persija Jakarta yang memiliki nasib berbeda dengan PSM Makassar. Persija gagal lolos ke fase selanjutnya karena berada di peringkat ketiga Grup G, adapun PSM berhasil meraih tiket ke semifinal zona ASEAN sebagai pemuncak Grup H. Namun, langkah Tim Juku Eja tak berlanjut ke final zona ASEAN karena kalah agresivitas gol tanda dari Becamex Binh Duong walaup agregat 2-2.
2020:
AFC resmi membatalkan lanjutan Piala AFC 2020 akibat pandemi COVID-19. Saat dihentikan, Bali United terpuruk di dasar klasemen Grup G. Adapun, PSM menempati posisi ketiga Grup H.
Advertisement