Bola.com, Jakarta - Bermain di tim sebesar Persib Bandung yang juga tim kebanggaan kampung halaman merupakan sebuah kebanggaan tersendiri. Hal itu pernah dialami oleh Boy Jati Asmara.
Dia merupakan bomber lincah andalan Persib pada era 2004 hingga 2007. Sebagai orang asli Bandung, diakui Boy JatiĀ Asmara menjadi sebuah kehormatan bisa tampil bersama Tim Maung Bandung (Julukan Persib), setelah bermain apik bersama Persijatim.
Baca Juga
Advertisement
Begitu banyak kenangan yang ia dapatkan dalam beberapa musim di Persib. Terutama dukungan penuh semangat dari Bobotoh, meski tekanan yang besar juga harus dirasakannya, baik saat berseragam Persib, atau ketika berstatus sebagai lawan.
Belum lama ini Boy Jati Asmara berbincang banyak hal di akun YouTube Republik Bobotoh. Terutama menyangkut perjalanan kiprah bersama Persib, beberapa kenangan Boy ceritakan, termasuk harus dilempari para suporter saat menjadi lawan Persib.
"Saya main di Bandung (sebagai lawan) hancur-hancuran dilempari Bobotoh. Saat balik ke Persib jadi suatu kenikmatan. Lalu saya bermain sebagai lawan atau ketika main sebagai Persib, karena menurut saya main di depan Bobotoh menyenangkan," ungkap Boy Jati Asmara.
"Main di Persib tidak hanya cukup secara teknis saja tapi segalanya, jangan salah bukan aja dimaki, pujian saja berbahaya. Banyak pemain tidak berkembang ya karena dipuji," tuturnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Pertandingan Paling Berkesan
Masih terpatri dalam ingatannya mengenai pertandingan paling berkesan saat memperkuat Persib Bandung. Boy terkesan saat sukses mencetak gol melawan Persija pada 2005 di Bandung.
Saat itu pertandingan penuh sesak, bahkan tribune utara roboh sehingga pertandingan harus diundur 20 menit.
"Sayangnya kami hilang konsentrasi dan terjadi gol penyama kedudukan lewat Ismed Sofyan. Kemudian ketika saya harus meninggalkan Persib, ya mau bagaimana hidup harus ada pilihan. Mungkin saya sudah tak jadi pilihan lagi, seorang profesional itu harus saya jalani," kenangnya.
Advertisement