Bola.com, Jakarta - PSSI selaku federasi sepak bola di Indonesia pernah dan masih memiliki program pelatihan pemain-pemain muda yang dikirimkan ke luar negeri. Mulai dari Primavera, Sociedad AnĂ³nima Deportiva (SAD), hingga Garuda Select menjadi program yang kemudian menelurkan pemain-pemain tangguh.
PSSI Primavera merupakan program pelatihan para pemain muda berbakat yang dikirimkan oleh federasi sepak bola Indonesia itu ke Italia pada era 1990-an. Ketika itu, Italia merupakan satu di antara beberapa kiblat sepak bola di dunia, sehingga pengiriman para pemain untuk berkompetisi di sana menjadi opsi yang cukup bagus.
Baca Juga
Foto: Reaksi Pemain MU Setelah Babak Belur Dihajar Bournemouth di Liga Inggris
Tersingkirnya Timnas Indonesia di Piala AFF 2024: Keputusan PSSI Turunkan Skuad yang Belum Matang, Risiko Tanggung Sendiri
Catatan Buruk MU: Lewati Periode Natal Sebagai Penghuni Papan Bawah Liga Inggris, Pertama Sejak 1989
Advertisement
Cukup banyak pemain yang terlibat dalam program tersebut. Beberapa nama di antaranya pun sukses menjadi pesepak bola besar di Indonesia, seperti Kurniawan Dwi Yulianto, Kurnia Sandy, Bima Sakti, Yeyen Tumena, Eko Purjianto, Sugiantoro, dan Indriyanto Nugroho. Bahkan setelah itu ada program lanjutan yang disebut dengan PSSI Baretti.
Ketika era 2000-an, tepatnya pada akhir dekade tersebut, ada sebuah program yang digawangi oleh Wakil Ketua PSSI saat itu, Nirwan Dermawan Bakrie, agar anak-anak Indonesia berguru di Amerika Selatan, tepatnya di Uruguay. Program tersebut diberi nama Sociedad Anonima Deportivo (SAD) Indonesia yang kemudian berganti nama menjadi Deportivo Indonesia.
Seperti halnya PSSI Primavera, cukup banyak pemain muda yang terlibat kemudian menjadi pilar di Timnas Indonesia, bahkan di level kelompok umur. Sebut saja Hansamu Yama Pranata, Yanto Basna, dan Manahati Lestusen. Program ini dibuat sejak 2007 dan berakhir pada Desember 2013.
Enam tahun berselang, PSSI bekerja sama dengan Supersoccer menggelar program pelatihan luar negeri lagi. Kali ini para pemain muda yang menjalani seleksi ketat berangkat ke Inggris dengan nama Garuda Select. Hingga saat ini, program Garuda Select sudah rampung dua edisi dan tengah memasuki edisi ketiga.
Belakangan ini cukup ramai pembicaraan mengenai seorang pemain muda yang mengikuti Garuda Select dan juga striker Timnas Indonesia sejak kelompok umur U-16, Bagus Kahfi. Pemain yang dimiliki Barito Putera itu diminati klub asal Belanda, FC Utrecht.
Sebenarnya, Bagus Kahfi bukan pemain muda pertama hasil program latihan terpusat di luar negeri yang kemudian mendapatkan kesempatan berlatih dan berkompetisi di luar negeri. Sejak era Primavera, ada pemain-pemain berbakat yang juga mendapatkan tawaran dan kesempatan yang sama.
Kali ini, Bola.com mengulas para pemain jebolan program pelatihan terpusat yang digelar oleh PSSI dan kemudian mendapatkan kesempatan menjajal kompetisi luar negeri tepat setelah mereka menyelesaikan program tersebut. Siapa saja mereka?
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Kurniawan Dwi Yulianto
Kurniawan Dwi Yulianto merupakan pemain yang bergabung dalam tim Primavera. Ia mematangkan skill bermainnya di sana hingga menarik perhatian klub Liga Swiss, yaitu FC Luzern, pada 1994-1995.
Pemain yang kemudian karib disapa Kurus itu bermain dalam 10 laga bersama FC Luzern dan mencetak satu gol. Ia kemudian direkrut oleh Sampdoria yang bermain di Serie B Italia pada musim 1996/1997.
Sekembalinya ke Tanah Air, Kurniawan kemudian bergabung bersama Pelita Jaya. Setelah itu ia beberapa kali berganti klub dan membawa sejumlah tim menjadi juara, seperti PSM Makassar yang dibawanya menjuarai Liga Idnonesia 1999/2000 dan Persebaya Surabaya pada Liga Indonesia 2004.
Kurniawan Dwi Yulianto juga dikenal sebagai seorang striker yang tajam dan mematikan di lini depan Timnas Indonesia. Ia tercatat mencetak 33 gol dalam 59 penampilannya bersama Tim Garuda, di mana semua gol yang dicetaknya tak satu pun lahir dari titik putih.
Advertisement
Kurnia Sandy
Penjaga gawang yang kemudian sukses menjadi andalan Timnas Indonesia ini juga berhasil menandatangani kontrak bersama Sampdoria setelah selesai menjalani program PSSI Primavera.
Bersama Sampdoria, Kurnia Sandy pernah tercatat menjadi kiper ketiga klub berjulukan Il Samp pada musim 1996/1997. Hanya satu tahun di Sampdoria, Kurnia Sandy kembali ke Tanah Air dan kembali ke Pelita Jaya.
Bima Sakti
Seperti halnya dua pemain di atas, Bima Sakti merupakan gelandang jebolan PSSI Primavera. Seperti kedua rekannya, Bima Sakti juga mendapatkan kesempatan bermain bersama Sampdoria.
Selain itu, Bima Sakti juga mendapat kesempatan bergabung bersama klub Swedia, Helsinborg. Bima Sakti terpilih setelah menjalani trial bersama rekan-rekannya yang lain di PSSI Primavera, seperti Supriono, Anang Ma'ruf, Indriyanto Nugroho, dan Eko Purjianto. Sayangnya, Bima Sakti tidak pernah mendapatkan kesempatan ketika kompetisi resmi bergulir.
Advertisement
Alfin Tuasalamony
Alfin Tuasalamony merupakan pemain yang bergabung dalam program SAD Uruguay sejak tahun pertama. Alfin kemudian mendapatkan kesempatan untuk berkarier di Belgia bersama CS Vise pada 2011.
Namun, tak lama kemudian Alfin kembali ke Indonesia dan bergabung bersama Persebaya Surabaya dan Persija Jakarta.
Alfin sempat memperkuat Timnas Indonesia U-23 yang tampil di SEA Games 2013 Myanmar dan Asian Games 2014 di Korea Selatan. Namun, Alfin juga sempat mengalami masa-masa kelamnya sebagai pesepak bola.
Ia mengalami kecelakaan setelah ditabrak sebuah mobil yang hendak parkir di Jakarta. Ia mengalami patah kaki dan harus pusing mencari biaya perawatan cederanya karena klubnya saat itu, Persija Jakarta, seperti tidak peduli terhadap kondisinya.
Namun, Alfin bangkit. Ia sempat bermain bersama Sriwijaya FC dan kemudian hijrah ke Arema FC pada 2018. Bersama Arema FC, Alfin memperlihatkan performa yang apik. Namun, pada musim 2020 ini, Alfin menjadi satu di antara beberapa pemain yang dipinjamkan Singo Edan ke klub lain.
Syamsir Alam
Digadang-gadang menjadi penerus Bambang Pamungkas, Syamsir Alam mendapatkan beasiswa generasi pertama program pelatnas jangka panjang SAD Uruguay pada 2008.
Pada musim perdana tampil di Liga U-17 Quinta Division 2008, ia menjadi top scorer dari tim SAD Indonesia dengan mengemas 15 gol dari 29 laga. Lantaran dianggap berbakat, ia sempat dipinjam Penarol pada musim selanjutnya.
Syamsir meninggalkan tim SAD untuk bergabung ke klub Divisi II Belgia, CS Vise, pada musim 2011. Klub tersebut dimiliki penguasa gila bola yang membiayai program SAD, Nirwan Dermawan Bakrie.
Namun, Syamsir lebih banyak jadi cadangan selama dua musim berkiprah di klub tersebut. Cedera punggung membuat pemain kelahiran Kabupaten Agam, 6 Juli 1992 itu, kesulitan menemukan level permainan terbaik.
Pada 2013, Syamsir membuat sensasi saat digaet klub asal Amerika, DC United. Klub itu dimiliki pengusaha asal Indonesia, Erick Thohir. Tetapi, kesempatan emas berkarier di kompetisi MLS tak dimanfaatkan secara baik oleh sang pemain.
Selama semusim di Washington DC, Syamsir lebih sering hanya ikut latihan saja di DC United. Namanya tidak pernah masuk line-up.
Pulang ke Tanah Air, Syamsir bergabung dengan Sriwijaya FC. Hanya, embel-embel berguru di CS Vise tak membuat sang penyerang mudah menembus posisi inti. Ia lebih sering duduk di bangku cadangan.
Advertisement
Manahati Lestusen
Manahati Lestusen juga menjadi pemain jebolan SAD Uruguay yang mendapatkan kesempatan untuk berkarier di luar negeri. Seperti halnya Alfin, Manahati juga mendapatkan kesempatan bersama CS Vise di Belgia.
Ketika masih berada di Uruguay, Manahati pernah memperkuat tim Penarol. Setelah kembali dari Uruguay, Manahati sempat bergabung bersama Persebaya hingga akhirnya berseragam PS TNI dan menjadi andalan di tim tersebut hingga berganti nama, mulai dari PS Tira, Tira Persikabo, hingga kini Persikabo.
Manahati juga mendapatkan panggilan untuk memperkuat Timnas Indonesia U-23. Ia membantu timnya meraih medali perak di Islamic Solidarity Games 2013 dan medali yang sama di SEA Games 2013.
Ia mendapatkan debutnya bersama Timnas Indonesia pada laga kontra Andorra 2014 silam. Ia kemudian juga menjadi bagian dari skuat Garuda yang tampil di Piala AFF 2016.
Manahati yang mampu tampil sebagai gelandang bertahan maupun bek tengah mendapatkan kepercayaan besar dari Alfred Riedl yang menjadi arsitek tim saat itu.
Bahkan Manahati berhasil mencetak gol penentu lolosnya Timnas Indonesia ke final Piala AFF 2016 lewat titik putih ke gawang Vietnam pada leg kedua semifinal di My Dinh National Stadium, Hanoi.
Brylian Aldama
Garuda Select merupakan program pelatihan luar negeri yang digelar PSSI berkerja sama dengan SupersoccerTV pada jilid pertama dan kini bersama MolaTV. Baru mulai pada awal 2019, program Garuda Select sejauh ini sudah memasuki jilid ketiga.
Namun, jika bicara soal pemain yang kemudian mendapatkan kesempatan berkiprah bersama klub luar negeri, hingga saat ini belum ada satu pun yang sudah bermain bersama klub tersebut.
Ada dua pemain jebolan Garuda Select yang mendapatkan tawaran dari klub luar negeri, yaitu Brylian Aldama dan Bagus Kahfi. Setelah Bagus dipastikan batal bergabung dengan FC Utrecht, Brylian Aldama justru selangkah lagi bergabung bersama klub Kroasia, HNK Rijeka.
Saat ini proses bergabungnya Brylian Aldama ke klub tersebut masih berlangsung, di mana dokumen untuk keperluan legal tengah diurus. Jika pada akhirnya benar-benar berjalan sesuai rencana, Brylian Aldama akan menjadi pemain pertama jebolan Garuda Select yang bisa berkarier bersama klub luar negeri.
Advertisement