Bola.com, Makassar - AFC telah menetapkan tenggat waktu pendaftaran tim kontestan yang akan bersaing di kompetisi Asia tahun depan, yakni 22 Desember mendatang. Tapi, sampai saat ini PSSI belum menunjuk tim yang mengisi dua slot jatah Indonesia di Piala AFC 2021.
Hal ini mendapat sorotan dari Tony Ho yang pernah mendampingi mendiang Miroslav Janu menangani Arema Malang dan PSM Makassar yang berkiprah di Liga Champions Asia.
Baca Juga
Tangan Kanan Shin Tae-yong Ungkap Timnas Indonesia Akan Evaluasi, Minta Pemain Rasakan Kekurangan di Piala AFF 2024: Harus Bisa Memperbaiki
PSM Klarifikasi Polemik Pemain ke-12 ketika Kalahkan Barito Putera 3-2 di BRI Liga 1: Sesuai Arahan Wasit Utama dan Cadangan
Rahmad Darmawan Ceritakan Kronologi PSM Mainkan Pemain ke-12 Vs Barito Putera di BRI Liga 1: Lawan Mengakui, Wasit Tetap Play-on
Advertisement
Menurut Tony, sebaiknya PSSI segera memastikan wakil Indonesia dengan kriteria yang jelas. Apalagi, nominasinya sudah mengerucut, di mana hanya tujuh tim yang sudah mengantongi club lisensing AFC, yakni Bali United, Persipura Jayapura, Bhayangkara FC, Borneo FC, Persib Bandung, Arema FC dan Persija Jakarta.
"Kepastian itu penting agar klub yang ditunjuk melakukan persiapan," ujar Tony kepada Bola.com yang menyambangi kediamannya di Makassar, Rabu (2/11/2020).
Tony menambahkan, selain club lisensing AFC, sebaiknya PSSI mengacu kepada peringkat klub pada klasemen Liga 1 2019 menyusul kegagalan PSM, juara Piala Indonesia 2018-2019 memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.
"Kalau berdasarkan peringkat klasemen dan lisensi, seharusnya Bali United dan Persipura Jayapura. Kalau ada yang tak siap, klub peringkat di bawah mereka yang menggantikan," terang Tony.
Sejatinya, Tony mengaku tak sepenuhnya yakin klub yang ditunjuk nantinya benar-benar siap mewakili Indonesia. Acuan Tony adalah materi dan biaya operasional tim.
Jadwal lanjutan Shopee Liga 1 yang belum jelas membuat klub yang ditunjuk akan menghadapi kondisi dilematis. Terutama dalam pembayaran gaji pemain.
"Dalam kondisi inilah peran PSSI dibutuhkan untuk membantu klub. Sulit buat klub mengontrak pemain hanya untuk menghadapi Piala AFC di tengah ketidakjelasan jadwal Liga 1," tegas Tony.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Pengalaman di Arema
Mantan pelatih Persebaya DU ini mengungkapkan, berdasarkan pengalamannya, mayoritas klub yang mewakili Indonesia tak siap bersaing di kompetisi Asia. Menurut pelatih yang mengantongi lisensi Pro-AFC ini, wakil Indonesia hanya sekadar antusias mengikuti kompetisi Asia, tapi tak siap melakoni pertandingannya.
"Bukan sekadar materi pemain tapi juga biaya operasional. Fakta selama ini, banyak klub mengaku kesulitan keuangan setelah tampil di level Asia," papar Tony.
Tony merujuk pengalamannya ketika bersama Janu menangani Arema Indonesia yang tampil di Liga Champions Asia 2011. Ketika itu, Arema akan bertandang ke markas Shandong Luneng (Cina), 20 April 2011.
Gegara dana tim minim, manajemen Arema hanya sanggup memberangkatkan 14 pemain. Ironisnya, pada akhirnya hanya 12 pemain yang jadi berangkat karena ada yang tak mendapat visa.
"Parahnya lagi, kami berangkat tanpa seorang kiper. Baru pada hari pertandingan, Aji Saka baru tiba. Jadi dia langsung ke stadion dari bandara," kata Tony.
Janu sudah mengantisipasinya dengan menunjuk seorang stopernya, Leonard Tupamahu, untuk diplot sebagai kiper.
"Alhasil Aji yang baru tiba secara fisik dan mental tak siap. Dia hanya tampil baik pada awal pertandingan. Arema akhirnya kalah lima gol tanpa balas," papar Tony.
Padahal, pada pertemuan pertama di Malang, 5 April, kedua tim bermain imbang 1-1.
Advertisement