Bola.com, Jakarta - Selesai sudah pomelik striker muda Indonesia, Bagus Kahfi. Barito Putera akhirnya mengikhlaskan striker berusia 19 tahun tersebut bergabung dengan FC Utrecht.
Proses kepindahan Bagus sempat diwarnai sejumlah permasalahan. Pasalnya, FC Utrecht ingin mendapatkan Bagus Kahfi tanpa mengeluarkan uang transfer. Padahal, sang pemain masih terikat kontrak dengan Barito Putera hingga Oktober 2021.
Advertisement
Sayangnya, Barito Putera mulai melunak saat Ketua PSSI, Mochamad Iriawan, mendatangi kediaman CEO Barito Putera, Hasnuryadi Sulaiman.
Setelah berdiskusi, manajemen Barito akhirnya menyerah dan melepaskan Bagus sesuai dengan surat penawaran yang diajukan FC Utrecht. Kabarnya, Utrecht masih membuka pintu untuk Bagus, meskipun sempat menarik penawarannya.
Barito Putera semula mengajukan dua syarat untuk melepas Bagus Kahfi. Pertama, Bagus kembali ke Barito Putera setelah tidak menjalani karier di Eropa, dan yang kedua tentu saja nilai transfer transfer
Pasalnya, pemain asal Magelang itu masih terikat kontrak dengan Barito Putera. Namun kini, kedua syarat tersebut sudah ditepikan menyusul kunjungan Ketua PSSI.
"Tentu kita menyambut baik keikhlasan Barito. Tapi yang jadi pertanyaan, kenapa ikhlas setelah dapat tekanan warganet dan kunjungan Ketua PSSI ke kediaman pemilik Barito?" kata mantan manajer tim Pelita Jaya, Lalu Mara Satriawangsa.
"Kalau ikhlas kenapa tidak dari awal saja. Kasih surat keluar dan Barito Putra tidak jadi ‘aktor jahat’ yang menghambat Bagus Kahfi," lanjutnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Barito Putera Merasa Inferior
Lalu Mara menyayangkan Barito Putera yang mudah menyerah hanya karena ingin memberlakukan profesionalisme transfer pemain. Selain itu, dia juga menyoroti suara-suara suporter di dunia maya yang menyudutkan Barito Putera.
"Warganet bagi saya tidak tahu aturan. Mau melihat pesepak bola lokal berkiprah di Eropa, tetapi dengan cara menginjak aturan. Utrecht merasa superior, tertarik dengan pemain tapi tidak mau membayar, alias gratis," ujar Lalu Mara.
"Sementara publik sepak bola nasional dan Barito Putera kini inferior, rendah diri. Kapan lagi klub Eropa tertarik dengan pemain lokal. Itu yang saya tangkap,” jelasnya.
Advertisement
Kritik Kunjungan Ketua PSSI
Kunjungan Ketum PSSI ke rumah owner Barito Putera juga dianggapnya melengkapi sikap inferior tersebut. "Ini cara penyelesaian masalah ala Indonesia yang kesannya jauh dari profesional."
"Atau bisa jadi kunjungan Ketum PSSI dijadikan ‘pistol’ Garuda Select dan sponsornya untuk menekuk Barito Putera. Semoga saja ini salah. Kalau benar, ya sangat keterlaluan," sambung Lalu Mara.
Seperti diketahui, Bagus merupakan pemain yang masuk proyek Garuda Select angkatan kedua. Dia cukup lama berada di Inggris untuk menimba ilmu. Direktur Teknik Garuda Select, Dennis Wise, juga yang merekomendasikan Bagus ke FC Utrecht, karena dia dianggap punya potensi besar.
"Seandainya, Bagus memperkuat Utrecht dan 5 tahun lagi menjadi superstar. Lalu dikontrak oleh klub yang lebih besar, yang dapat uang apresiasi pembinaan ya Utrecht. Bukan Barito. Itu yang harus diketahui manajemen Barito Putera," pungkasnya.