Bola.com, Jakarta - Sosok Samsul Arif Munip pantas masuk dalam daftar striker papan atas yang masih beredar di kompetisi sepak bola Tanah Air. Pencapaian terbaiknya adalah menjadi top skorer Piala Indonesia 2008-2009 dan Piala Bhayangkara 2016.
Ia pun pernah menjadi bagian tim nasional Indonesia pada sejumlah event seperti kualifikasi Piala Dunia 2014. Sejak memulai karier di Persekaba Blora pada musim 2004, Samsul yang kini berstatus pemain Persita Tangerang di Shopee Liga 1 2020 pernah berkostum Persibo Bojonegoro, Persela Lamongan, Arema, Persib Bandung, dan Barito Putera.
Baca Juga
Media Vietnam Sebut Skuad Timnas Indonesia di Piala AFF 2024 Menakutkan: Ada Pemain Diaspora, Tetap Lebih Kuat daripada The Golden Star
Pandit Malaysia Desak Oxford United Segera Beri Menit Bermain yang Cukup untuk Marselino Ferdinan
Gelandang Timnas Indonesia, Eliano Reijnders: Akan Sangat Indah jika Bisa Melawan Belanda dan Tijjani di Piala Dunia 2026
Advertisement
Berstatus sebagai pemain sepak bola profesional adalah wujud impian Samsul sejak kecil. Ketika ia bermain sepak bola menggunakan bola plastik bersama teman-temannya di Mojodelik, desa tempat ia lahir dan tumbuh dalam lingkungan sepak bola.
Dalam channel YouTube Omah Balbalan, Samsul menceritakan masa kecil di kampungnya yang menjadikan sepak bola sebagai 'ritual' keseharian. Sejak masih berusia 5 tahun, Samsul sudah bermain bola di lapangan desanya.
"Saya bermain atas dasar cinta pada sepak bola. Semuanya berlangsung alami. Saya hanya punya tekad dan impian yang besar," kenang Samsul.
Itulah mengapa Samsul tanpa sungkan mengakui tak memiliki pengetahuan dasar sepak bola yang baik seperti passing, dribling apalagi strategi. Samsul pun baru bisa membeli sepatu sepak bola saat duduk di bangku SMA.
"Sebelumnya saya hanya meminjam sepatu teman kalau kebetulan ikut turnamen atau pertandingan," kata Samsul Arif Munip.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Honor Pertama Rp10 Ribu
Selepas SMA, Samsul diarahkan orangtuanya untuk mengikuti tes pada sebuah perguruan tinggi di Malang. Tapi, jalan hidupnya kemudian berubah sepulang dari Malang. Ia mendengar ada seleksi pemain di tim Porda Blora yang jaraknya 60 km dari rumahnya. Samsul pun ikut seleksi dan terpilih.
"Honor yang saya terima dalam bentuk uang transport yakni Rp10 ribu per hari. Lumayan buat nutup ongkos naik bus untuk berlatih di Blora," ungkap Samsul.
Tak lama setelah itu, Samsul kemudian terpilih masuk skuat Persekaba Blora. Pada momen itu pula, ia kemudian memutuskan tak melanjutkan pendidikan dan total menggeluti sepak bola. Beruntung, kedua orang tuanya memberi restu.
Peruntungan Samsul di sepak bola mulai terbuka ketika bergabung di Persibo Bojonegoro. Menariknya, ia ikut seleksi dengan modal nekad. Saat itu namanya tak masuk dalam daftar panggil tim pelatih Persibo.
Tapi, sebagai putra asli Bojonegoro, Samsul membulatkan tekad ke lapangan dan bertemu tim pelatih yang dikoordinir Sanusi Rahman. Karena putra asli Bojonegoro, Samsul pun diberi kesempatan ikut seleksi.
"Tapi, saya lebih banyak ikut dalam latihan. Kalau ujicoba, saya jarang dimainkan," tutur Samsul.
Berkat kerja keras dan keberuntungan yang berpihak kepadanya, justru Samsul yang akhirnya terpilih dibanding sejumlah rekannya yang dipanggil seleksi. Di Persibo pula, Samsul pertama kali mengenal dunia sepak bola yang sebenarnya. Seperti teknik permainan dan kerjasama tim.
Advertisement
Pindah ke Persela
Di Persibo, nama Samsul mulai mencuat ketika membawa timnya itu meraih trofi juara Divisi 1 Liga Indonesia musim 2006-2007. Aksinya sebagai striker tajam kian dikenal setelah menjadi top skorer Piala Indonesia 2008-2009.
Berkat prestasinya itu, Samsul dilirik Persela Lamongan yang ditangani Widodo C Putro jelang Liga Indonesia 2009-2010.Selain ingin mengecap pengalaman di kasta tertinggi, Samsul setuju bergabung ke Persela karena faktor Widodo, sosok yang diidolakannya.
Apalagi di Persela, ia bisa bermain satu tim dengan Kurniawan Dwi Yulianto yang menjadi inspirasinya sebagai striker. Keputusan Samsul ke Persela sempat medapatkan tentangan. Apalagi Persela adalah seteru sengit Persela.
"Tapi, saya sudah bertekad mengembangkan karier di Persela," kata Samsul.
Samsul hanya semusim di Persela. Ia kembali ke Persibo setelah dihubungi langsung oleh Sartono Anwar, pelatih senior di Indonesia.
"Saya sulit menolak permintaan om Sartono. Bagi saya, beliau termasuk pelatih yang berjasa besar mengembangkan kemampuan saya sebagai pemain."
Hanya semusim di Persibo, Samsul kembali ke Persela dan kemudian berkostum Arema Cronus. Selepas dari Arema, Samsul hijrah ke Persib Bandung. Tak lama di Persib, Samsul kembali Persela.
"Bagi saya, Persela ibarat rumah kedua saya selain Bojonegoro," terang Samsul.
Tampil apik bersama Persela, Samsul digoda manajemen Barito Putera yang diperkuatnya selama dua musim sebelum resmi berseragam Persita pada Liga 1 2020.